Tulisan kecil ini adalah ungkapan cinta, luapan jiwa sekaligus merupakan “proposal untuk Ibunda” agar restunya selalu mengalir dari tanah air sana. Barangkali ada suara hati yang sama diantara kita, sehingga aku tak sendiri. Terdapat luapan jiwa yang tidak jauh berbeda sehingga kita bisa berbagi. Selamat menyelami nurani kawan…
######
Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamu’alikum Wr.Wb.
Apa kabarmu Ibu…? semoga selalu ada kekuatan jiwa yang melahirkan kekuatan tenaga dalam hidupmu. Hari ini Adinda hanya ingin bebagi cinta untukmu, karena terkadang lisanku tak kuasa menggambarkan bahasa hati yang sebenarnya .
Ibu… tidak ada satupun teori yang sanggup untuk menggambarkan cintamu, kata-kata mutiara terindah pun tak bisa melukiskan betapa engkau mencintaiku. Rasanya tidak ada kesucian sesuci embun pagi yang bisa menandingi betapa tulus cintamu untukku.
Sekedar mengungkapkan cinta bertabur rindu, surat ini kutulis sebagai persembahan mulia untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta. Beralasan, sungguh tiada manusia spesial dalam hidupku yang berhak mendapatkan kehormatan tertingggi setelah Allah dan RasulNya, kecuali dua sosok agung yang telah membesarkan serta mendidikku dari kecil. Hanya Sang Maha mulialah yang mampu membalas kemulian yang selama ini kalian korbankan. Kesenangan dunia saja tidak pantas menggantikan segalanya, kenikmatan tiada tara berupa syurga Allah SWT mungkin itulah jawabanya.
Jika aku belum sanggup membasuh air mata kerinduanmu saat ini, benar-benar aku berharap gantikan rindu itu dengan do’a penuh harapmu untuk keberkahan perjuanganku. Pengembaraanku tak tau kapan ujungnya, walau kusadari sesungguhnya penghujung itu hanya berada di bawah telapak kakimu. Namun aku ingin berbuat untuk hidup dan matimu. Sehingga aku butuh banyak hal untuk semua ini, sebab kelak engkau tidak butuh harta lagi kecuali kiriman do’a.
Wahai wanita yang paling ku cinta di dunia…
Mimpiku selalu kubaca dan kuterjemahkan terbata-bata disetiap tenggelam matahari menuju gelapnya. Kuambil separuh tenaga dari senyumu yang telah lama aku tinggalkan itu. Aku akan selalu bermimpi merindukan wajahmu karena itu adalah kekuatan bagiku.
Walaupun hanya mampu membaca rangkaian pesan singkat yang dikirimkan lewat ponsel genggam adik-adikku, atau dari kabar yang menyatakan engkau baik-baik saja saat menelpon, hal itu cukup membuatku tetap semangat. Namun ketika berita itu beralih menjadi nuansa kegalauan “Bunda sedang sakit Kanda...!” aku merasa seketika tubuhku lunglai kekuatan rapuh, semangat perjuangan terasa keropos, wajah riangku menghilang senyum manis menjadi garang.
Bunda....
Aku tau inti harapanmu, hanya ada ungkapan ”kapan kau akan kembali buah hatiku...?, Kapan kau akan datang untuk menghiburku...? Setelah sekian lama aku lepaskan engkau di sungai kehidupan, aku berharap tak ada buaya ataupun ular yang akan memangsamu nak...!”
Ibunda dan Ayahanda, membentuk generasi terbaik butuh waktu, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, lima puluh tahun sekalipun belum cukup. Perlu proses dan kesabaran, butuh generasi penerus perjuangan. Aku tak ingin bercita-cita kerdil, sekedar mementingkan keluarga dan sanak famili. Manfaat jualah hendaknya diri ini untuk agama dan umat manusia. Para ulama terdahulu telah berkorban harta, darah dan nyawa demi dakwah, Aku malu jika arwah para syuhada mengejekku sebagai "pecundang".
Kita hanya mengorbankan rasa rindu saja, karna jauh dari sanak dan keluarga. Ibu-ibu di Palestina harus ikhlas dan merelakan buah hatinya menjemput syahid demi Islam. Karena mereka yakin, biarlah mereka berpisah sesaat di Dunia, toh syurga Allah lebih abadi. Seandainya pedih, kepedihan hanya beberapa tahun saja. Merasa sengsara, kesengsaraan akan berlalu, di dunia sekedar mampir semuanya akan berakhir.
Bunda...
Bila engkau bertanya “Bayi kecilku, sudah besarkah engkau…? sudah dewasakah dirimu? Sudah mampukah kau taklukkan dunia yang sering jadi mimpimu...? Sudah mampukah kau daki puncak tertinggi dari perjalanan hidup ini?” Aku akan menjawab “putramu sudah mendapatkan sebagian dari itu, namun perjalananku masih panjang, Karena aku ingin mengukir sejarah yang baik dan manfaat untuk hidup dan matiku”.
"Aku tau, Ibunda tidak butuh banyak hal selain bakti dan kasih sayang dariku. Namun, seisi dunia aku bentangkan dihadapanmu, aku tak akan bisa menggantikan segalanya"
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar