KETIKA YIN DAN YANG TERPISAHKAN JARAK DAN WAKTU ”

Yin dan Yang. Kata yang unik dan serasi. Kedua kata yang tak dapat dipisahkan…

“ Aku adalah pelangi … orang melihat aku tinggi… tanpa bisa tercapai… manusia melihat indah pelangi tak berujung sampai bumi… namun, aku melihat, hatinya sampai di sini.”

Kata-kata ini terngiang jelas ditelinga ‘yin’, saat ‘yang’ menuliskan entah sebuah bait, lirik, atau untaian kata yang terakhir dari hatinya. Walaupun saat itu yin dan yang harus terpisah oleh jarak, sebuah keyakinan mengkaitkan dua hati mereka. Hati mereka dekat, seerat denyut nadi manusia.
Jika kita melihat dari sejarah, dari kita Yi Jing beranggapan bahwa Yin Yang merupakan bumi dan langit, semua akar kehidupan dan alam semesta (berdasarkan kitab Confuciusm). Kitab utuk Yi Jing melihat mengenai masalah pergerakan dan berhenti, jika ada gerakan, pertemuan adalah hal baik yang memiliki masa depan. Yin Yang adalah langit dan bumi, kondisi awal semuanya, berubah menjadi ayah dan ibu, awal lahir dan kematian. Jadi Yin Yang adalah keselarasan Langit dan Bumi.
zhuge liang and yue ying bravo ! thumbs up!
Yin sebagai “sisi teduh sebuah bukit” mewakili keteduhan dan kepasifan, bersatu dengan kesuburan, kelembutan dan kehalusan. Yin melambangkan simbol perempuan. Sedangkan Yang sebagai “sisi terang sebuah bukit” mewakili cahaya dan keadaan dinamis, bersekutu dengan ketahanan, kaku, dan perluasan. Yang melambangkan simbol laki-laki.

Yin dan Yang saling tergantung dan saling melengkapi, simbiosis mutualisme, selalu berhubungan dan terus –menerus saling memberi kekuatan. Yin tak berfungsi tanpa Yang, sebaliknya Yang tak berfungsi tanpa Yin.
***
                Begitu erat energi yang terpancar dari Yin dan Yang. Yin tidak bisa hidup tanpa Yang dan Yang tak bisa hidup tanpa Yin. Mereka adalah kesatuan yang utuh, walaupun terpisah. Yang jauh di seberang sana, sedangkan Yin di sini berusaha menjaga keutuhan dengan saling memberi kekuatan. Karena Yin adalah sisi teduh bukit, maka dia memerlukan Yang sebagai sisi terang bukit. Sesuatu yang menerangi dalam keteduhan adalah kenyamanan.
                
Yin adalah selalu menjaga perasaan ini untuk Yang. Walaupun Yang jauh diufuk timur dan Yin berada diufuk Barat, cinta yang dimiliki Yin masih akan terus bersemi. Seberapa jauh jarak Yang, pada akhirnya Yin dan Yang akan menyatu karena mereka adalah keselarasan langit dan bumi (^_^).

Kairo, Buus Indah Permai , 29- Juni - 2010

seperti-hati-burung

Oleh: Husni Ridho (Mahasiswa Ma’had Ali Al-Imam Asy-Syafii Jember)


Dari Abu Hurairoh radiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Akan masuk surga suatu kaum, hati mereka seperti hati burung” (HR. Muslim) maknanya adalah dalam merealisasikan tawakal.

Lantas seperti apa hati burung? Hal ini dijelaskan oleh hadits dari sahabat Umar bin khotob radiyallahu’anhu, bahwasannya beliau mendengar Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Andaikan kalian tawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya Allah akan memberi rizki kepada kalian seperti memberi rizki kepada burung. Mereka pergi pagi hari dengan perut kosong dan pulang sore hari dengan perut kenyang” (shahih Tirmidzi, beliau berkata, ‘hadits hasan sohih)

Mengomentari hadits tersebut, Ibnu Rajab rohimahullah berkata di dalam kitabnya Jami’ul ‘ulum wal Hikam, “Hadits ini adalah dasar atau asas di dalam bertawakal, hal terebut juga merupakan diantara sebab yang paling besar dalam memperoleh rizki,” Oleh karena itu, kita tidak pernah mendengar seekor burung pada pagi hari terbentur dengan masalah rizki, lalu dia benturkan kepalanya ke tiang listrik. Itu tidak terjadi pada burung, tapi pada manusia hal tersebut terjadi dan sering kita dengar di berita atau di media massa.

Di dalam realitanya, merealisasikan hakikat tawakal di dalam hati kita bukan merupakan perkara yang mudah, dia adalah ibadah hati yang sangat agung, dia merupakan sumber kebaikan. Darinya timbul berbagai macam ibadah hati yang lainnya. Bahkan hakikat agama adalah tawakal dan inabah (kembali kepada Allah). Allah Ta’ala berfirman, “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” (Al-Fatihah : 5) Tawakal adalah isti’anah (minta pertolongan) dan inabah adalah ibadah.

Hilangnya berbagai kebaikan, luputnya kita dari amal yang besar, buruknya ibadah kita – karena tidak hadirnya rasa cinta, harap dan takut – adalah karena masih jauhnya kita dari hakikat tawakal. Bahkan kegelisahan dan ketakutan yang menimpa sebagian kaum muslimin adalah dikarenakan belum hadirnya tawakal di dalam qalbunya.

Berikut ini nukilan kami dari berbagai perkataan ulama tentang definisi dan hakikat tawakal. Mudah-mudah yang sedikit ini–dengan taufik dari Allah- bisa membantu kita merealisasikannya. Amin

Definisi Tawakal

Imam Ibnu Rajab rahimahulloh berkata, “Hakekat tawakal adalah hati benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang baik) dan menolak mudhorot (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan akherat”

Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah dalam mengupayakan yang dicari dan menolak apa-apa yang tidak disenangi, disertai percaya penuh kepada Allah Ta’ala dan menempuh sebab (sebab adalah upaya dan aktifitas yang dilakukan untuk meraih tujuan) yang diizinkan syari’at.

Bertawakallah Hanya Kepada Allah

Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya agar bertawakal hanya kepada-Nya dalam banyak ayat. Diantaranya, “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Al-Maidah : 23) “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (At-Tholaq : 3)

Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab….mereka adalah orang-orang yang tidak minta ruqyah, tidak menyandarkan kesialan kepada burung dan sejenisnya, tidak berobat dengan besi panas dan mereka bertawakal kepada Rabb mereka” (HR. Muslim)

Tawakal kepada Allah adalah syarat sahnya keislaman dan keimanan seseorang. Allah Ta’ala berfirman, “Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orang-orang beriman” (Al-Maidah :3) dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, “Dan Musa berkata, ‘wahai kaumku ! apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kalian kepada-Nya jika kamu benar-benar orang muslim (berserah diri)” (Yunus : 84)

Maka tawakal merupakan ibadah yang sangat agung. tawakal adalah murni ibadah hati, oleh karena itu mengesakan Allah Ta’ala dalam tawakal adalah merupakan kewajiban, dan memalingkannya kepada selain Allah merupakan kesyirikan. Wal’iyadzubillah.

“Sungguh kita tidak bisa terlepas dari-Nya sekejap mata pun. Jika kita bersandar kepada diri sendiri, maka kita telah meyerahkan diri kita kepada kelemahan yang rendah dan serba kurang, khilaf dan kesalahan. Dan jika kita bersandar kepada orang lain maka kita telah mempercayakan diri kepada yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan bahaya dan manfaat, serta tidak mampu mematikan dan menghidupkan serta membangkitkan dan mengumpulkan kembali”. Itulah nukilan dari perkataan Ibnul Qayim rahimahullah didalam kitabnya alfawaid. wallahu ‘alam. Maka bertawakallah wahai hamba Allah kepada Dzat yang ditangan-Nya segala urusan dan yang memiliki segalanya.

Bertawakal Kepada Selain Allah

Bertawakal kepada selain Allah ada tiga keadaan :

1) Syirik akbar (besar). Yaitu seorang bertawakal kepada selain Allah Ta’ala dalam perkara yang hanya mampu dilakukan oleh Allah Ta’ala tidak selain-Nya. Contoh : seseorang bertawakal kepada makhluk /wali di dalam memperoleh kebaikan atau bertawakal kepada makhluk dengan hatinya Karena ingin mempunyai anak atau pekerjaan, sedang makhluk tersebut tidak mampu memenuhi keinginannya tersebut.

2) Syirik kecil. Yaitu seseorang bertawakal kepada selain Allah dalam perkara dimana Allah Ta’ala memberikan kemampuan kepada makhluk tersebut untuk memenuhinya. Contoh : seorang istri bertawakal kepada suami dalam kebutuhan hariannya. (peringatan: syirik walaupun kecil, pelakunya tetap diancam neraka hingga ia bertaubat)

3) Boleh. Yaitu seseorang bertawakal kepada selain Allah dalam arti mewakilkan urusannya kepada seseorang tanpa disertai penyandaran hati. Contoh : menyerahkan kendali perusahaan kepada seorang menejer. seperti Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewakilkan kepada Ali radiyallahu’anhu untuk menyembelih qurbannya dan mewakilkan kepada Abu Hurairoh radiyallahu’anhu dalam masalah sodaqoh.

Menghadirkan Tawakal

“Tawakal kepada Allah Ta’ala merupakan ibadah yang dituntut dari seorang mu’min Kekuatan tawakal seseorang kepada Allah Ta’ala kembali kepada pemahamannya tentang rububiyah Allah Ta’ala dan keimanannya yang mendalam terhadap tauhid rububiyah. Maka untuk menghadirkan dan memunculkan tawakal di dalam hati kembali kepada perenungan terhadap atsar-atsar dari rububiyah Allah Ta’ala. Semakin banyak seorang hamba merenung dan memperhatikan kekuasaan dan kerajaan Allah di langit dan di bumi, pengetahuannya bahwa Allah adalah yang memiliki kerajaan langit dan bumi, bahwasannya hanya Dia yang mengatur dan menjalankannya dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya merupakan sesuatu yang mudah dibandingkan dengan pengaturan alam semesta ini, maka akan semakin besar pengagungannya kepada Allah, semakin kuat pula tawakalnya kepada Allah Ta’ala, ia pun mengagungkan perintah-Nya (dengan melaksanakannya), dan mengagungkan larangan-Nya (dengan menjauhinya), dan ia pun meyakini tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan-Nya dan tidak ada yang sulit bagi-Nya. “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya” (Ath-Tholaq : 3)” Itulah nukilan perkataan Syekh Sholih Alu Syaikh di dalam kitabnya at-tamhid syarah kitab tauhid. walahu’alam

Penjelasannya, apabila seorang hamba mengilmui tentang keesaan Allah dalam hal menolak bahaya dan mendatangkan manfaat, dalam hal memberi dan menahan, dalam hal mencipatakan dan memberi rizki, dalam hal menghidupakan dan mematikan (dan ini semua adalah rububiyah Allah), maka itu akan membuahkan ubudiyah tawakal kepada-Nya semata secara batin, dan konsekwensi tawakal dan buahnya secara lahiriyah.

Tawakal Bukan Pasrah

Kadang seseorang salah kaprah dalam memaknai tawakal, ia menganggap bahwa tawakal adalah legowo (menerima total) keadaan tanpa ada upaya perubahan, namun perlu diketahui bahwa tawakal bukan berarti meninggalkan usaha atau sebab, karena melakukan atau mengambil sebab merupakan kesempurnaa tawakal. Akan tetapi tidak boleh bersandar kepada sebab tersebut. Syekhul islam Abul Abbas rohimahullah berkata, “Meninggalkan sebab adalah celaan terhadap syari’at dan bersandar kepada sebab adalah syirik”. Murid beliau Syamsudin Abu Abdillah rahimahullah berkata, “Pelanggaran terbesar terhadap syari’at adalah meninggalkan sebab karena menyangka bahwa mengambil sebab akan menafikan tawakal”

yang lain berkata, “Mengandalkan sebab adalah celaan terhadap tawakal dan tauhid, sedangkan meninggalkan sebab merupakan celaan terhadap syari’at dan hikmah Allah” karena Allah telah menjadikan segala sesuatu ada sebab dan akibatnya. Maka kita katakan, “Di dalam bertawakal harus terpenuhi dua syarat : pertama, menyerahkan seluruh perkara kepada Allah Ta’ala yang di tangan-NYalah segala urusan. Kedua, tidak boleh bersandar kepada sebab yang dilakukannya. Hati dan batinnya bersandar total kepada Allah Ta’ala, sedangkan anggota badannya menjalani sebab. Dengan itu diketahui bahwa tawakal adalah murni ibadah hati. Barang siapa yang memalingkannya kepada selain Allah maka dia telah berbuat syirik, walaupun dia meyakini bahwa Allah Ta’ala satu-satunya yang menciptakan dan memberi rizki.

Hadits berikut lebih memperjelas: Dari Umar bin Khotob radiyallahu’anhu, ROsulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Andaikan kalian tawakal kepada Allah dengan sebenarnya niscaya Allah akan memberi rizki kepada kalian seperti memberi rizki kepada burung. Mereka pergi pagi hari dengan perut kosong dan pulang sore hari dengan perut kenyang” (Shohih Tirmidzi)

Tawakal burung adalah dengan pergi mencari makanan, maka Allah jamin dengan memberikan makanan kepada mereka. Burung-burung itu tidak tidur saja di sarangnya sambil menunggu makanan datang, tetapi pergi jauh mencari makanan untuk dirinya dan anak-anaknya.

Ketahuilah, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling bertawakal kepada Allah, namun belian melakukan usaha. Ketika perang uhud beliau memakai dua baju besi dan ketika hijrah ke madinah beliau menyewa penunjuk jalan, beliau juga berlindung dari panas dan dingin, tapi hal tersebut tidak mengurangi tawakalnya kepada Allah Ta’ala.

Jadi, mengambil sebab yang disyari’atkan menunjukan kesempurnaan tawakal dan kekuatannya, dan meninggalkan sebab menunjukan kebodohannya terhadap syari’at rabbnya. Barangsiapa yang membaca kisah-kisah para Nabi, terkhusus Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya akan melihat bahwasannya mereka adalah manusia yang paling bertawakal kepada Allah Ta’ala, bersamaan dengan itu mereka juga mengambil sebab dan meyakini bahwa hal tersebut merupakan kesempurnaan tawakal kepada Allah.


http://kajiansaid.wordpress.com/2010/02/24/seperti-hati-burung/

Kisah Nyata Gadis berumur 10 tahun bernama Bar`ah

Berikut ini adalah kisah sedih gadis berumur 10 tahun yang bernama Bar`ah. Orang tua Bar’ah adalah dokter dan telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pada usia ini, Bar`ah telah menghafal seluruh Al Qur’an beriktu tajweednya , dia sangat cerdas hingga gurunya pernah mengatakan bahwa dia paling unggul untuk anak seusianya.

Dia hidup dalam keluarga kecil yang berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya … . Suatu hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah dan setelah beberapa kali diperiksakan, diketahuilah bahwa ibu bar’ah menderita kanker, dan ternyata kanker ini sudah dalam keadaan stadium akhir/kronis.

Ibu Bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya … dan inilah ucapan ibu Bar’ah kepadanya “Bar`ah aku akan pergi ke surga di depanmu, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak… “

Gadis kecil itu tidak benar-benar mengerti tentang apa yang ibunya beritahukan. Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama. Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai larut malam, sampai ayahnya datang dan membawanya pulang.

Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu ayah Bar’ah melalui telpon bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk dan ia perlu datang secepatnya, sehingga ayah Bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan langsung menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia meminta Bar’ah untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.

Ayah Bar’ah keluar dari mobil dengan berlinang air mata, ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit. Tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah Bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis kecil ini pada saat itu…!

Tragedi Bar`ah belum selesai sampai di sini… setelah lima hari semenjak kematian ayahnya, akhirnya ibu Bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya. Dan oleh orangtua dari teman-teman sekolahnya, Bar’ah dihubungkan dengan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.

Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar`ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu di periksakan, dan setelah beberapa kali tes di dapati Bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mencengangkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker….inilah perkataan Bar’ah kala itu: “Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang tuaku.”

Semua teman-teman dan keluarganya terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah….

Orang-orang mulai mendengar tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan untuk mengurus nya … ia mengirim Bar’ah ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.

Salah satu saluran TV Islam (TV Al Hafiz) berhasil menghubungi gadis kecil ini dan memintanya untuk membaca Quran … dan ini adalah suara indah yang di lantunkan oleh Bar’ah …

http://www.youtube.com/watch?v=NnNS9ID9Ecw

Mereka (saluran TV Islam) berhasil menghubungi Bar’ah lagi sebelum ia dalam keadaan koma. Bar’ah berdoa untuk kedua orangtuanya dan menyanyikan sebuah Nasheed….

http://www.youtube.com/watch?v=yD5S-jtxFls

Hari-hari terlewati dan kanker mulai menyebar di seluruh tubuhnya, para dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya, dan ia telah bersabar dengan apa yang ditetapkan Allah baginya … tapi beberapa hari setelah operasi amputasi kakinya kanker sekarang menyebar ke otaknya, lalu oleh dokter diputuskan untuk melakukan operasi otak … dan sekarang Bar’ah berada di sebuah rumah sakit di Inggris menjalani perawatan dalam kondisi koma.

Silakan berdoa untuk Bar’ah, dan untuk saudara-saudara kita di seluruh dunia…

Video Bar’ah lainnya :

http://www.youtube.com/watch?v=gkIO02s6Ywg

sumber:
http://cintaislam.org/motivasi/kisah-nyata-gadis-berumur-10-tahun-bernama-barah

Gadis Kecil Yang Solehah


Ada kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya. Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:

Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma’ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:

Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: “Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!”

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: “Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam.” Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: “Sakit ringan di kakiku.” Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: “Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah.” Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata “Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah.” Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: “Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku.”

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.

Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: “Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku.”

Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: “Apakah engkau seorang muslimah?” Dia menjawab: “Tidak.”

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.

PAda suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: “Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?” Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: “Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. ” Temanku tersebut berkata: “Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati.”

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.

Dia berkata: “Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat.”

Kukatakan: “(Mimpi) yang baik Insya Allah. “

Dia berkata: “Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi.”

Akupun bertanya kepadanya: “Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut.”

Dia menjawab: “Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku.

Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: “Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu.” Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: “Aku ingin mencium pipimu yang kedua .” Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: “Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah.”

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallaah.” Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” Dan kelurlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil ‘aalamin.

: renungan q, akhwat

Wasallam ,

Cairo , 2 Feb - 2010 

Ibu .. ayah , aku ingin meraih Surga


bu, ayah ... lewat berbaktipadamu lah jalan menuju surga Rabbku.

Alhamdulilllah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »

"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga."(HR. Muslim)

Dari Abdullah bin ’Umar, ia berkata,
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua." (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)



1. Jasa Orang Tua Begitu Besar

Sungguh, jasa orang tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, dia mesti menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala dia melahirkan juga demikian. Begitu pula saat menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, namun dia rela lembur di saat si bayi kecil kehausan dan membutuhkan air susunya. Oleh karena itu, jasanya sangat sulit sekali untuk dibalas, walaupun dengan memikulnya untuk berhaji dan memutari Ka’bah.
Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka'bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,
إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ - إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
ثُمَّ قَالَ : ياَ ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا ؟ قَالَ : لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ

Orang itu lalu berkata, "Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?" Ibnu Umar menjawab, "Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan." (Adabul Mufrod no. 11. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad)



2. Berbakti pada Orang Tua adalah Perintah Allah

Allah Ta’ala berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukkan agungnya amalan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al An’am: 151)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 13-14)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".” (QS. Al Ahqaf: 15)

Pujian Allah pada Para Nabi karena Bakti Mereka pada Orang Tua

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala tentang Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam berikut,
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Begitu juga Allah menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam,
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32)

“Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)






3. Amalan yang Paling Dicintai oleh Allah adalah Berbakti pada Orang Tua


Kita dapat melihat pada hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan,
سَأَلْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » .قَالَ ثُمَّ أَىّ قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قَالَ حَدَّثَنِى بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى

“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”

Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)


4. Bakti pada Orang Tua Akan Menambah Umur


Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR. Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi, yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya)


5. Di antara Bentuk Berbakti pada Orang Tua


1] Menaati perintah keduanya selama bukan dalam perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam melakukan kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
أَطِعْ أَبَاكَ مَا دَامَ حَيًّا وَلاَ تَعْصِهِ

“Tatatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperinahkan untuk bermaksiat.” (HR. Ahmad. Dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanadnya hasan)

[2] Mendahulukan perintah mereka dari perkara yang hanya dianjurkan (sunnah).
Sebagaimana pelajaran mengenai hal ini terdapat pada kisah Juraij yang didoakan jelek oleh ibunya karena lebih mendahulukan shalat sunnahnya daripada panggilan ibunya. Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

[3] Menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia di hadapan keduanya, di antaranya adalah dengan tidak mengeraskan suara di hadapan mereka.

Dari Thaisalah bin Mayyas, ia berkata bahwa Ibnu Umar pernah bertanya, "Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk surga?" ”Ya, saya ingin”, jawabku. Beliau bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" "Saya masih memiliki seorang ibu", jawabku. Beliau berkata, "Demi Allah, sekiranya engkau berlemah lebut dalam bertutur kepadanya dan memasakkan makanan baginya, sungguh engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar."(Adabul Mufrod no. 8. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Di antara akhlaq mulia lainnya terdapat dalam hadits berikut. Dari Urwah atau selainnya, ia menceritakan bahwa Abu Hurairah pernah melihat dua orang. Lalu beliau berkata kepada salah satunya,
مَا هَذَا مِنْكَ ؟ فَقَالَ: أَبِي. فَقالَ: " لاَ تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلاَ تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلاَ تَجْلِسْ قَبْلَهُ

"Apa hubungan dia denganmu?" Orang itu menjawab, ”Dia ayahku.” Abu Hurairah lalu berkata, "Janganlah engkau memanggil ayahmu dengan namanya saja, janganlah berjalan di hadapannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk." (Adabul Mufrod no. 44. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad)

[4] Menjalin hubungan dengan kolega orang tua.
Ibnu Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

"Sesungguhnya kebajikan terbaik adalah perbuatan seorang yang menyambung hubungan dengan kolega ayahnya." (HR. Muslim)

[5] Berbakti kepada kedua orang sepeninggal mereka adalah dengan mendo’akan keduanya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,
تُرْفَعُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ مَوْتِهِ دَرَجَتُهُ. فَيَقُوْلُ: أَيِّ رَبِّ! أَيُّ شَيْءٍ هَذِهِ؟ فَيُقَالُ: "وَلَدُكَ اسْتَغْفَرَ لَكَ

"Derajat seseorang bisa terangkat setelah ia meninggal. Ia pun bertanya, "Wahai Rabb, bagaimana hal ini bisa terjadi?" Maka dijawab,"Anakmu telah memohon ampun untuk dirimu."(Adabul Mufrod, no. 36. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan secara sanad)

Ibu Lebih Berhak dari Anggota Keluarga Lainnya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim 8/331)

6. Dosa Durhaka pada Orang Tua

Abu Bakrah berkata,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah."Beliau lalu bersabda, "(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), "Dan juga ucapan (sumpah) palsu." Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), "Duhai, seandainya beliau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakroh berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغِى وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

”Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [diakhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)


7.Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua


’Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma berkata,
إبكاء الوالدين من العقوق

”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”

Mujahid mengatakan,
لا ينبغي للولد أن يدفع يد والده إذا ضربه، ومن شد النظر إلى والديه لم يبرهما، ومن أدخل عليهما ما يحزنهما فقد عقهما

“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”

Ka’ab Al Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله

“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birrul Walidain, hal. 8, Ibnul Jauziy)


8. Hati-hatilah dengan Do’a Jelek Orang Tua


Abu Hurairah berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا

"Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya." (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Semoga Allah memudahkan kita berbakti kepada kedua orang tua, selama mereka masih hidup dan semoga kita juga dijauhkan dari mendurhakai keduanya.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

***
Cairo , 1 Jumadil Akhir 1430 H

Denah Masjid Nabawi Dan Sejarah

Ingin mengetahui secara detail mengenai sejarah dan bentuk masjid Nabawi di Madinah, berikut sebuah artikel yang berkenaan tentang hal ini.







1. Ruangan di Dalam Masjid Nabawi

Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London), translated by Ir. H. Ismail Umar and Hj. Titie Wibipriatno

Beberapa ahli sejarah telah menggambarkan ruangan dalam Masjid Nabi SAW. Misalnya Syaikh Dehlawi (958 H – 1052 H) telah menuliskan dengan detail ruangan berikut dalam bukunya “Sejarah Madinah”. Penomoran berikut sesuai dengan nomor pada denah Masjid yang terdapat pada akhir buku ini.








1. TIANG DUTA/UTUSAN: Nabi SAW menggunakan tempat ini untuk menemui para utusan yang datang. Beberapa Sahabat terkemuka duduk disekitar beliau selama pertemuan berlangsung.

2. TIANG PENGAWAL: Menjadi tempat berdiri para pengawal Nabi SAW. Matori berkata, “Pintu rumah Aisyah RA berhadapan dengan tiang ini, dan Nabi SAW melalui pintu ini menuju ke Masjid Nabawi.”

3. TIANG TEMPAT TIDUR: Abdullah bin Umar RA bercerita, “Nabi SAW menggunakan tempat ini sebagai tempat tidur beliau selama I’tikaf.

4. TIANG ABU LUBABAH: Tertulis padanya. Seperti disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, Nabi SAW bermaksud untuk menghukum bani Quraizzah (sebuah suku Yahudi) atas pengkhianatannya kepada Nabi SAW. Abu Lubabah RA ditunjuk sebagai penengah. Dia secara tidak sengaja membocorkan rahasia Nabi SAW kepada suku Yahudi itu. Abu Lubabah segera menyadari kesalahannya dan mengikat dirinya sendiri pada tiang ini, hingga Allah SWT menerima taubatnya. Setelah tujuh hari, Nabi SAW menerima wahyu mengenai diterimanya taubat Abu Lubabah dan melepaskan ikatanya dengan tangan beliau sendiri. Al Qur’an, Surat Al Anfal, Ayat 27 – 28 diwahyukan untuk meberikan kepada kita sebuah pelajaran. Yakni mengkhianati kepercayaan adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal bagi para Sahabat Nabi SAW, sehingga mereka melakukan tindakan yang luar biasa untuk memperbaiki kesalahannya.

5. TIANG AISYAH: Tabrani menyebutkan Aisyah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Ada tempat yang sangat penting di dalam Masjid Nabawi yang mulia, jika seorang mengetahuinya, mereka akan mengadakan undian untuk mendapatkan kesempatan agar bias shalat di sana”.

Suatu hari para Sahabat bertanya kepada Aisyah RA tentang tempat ini. Beliau menolak untuk memberitahukan tempat tersebut. Akhirnya para Sahabat pergi, sedangkan Aisyah RA masih bersama dengan keponakannya Abdullah bin Zubair RA. Belakangan para Sahabat memperhatikan bahwa Abdullah bin Zubair RA melakukan shalat dekat dengan tiang Aisyah. Para Sahabat meyakini bahwa Aisyah RA memberitahukan tempat tersebut secara rahasia kepada keponakannya.

Nabi SAW pernah mengimami shalat dari titik ini selama beberapa hari setelah perubahan qiblat dari Masjid Al Aqsa ke Ka’bah di Makkah. Belakangan, beliau selalu mengimami shalat dari titik yang sekarang dikenal sebagai Mihrab Nabawi As Syarif.

6. TIANG MUKHALLAQAH: Jabir RA meriwayatkan seperti disebutkan dalam hadits Buhari, “Nabi SAW bersandar pada sebatang pohon kurma (yang awalnya terletak pada tempat dimana tiang ini berada) ketika melakukan khutbah Jumat, kaum Ansar dengan hormat menawarkan pada Nabi SAW, kami dapat membuat sebuah mimbar untukmu, jika engkau menyetujuinya”.

Nabi SAW menyetujuinya dan sebuah mimbar yang terdiri dari 3 anak tangga dibangun. Ketika Nabi SAW duduk di atas mimbar ini untuk berkhutbah, para Sahabat mendengar batang pohon kurma itu menangis seperti anak kecil. Nabi SAW mendekati pohon yang sedang menangis ini dan kemudian memeluknya. Pohon ini lalu tenang setelah sebelumnya terisak-isak seperti onta betina. Pohon kurma tersebut menangis karena ia tidak digunakan lagi untuk mengingat Allah SWT.

Sejak itu batang pohon tersebut diberi sejenis pewangi yang disebut Khaluq. Dan kemudian, tiang dimana pohon kurma itu dulu berada, dikenal dengan sebutan tiang Mukhallaqah.

7. MIHRAB NABAWI: Tidak ada mihrab di dalam Masjid Nabawi selama periode pemerintahan Nabi SAW dan empat Khalifah yang pertama. Pada tahun 91 H, Umar bin Abdul Aziz pertama kali melakukan shalat di sini di dalam sebuah bentuk mihrab. Jika kita berdiri di dalam mihrab ini dan melakukan shalat, tempat sujud kita akan terletak di tempat dimana kaki Nabi SAW berpijak. Dinding tebal mihrab ini menutupi tempat sujud Nabi SAW yang sebenarnya.

8. MIHRAB USTMANI: Khalifah Utsman RA mengimami shalat di tempat ini. Sekarang, Imam Masjid Nabawi juga mengimami shalat di sini. Umar bin Abdul Aziz kemudian membangun sebuah mihrab di sini.

9. MIHRAB HANAFI: Sebelumnya Imam shalat dari empat Mazhab (Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali) mengimami shalat di Masjid Nabawi secarah terpisah pada waktu yang sedikit berbeda dan tempat yang berbeda. Imam Hanafi mengimami shalat pada tempat ini. Namun kini, hanya satu shalat berjamaah yang diselanggarakan di Masjid Nabawi, yang dipimpin oleh Imam dari Mazhab Hambali. Hal ini berlaku sejak kekuasaan dipegang oleh Pemerintahan Saudi.

10. MIHRAB TAHAJUD: Nabi Muhammad SAW melakukan shalat tahajjud di tempat ini.

11. MIMBAR: Seperti disebutkan dalam hadits Bukhari Muslin dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda “Antara rumahku dan mimbarku adalah salah satu taman dari taman-taman surga dan mimbarku akan berada di telaga Kautsar pada hari Kiamat”. Berbagai pemerintahan muslim mengirimkan mimbar untuk Masjid Nabawi dari waktu ke waktu. Mimbar yang ada sekarang, dikirim oleh Sultan Murad ke-3 dari Dinasti Usmani pada tahun 998 H.

12. TEMPAT MUAZZIN: Tempat ini, berupa balkon segi empat, terletak di sebelah Utara Mimbar Nabi. Tempat ini selain sebagai tempat adzan juga sebagai tempat shalat muadzin dan untuk menguatkan suara takbir pada shalat lima waktu.

13. PANGGUNG DISEKITAR TEMPAT TAHAJJUD: (tidak ada keterangan – pent.)

14. PANGGUNG TEMPAT PETUGAS KEAMANAN: Jika kita memasuki Masjid Nabawi dari Bab Jibril, panggung ini akan berada di sebelah kanan. Dibangun oleh Sultan Nuruddin Zanki. Panggung ini sebenarnya bukanlah tempat dari Ahlu Suffah, seperti perkiraan banyak peziarah.

15. TEMPAT AHLU SUFFAH: Suffah berarti tempat berteduh. Sahabat Nabi yang miskin dan tidak memiliki rumah, bertimpat tinggal di Suffah. Di sini mereka mendapat pendidikan tentang Islam dan mengamalkannya. Jika kita berjalan dari tiang Aisyah berlawanan dengan arah qiblat, Suffah berada setelah tiang ke-5. Namun setelah Nabi SAW memperluas Masjid pada tahun ketujuh Hijriah, Suffah dipindah sekitar sepuluh meter kea rah Timur, seperti yang tergambar pada denah Masjid Nabawi.

16. BAB (PINTU) BAQI’: Pintu ini berhadapan dengan Bab Salam.

17. BAB (PINTU) JIBRIL: Terletak di bagian Timur, disebut juga Bab Nabi, karena beliau selalu masuk melalui pintu ini. Adapun alasan penyebutan Bab Jibril adalah sebuah riwayat dari Aisyah RA, “Ketika Nabi SAW pulang dari Khandaq, dan meletakkan senjata kemudian mandi, Jibril AS mendatangi Beliau seraya berkata, ‘Engkau meletakkan senjatamu?, demi Allah kita belum (bisa) meletakkan senjata, pergilah menuju mereka’, Nabi SAW berkata, ‘kemanakah?’, Jibril AS menjawab, ‘ke sini’, dia menunjuk Bani Quraizzah. Maka Nabi SAW keluar menuju mereka.

18. BAB (PINTU) NISA: Pintu ini dibuka oleh Umar ibn Khattab tahun 12 H. Beliau mengatakan, “Alangkah baiknya kalau pintu ini dikhususkan untuk wanita”.

19. BIR (SUMUR) HA: Jika kita memasuki Masjid dari bagian paling kiri dari Bab Fahd, sumur ini berlokasi sekitar15 meter ke dalam Masjid dan ditandai dengan 3 lingkaran. Nabi SAW terkadang mendatangi sumur ini dan meminum airnya. Sumur dan taman yang mengelilinginya dimiliki oleh Abu Talhah. Ketika dia mendengar ayat 92 surat Ali Imran yang berbunyi:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Abu Talhah RA segera mengimfakkan taman ini karena mengaharapkan Ridha Allah SWT. Inilah contoh bagaimana para Sahabat berekasi terhadap ayat-ayat al Qur’an dan secara spontan langsung mengerjakan perintah Allah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati.

20. BAB (PINTU) SALAM: Umar ibn Khattab RA membuka pintu ini yang terletak di tembok Masjid bagian Barat, ketika dilakukan perbaikan Masjid tahun 12 H. Dinamakan Bab as Salam karena letaknya sejajar dengan tempat penghormatan berupa salam kepada jasad Rasulullah SAW.

21. RUMAH ABU BAKAR RA: Jika kita berjalan dari mimbar melalui Bab Siddiq, rumah ini berlokasi setelah tiang ke-5 sejajar dengan Bab Siddiq. Suatu hari Nabi SAW bersabda, “Semua pintu rumah-rumah yang terbuka langsung ke dalam Masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar”. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Abu Bakar RA akan menjadi khalifah pertama.



Berikut saya temukan pula sebuah gambar denah makam Rasulullah SAW dan Raudlah yang lain. Saya angkut ke sini agar menjadikan informasi ttg hal ini menjadi lebih lengkap.







Keterangan :

1. Makam Rasulullah Saw

2. Makam Sy. Abu Bakar as Shiddiq

3. Makam Sy. Umar ibn Khaththab

4. Tempat yang menurut suatu riwayat disediakan untuk Nabi Isa AS, ada 2 kemungkinan yaitu berada luruh dengan Rasulullah saw atau berada dibelakang Sy Umar ibn. Khaththab

5. Tempat peristirahatan Siti Aisyah ra.

6. Tempat kedatangan malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada Rasulullah saw.

7. Dinding kamar Siti Aisyah, yang dibengun sendiri oleh Rasulullah saw, hingga saat ine tembok tersebut masih berdiri kokoh

8. Dinding makam berbentuk segilima, yang dibangun oleh Umar ibn Abd Aziz, agar makam Rasulullah saw tidak menyerupai ka’bah dan terlalu dikultuskan oleh umat Islam.

9. Dinding segi lima lapis kedua yang dibangun oleh sultan Qait bay dari Mesir

10. Tiang-tiang yang memperkuat dinding segilima lapis kedua

11. Bagian dari raudlah yang terdapat dibagian dalam tembok kamar makam.

12. Bagian dari raudlah yang terdapat diluar kamar makam, (nomor 12 tidak terdapat pada detail gambar, area ini adalah tempat yang biasanya dijadikan rebutan oleh ummat Islam)

13. Area dengan nomor 13 adalah bukan bagian dari raudlah.

14. Kediaman siti Fathimah ra.

15. Mihrab didalam kediaman siti Fathimah, yang dibangun oleh sultan Qait bay

16. Mihrab tempat tempat Rasulullah seringkali bertahajud seorang diri

17. Tempat Rasulullah shalat tahajud berjamaah bersama ahl suffah, tempat ini berada dibelakang kediaman st Fathimah

18. Lubang besar terletak dibagian depan, lubang ini lurus searah dengan makam Rasulullah saw

19. Lubang kecil terletak dibagian depan searah dengan makam sy Abu Bakar ra

20. Lubang kecil dibagian depan searah dengan makam sy Umar Ibn Khaththab ra

21. Tempat beberapa batu sisa-sisa kediaman Rasulullah saw, yang kemudian dibuang pada masa Khalifah Al Walid ibn Abd. Malik

22. Usthuwanah al Sarir, tempat Rasulullah saw beristirahat ketikaterlalu capai beribadah

23. Usthuwanah al Wufud, tempatRasulullah seringkali menerima tamu-tamu penting

24. Usthuwanah al Hirs, tempat para shahabat bersiaga menjaga Rasulullah saw, seringkali sy Ali ibn Abi Thalib bersiaga ditempat tersebut

25. Bab Al Taubah, pintu masuk makam dibagian depan

26. Bab Aisyah, pintu masuk makam dibagian samping dari arah raudlah

27. Lubang kisi-kisi yang lurus searah dengan kepala Rasulullah saw yang mulia.

28. Lubang kisi-kisi yang lurus searah dengan kaki Rasulullah saw yang mulia

29. Beberapa pintu masuk menuju makam Rasulullah saw

30. Lingkaran kubah kecil yang berada tepat diatas makam Rasulullah saw

31. Lingkaran kubah lapis kedua, yang disebut kubah al zarqa’

32. Lingkaran kubah lapis ketiga, atau kubah al khadra’ (kubah hijau) yang terlihat dari bagian luar makam.

33. Bagian dari kamar makam (tertulis dengan nomor 32)

34. Panggung setinggi kurang lebih 30 cm, tempat para ahl suffah berjamaahshalat tahajud bersama Rasulullah saw

35. Panggung setinggi kurang lebih 60 cm, tempat ahl suffah biasa berkumpul

36. Usthuwanah al taubah

37. Usthuwanah A’isyah

38. Mihrab tempat shalat Rasulullah saw

39. Usthuwanah al Mukhallaqah

40. Minbar Rasulullah saw

41. Panggung tempat adzan


Berikut kami tampilkan pula gambar Masjid Nabawi dilihat dari citra satelite. Tanda X adalah kubah masjid, di mana makam Rasul (31,32: di denah ke dua) berada.








Shalat di masjidku ini [Masjid Nabawi] lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya.” [HR Ahmad Ibnu Huzaimah dan Hakim].


2. Tempat-Tempat Istimewa di Madinah

Berikut adalah tempat-tempat istimewa setelah masjid Nabawi di Madinah,











* Masjid Nabawi

Detail telah dijelaskan pada denah di atas. Masjid Nabawi didirikan tahun 622 M atau tahun pertama hijriah, setelah Nabi Saw hijrah dari Mekah ke Madinah. Pembangunan mihrab dilakukan setelah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram di Mekah tahun 2 H.

Ada Raudhah di dalam masjid yang adalah tempat yang paling makbul untuk berdoa, seperti sabda Rasulullah Saw, “Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surga” [diriwayatkan 5 ahli hadits].




* Pemakaman Baqi’






Terletak di sebelah rimur dari masjid Nabawi. Di tempat itu dimakamkan Utsman bin Affan Ra dan para istri Nabi Saw, yaitu Siti Aisyah Ra, Ummi Salamah, Juwairiyah, Zainab, Hafsah binti Umar bin Khaththab, dan Mariyah Al Qibtiyah Ra. Putra-putri Rasulullah Saw seperti Ibrahim, Siti Fatimah, Zainab binti Ummu Kulsum, serta beberapa sahabat Nabi Saw juga dimakamkan di sana.




* Masjid Quba









Terletak di daerah Quba, sekitar 5 km sebelah selatan Madinah. Waktu Nabi Saw berhijrah ke Madinah, orang pertama yang menyongsong kedatangan Rasulullah adalah orang-orang Quba. Di sini Nabi Saw menempati rumah Kalsum bin Hadam, kemudian Rasulullah saw pun mendirikan masjid di atas sebidang tanah milik Kalsum. Di masjid ini lah yang pertama kali diadakan shalat berjemaah secara terang-terangan.


* Jabal Uhud







abal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Letaknya sekitar 5km di sebelah utara pusat kota Madinah. Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara kaum Muslimin sebanyak 700 orang melawan kaum musyrikin Mekah sebanyak 3.000 orang yang dinamakan Perang Uhud. Para syuhada yang tewas di Uhud dimakamkan di tempat tersebut di pemakaman yang dikelilingi tembok.

* Masjid Qiblatain







Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama masjid Bani Salamah karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Pada tahun ke 2 H waktu Zhuhur di masjid tersebut tiba-tiba turunlah wahyu surat Al-Baqarah ayat 144. Dalam shalat tersebut mula-mula Rasulullah Saw menghadap ke arah Masjidil Aqsa, tetapi setelah turun ayat tersebut, beliau menghentikan sementara, kemudian meneruskan shalat dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Dengan terjadinya peristiwa tersebut akhirnya masjid ini diberi nama masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.


Pada tahun 1993 sampai kira-kira 1995 Masjid ini masih memiliki 2 mimbar/kiblat, hanya saja pada mimbar yang menuju arah ke Masjid Aqsho sudah tidak digunakan lagi, disana hanya terpampang bukti-bukti sejarah yang dijelaskan dengan tulisan dalam berbagai macam bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia,turki,Arab, Inggris, Jerman dsb, bahwa mimbar inilah sebagai bukti sejarah bahwa sebelum ayat tersebut turun Rosululloh SAW sedang menjadi Imam di Mimbar ini.

1.Tapi kini Mimbar tersebut (yang mengarah ke Masjid Aqsho) sudah dirobohkan oleh pihak Kerajaan Wahabi, sehingga sudah tak nampak lagi Mimbar peninggalan sejarah itu. Tidak ada lagi keistimewaan Masjid dengan 2 kiblat di Masjid ini,hanya tinggal nama saja yang masih disebut Masjid Qiblatain tapi kenyataannya mimbarnya hanya satu saja.

Sekali lagi ini INI FAKTA pembumi hangusan bukti-bukti sejarah tentang turunnya ayat Al-Qur’an.

Konon alasan pihak Kerajaan Wahabi merobohkan mimbar yang ke arah Masjid Aqsho karena masih ada beberapa ummat islam yang melakukan sholat sunnah menghadap kiblat ke arah Masjid Aqsho. Ini bisa menjadi musyrik, katanya.



2. Masjid Qiblatain, (masjid 2 kiblat), dulu tahun 1993 masjid ini memiliki 2 mimbar, satu menghadap Makkah, satu lagi menghadap Baytul Maqdis.Pada mimbar baytul maqdis tertulis dengan berbagai bahasa termasuk dalam bahasa indonesia, yang menceritakan bahwa mimbar ini sebelumnya digunakan sebagai mimbar Rasulullah SAW ketika shalat menghadap baqtul maqdis, namun setelah turun ayat (al-Isra..?) yang memerintahkan untuk merubah qiblat dari menghadap masjidil aqsha ke masjidil harom, Rasulullah SAW berpindah ke mimbar yang sekarang menghadap Masjidil harom (mimbar ke 2).Tapi sekarang ; mimbar yang menghadap Masjidil Aqso sudah dihilangkan sehingga tidak ada tanda lagi bahwa masjid ini memiliki 2 kiblat, sehingga sudah hilang nilai sejarahnya. “Masjid qiblatain” hanyalah tinggal sebuah nama saja, mimbarnya tinggal 1, sepantasnya namapun berubah menjadi Masjid Qiblat, karena mimbarnya hanya satu.

Wallahu a’lam.



* Masjid Khandaq








Khandaq berarti parit. Dalam sejarah Islam yang dimaksud Khandaq adalah peristiwa penggalian parit pertahanan sehubungan dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya. Peninggalan Perang Khandaq yang ada hanyalah berupa lima buah pos penjagaan pada peristiwa Khandak yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Sab’ah atau Masjid Khamsah.

Semoga manfaat.
Rasul saw bersabda : "Dan aku demi Allah tidak merisaukan kalian akan musyrik setelah aku wafat, tapi yg kutakutkan adalah keluasan duniawi atas kalian" (Bukhari Muslim)

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam perkara baru yang baik maka baginya pahala dari perbuatan tersebut juga pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa merintis dalam Islam perkara baru yang buruk maka baginya dosa dari perbuatan tersebut juga dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun” (H.R. Muslim) .
.

Ya Allah .. ampunilah hamba-Mu ini

Berilah kami kemudahan-kemudahan

Berilah kami ridlo-Mu selalu …

Amien.


Cairo , 27 Dzulqo’dah 1430 H

KEKAYAAN PALING HAKIKI ADALAH KEKAYAAN HATI


Imam asy-Syaukani berkata, "Harta dan Kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada Hari Kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati." (Bukhari - Muslim)


Hadist diatas menyiratkan bahwa kekayaan kita di duniawi bukan pada harta benda namun pada kekayaan hati kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Makhluk-Nya . Betapa indah dan mulianya Seorang Hamba Allah bila mempunyai hati penuh kekayaan yang berwujud cinta kasih dan senyuman pada sesama sehingga tidak ada ruang untuk membenci dan menyakiti siapapun.


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman!” Nabi ditanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatannya.” (HR. Bukhari-Muslim)


maka dari itu sudah seharusnya manusia memiliki kekayaan hati , agar setiap manusia yang mengenal diri kita merasa tentram dan kita tidak saling membenci dan menyakiti siapapun yang berada di dekat kita .

Siapa yang tidak ingin tampil menawan? Seburuk apapun kita berusaha untuk bisa tampil mempesona namun pesona tubuh dan wajah tidak pernah abadi. Seiring waktu fisik kita makin melemah dan wajah tampak tidak lagi menawan. Hanya hati yang paling lembut, paling kuat dan paling jernih. yang bisa abadi. Itulah hati yang terindah tampil penuh mengutamakan Allah daripada keinginan hawa nafsunya.


Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kejernihan hatinya maka hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada keinginan hawa nafsunya. Hati merupakan bejana (untuk mengenal) Allah di atas muka bumi yanag diciptakan-Nya. Maka hati yang paling dicintai-Nya adalah hati yang paling lembut, paling kuat dan paling jernih.



Kekayaan hati bisa diperoleh siapapun. Tidak peduli apapun kedudukannya, wajahnya ganteng atau jelek. Bila seseorang memiliki hati yang indah dan mulia dari dalam bisa memancar keluar menebarkan cinta kasih dan senyuman pada sesama sehingga dimanapun kita berada, kita memberikan rasa damai kepada siapapun yang berada disisi kita. Itulah makna kekayaan hati.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta-benda tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (HR. Abu Ya’la)


Oleh karena itu, Kita harus banyak- banyak berdo’alah pada Allah subhanahu Wa Ta'ala agar selalu diberi kekayaan hati dan kecukupan. Do’a yang selalu dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah do’a:

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina) (HR. Muslim)


An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “”Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Syarh Muslim, 17/41)


Ya Allah, jadikanlah kami yang diliputi oleh kasih sayang jiwa kami, termasuk hamba-hambaMu yang paling banyak bagiannya dari setiap kebaikan yang Engkau bagikan, dari cahaya yang Engkau memberi petunjuk dengannya, dari rahmat yang Engkau sebarkan, dari rizki yang Engkau lapangkan, dari perlindungan dari keburukan dari petaka yang Engkau singkirkan. Amin ya robbal alamin

Semoga Bermanfaat ..

Wassalam,



Cairo - 21 Juni - 2009

Berdoa di Waktu sepertiga Malam ..


Bila malam tiba saat nya kodok di kampung-Ku bertasbih dan saatnya seorang hamba untuk melaksanakan tahajud. Sholat Tahajud adalah sholat sunah yang memiliki keutamaan terbesar setelah sholat fardhu. Siapa saja yang memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan dikabulkanNya. Sholat tahajud merupakan sarana saat nya kita mengadu kepada sang khaliq . Ingatlah bahwa Allah selalu mendengar doa hamba-Nya di waktru sepertiga malam . Sepatutnya kita memohon petunjuk dengan Allah.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala sangatlah dekat dengan hamba-hamba Nya .

Allah Ta?ala berfirman pula:Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo?a apabila ia memohon kepadaKu.? (QS. Al-Baqarah: 186)

SYAIR

Janganlah kamu meminta kebutuhanmu pada manusia
Mintalah hanya kepada Dzat Yang pintu-pintunya tak pernah tertutup
Allah akan murka jika kamu tidak bermohon kepadanya
Sedang manusia akan murka jika kamu bermohon kepadanya

sudah seharusnya kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Selain itu kita harus berikhtiar dengan berusaha memperbaiki kehidupan kita dan memohon kepada Allah dengan melalui sholat tahajud akan semakin mendekatkan diri kita dengan Sang khaliq . Dengan penyerahan diri dan keikhlasan dalam menjalani hidup merupakan kekuatan yang hanya dimiliki oleh hamba-hamba yang dicintaiNya.

Dan juga, barangsiapa yang mencintai Allah Ta’ala maka rasa cintanya tersebut merupakan sebesar-besar hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Karena sesungguhnya Alloh Subhanahu Wa Ta'ala Maha Mensyukuri, Dia membalas orang yang mendekatkan diri kepada-Nya lebih besar -dengan balasan yang belipat ganda- daripada yang dilakukan orang tersebut. Dan termasuk syukur Allah تعالى adalah : mempertemukannya dengan orang yang dicintainya, walaupun amalan orang yang mencintai itu sedikit.

Allah berfirman:“Barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul, maka mereka bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka dari para Nabi, para orang yang Shiddiq, para Syuhada’ dan orang-orang shalih, dan mereka adalah sebaik-baik teman.” [QS an-Nisa : 69]

Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memuji bagi hamba-hambaNya yang memohon kepadaNya agar diberikan jalan hidup yang baik . Mohonlah apa yang menjadi niat dan keinginan kita. Sholat Tahajud menjadi sebuah sarana yang efektif karena mengandung banyak keutamaan dihadapan Allah. Termasuk memohon agar diberikan kemudahan dalam jalani hidup yang baik dan keluarga yang menenteramkan hati kita.

'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai menyenangkan hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Furqan : 74).

Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu istirahat bagiku dari setiap keburukan." (HR. Muslim)

Ya Allah, aku mengharapkan rahmatMu, maka janganlah Kau pasrahkan (urusan)ku pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau." (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)


Wassalam,

Cairo-AlexandriA : Egypt 2-Mei -2008

Sikap Resmi Al-Ikhwan Al-Muslimin Dalam Masalah Perempuan


Islam memandang bahwa di dalam diri laki-laki dan perempuan terdapat esensi insani, kesatuan ciptaan, kesamaan kehormatan, kemanusiaan, dan tanggungjawab. Karena perempuan adalah belahan dari laki-laki, dan prinsip yang berlaku di dalam hukum-hukum syari’at adalah kesamaan antara keduanya, kecuali dalam hal-hal yang dikecualikan oleh Syari’, dan itu sedikit jumlahnya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah perbedaan tugas. Merawat keluarga menjadi tugas pokok terpenting bagi wanita.
Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan kedudukan wanita di dalamnya. Bila ada kelebihan waktu dan tenaga, maka masyarakat punya hak atas wanita, dan wanita punya kewajiban untuk berpartisipasi bersama laki-laki. Ini adalah kewajiban yang terbatas ruangnya sesuai perbedaan kondisi wanita, kondisi masyarakat, dan fase-fase perkembangan masyarakat.


Hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan komplementasi, bukan hubungan perseteruan. Hak-hak wanita telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan sesuatu yang dirampas dari laki-laki. Pilar keluarga muslim adalah cinta, kasih sayang, dan saling menghormati. Ketika sebuah keluarga kehilangan cinta, kasih sayang, dan sikap saling menghormati, serta sulit terjalin hubungan dengan cara yang baik di dalamnya, maka cerai dari pihak laki-laki atau khulu’ dari pihak perempuan menjadi rahmat karena ia bisa menghindarikan pengaruh-pengaruh negatif dari suami istri.
Partisipasi perempuan dengan laki-laki di berbagai lapangan kehidupan merupakan perkara wajib untuk menjalankan tugas masing-masing dalam kehidupan. Islam tidak melarang keterlibatan ini, namun Islam mewarnainya dengan etika-etika syar’i, sebagaimana Islam mewarnai seluruh bidang kegiatan sosial dengan etika-etika syar’i. Dari sini, masalah-masalah busana, hijab, dan etika partisipasi sosial merupakan perkara-perkara yang menjaga dan melindungi aktivitas kaum perempuan, bukan menghalanginya.
Perempuan adalah separo masyarakat, dan ia menjadi pilar tegaknya generasi, baik laki-laki atau perempuan. Karena itu, surga berada di bawah telapak perempuan. Perempuan adalah makhluk yang suci dan mulia. Allah Subhanahu wa Ta‘ala memuliakan perempuan, sebagaimana Dia memuliakan laki-laki.

“Sungguh Kami telah memuliakan anak-anak Adam..” (Al-Isra’ : 70)

Perempuan adalah makhluk yang berakal, bijak, dan turut diajak bicara oleh Allah di dalam al-Qur’an dan Sunnah, sama seperti pembicaraan kepada laki-laki. Ia juga dibebani kewajiban dan tanggungjawab secara penuh. Jadi, tanggungjawab pidana dan perdata wanita itu sama seperti laki-laki, dan tanggungan hartanya juga penuh. Seluruh tindakan finansialnya sah dan berlaku, tanpa membutuhkan persetujuan suami, atau ayah, atau saudara, atau yang lain.

Ruang lingkup kepemimpinan laki-laki atas istrinya terbatas pada masalah-masalah rumah tangga saja, dan ini adalah kepemimpinan atas dasar cinta, kasih sayang, dan musyawarah, sebagai kompensasi dari tanggungjawab yang dipikul laki-laki.

Berangkat dari kedudukan yang mulia ini, kami berpandangan: Hak-hak pribadi Hak-hak personal adalah hak memilih suami tanpa ada tekanan, paksaan, atau wasiat; hak mahar, pengasuhan, dan susuan; hak tempat tinggal dan nafkah di masa ‘iddah; serta hak kepemilikan dan warisan sebagaimana yang ditetapkan oleh syari‘at.

Hak-hak umum Hak-hak umum adalah hak memerintahkan kebajikan, mencegah yang mungkar, hak mengajar yang merupakan kewajiban setiap mukmin dan mukminah—yaitu mengembangkan kepribadian, meningkatkan keberanian dalam menghadapi kehidupan, berinteraksi dengan suami dan anak-anak, serta mampu bekerja untuk meningkatkan penghasilan keluarga saat dibutuhkan; hak bekerja karena pekerjaan bagi wanita adalah hak, bukan kewajiban, kecuali ketika wanita harus melakukan suatu pekerjaan tertentu, sehingga pekerjaan itu menjadi fardhu ‘ain atau kifayah baginya.
Di antara hak wanita adalah terlibat dalam pemilihan umum dewan perwakilan rakyat dan sejenisnya. Juga menjabat sebagai anggota majelis ini dalam ruang lingkup yang bisa menjaga kesuciannya, netralitasnya, dan kehormatannya tanpa ada yang harus dikorbankan.

Termasuk hak wanita adalah memangku jabatan-jabatan publik selain imamah kubra dan yang sama hukumnya; memberantas buta aksara yang banyak dialami kaum wanita, terutama di pedesaan; menjamin agar kurikulum pendidikan sesuai dengan watak wanita, peran dan kebutuhannya; menjaganya di setiap tempat, baik di angkutan umum atau di tempat-tempat kerja; mendirikan dan mendukung organisasi-organisasi wanita yang bekerja untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan politik wanita, serta membela hak-hak wanita di dalamnya; membentuk kelompok kerja wanita dengan didasari pengalaman dan pengetahuan tentang masalah-masalah wanita di dunia untuk merepresentasikan sudut pandangan Islam di berbagai konggres wanita dan kependudukan yang diorganisir oleh PBB.

Cairo - 2-Agustus - 2009 

Penyair Muda


Cerpen Andi .Muhammad Silakan Simak! 12/02/2007

Jika aku bertemu Tuhan, maka yang pertama kulakukan adalah memprotesNya. MenyalahkanNya. MenggugatNya. Aku kecewa karena doaku puluhan tahun lalu Ia kabulkan. Aku sungguh terluka. Karena saat itu aku tak sungguh-sungguh berdoa. Aku tak serius. Hanya bercanda. Seperti kata penyair yang tegak berteriak. Seakan suaranya membelah langit. Meluluh-lantak bumi.

"Aku bergurau dengan Tuhan ketika malam menjadi kelam. Ketika hujan turun dari langit seperti kaki-kaki merpati yang bermain di seng rumah. Ketika halilintar menyambar lalu cicak di pohon kelapa gemetar. Ketika sepi mencekam lalu aku mulai berpikir bunuh diri. Tuhan menuntunku mandi ke kali, bermain air yang keruh karena hujan belum reda sejak pagi dan aku menjadi lupa bunuh diri."

Aku kecewa karena cita-citaku menjadi penyair Ia kabulkan. Apa enaknya jadi penyair? Dan sialnya ini menjadi semacam garis takdir yang tak mungkin kutolak. Tak bisa kusiasati. Ideku seakan mati.
Puluhan perempuan menolak cintaku karena kebetulan aku penyair. Mereka tahu karena sering melihat namaku muncul di koran hari Minggu dan beberapa buku antologi puisi. Mereka membaca puisi-puisiku seakan membaca alur hidupku sendiri. Mereka kemudian sepakat mengatakan aku tukang gombal. Tukang tipu. Pembohong. Bahkan lebih dari itu, mereka menuduh pekerjaanku hanya menghayal belaka.
"Apa yang bisa kuandalkan darimu. Cinta tidak butuh puisi. Cinta tak memerlukan hayalan. Apa bisa kenyang dengan puisi?"
Siapa tidak kecewa disemprot seperti itu. Siapa tidak jengkel diremehkan seperti tai keledai yang bikin sengak jalanan. Tapi, apa benar aku hanya berhayal? Tidak! Aku tidak berhayal. Aku hanya bermimpi. Lalu apa bedanya hayal dan mimpi? Entahlah!

Menjadi penyair layaknya sebuah kutukan bagiku. Cita-citaku waktu kecil menjadi presiden. Tapi ketika kulihat presiden di negeriku tidak ada yang becus dan sunguh-sungguh serius mengurusi bangsa, aku jadi takut. Aku tak lagi bercita-cita menjadi presiden. Aku tak mau menjadi seonggok daging yang dicaci-maki karena gagal memberi kesejahteraan bagi rakyatnya. Apalagi jika kelak setelah aku menjabat, negeriku diliputi malapetaka karena hartanya kucuri, kukorupsi, kumakan sendiri, tentunya dengan mengeluarkan berbagai macam proposal fiksi. Maka cita-citaku kuubah menjadi pilot.

Aku sering membayangkan terbang ke mana-mana. Melihat dunia dari kaki langit. Jalan-jalan ke Eropa dan Amerika. Menunaikan ibadah haji ke Mekah setiap tahun. Atau sesekali mampir di Taj Mahal, tembok raksasa di Cina, bahkan ke Casablanca, sebuah kota di benua Afrika yang membuatku berdecak kagum karena nama itu menjadi nama parfum kesukaanku. Tentu enak bukan? Apalagi itu semua kulakukan gratis. Cuma-cuma!

Tapi cita-citaku menjadi pilot kugagalkan. Aku ngeri melihat belakangan ini di negeriku pesawat berjatuhan seperti daun di musim gugur. Ada yang hilang tanpa ketahuan rimbanya. Ada yang gagal take off karena mesin rusak parah. Bahkan ada yang jungkir balik ketika landing. Roda pesawat copot karena baut lupa dipasang. Belum lagi anganku jalan-jalan ke Eropa terancam gagal. Pesawat dari negeriku tidak diperkenankan terbang ke sana karena alasan keselamatan. Orang-orang Eropa tidak mau ambil risiko jika suatu saat hal-hal yang sangat ngeri terjadi. Misalnya saja, pesawat dari negeriku jatuh di kota Paris atau London karena mesin tiba-tiba mati.

Begitu juga keinginanku beribadah haji tiap tahun. Arab Saudi, sahabat terbaik negeriku, tiba-tiba berubah. Aku tak mengerti mengapa dia ikut-ikutan mem-black list pesawat dari negeriku. Burung Garuda mendapat lampu merah.

Membuat Menteri Goda Gado belingsatan seperti cacing kepanasan. Ratusan ribu jamaah haji akan ia gagalkan jika burung Garuda benar-benar tak diijinkan terbang ke Arab Saudi. Terang saja karena haji adalah area bisnis paling basah. Tak perlu keringat tapi uang akan melimpah. Begitulah barangkali. Karena hidup di negeriku sebagian besar diliputi oleh kata barangkali. Ah!

Lalu dalam keadaan seperti itu, menjadi pilot sama saja mimpi buruk. Tidak ada enaknya! O...aku mau jadi tentara saja. Oh...tidak! Aku tak mau jadi tentara. Dulu aku sering melihat mereka membunuhi mahasiswa. Entah mengapa, menyebut kata tentara saja bulu kudukku berdiri. Terang karena berita yang kudengar tentang mereka adalah yang jelek-jelek melulu. Mereka membunuh saudara sendiri di mana-mana. Bahkan baru-baru ini, di sebuah pelosok di Jawa Timur, beberapa tentara menyarangkan peluru dengan bangganya ke dada rakyat tak berdosa. Dan konyolnya lagi, itu disanggah sebagai pelanggaran berat hak azasi manusia. Sungguh malang hidup di negeri penuh ironi!

Maka kutukan itu menjelmalah. Aku memilih menjadi penyair. Seorang penyair datang ke sekolahku. Membaca puisi-puisinya. Aku tak sadar bahwa yang dibaca adalah imajinasi bukan cerita hidup sendiri. Dalam puisi itu aku dengar penyair menjadi Dewa Penyelamat. Penyair berpakansi bukan saja ke Eropa atau Amerika. Akan tetapi ke planet Mars bahkan ke surga sekaligus. Penyair tidak hanya bercinta dengan perempuan-perempuan tercantik di dunia. Melainkan dengan Dewi Venus dan bidadari surga sekalian. Penyair bisa bolak-balik ke Mekah tiap hari untuk haji. Kudengar mereka sering bergurau dengan Tuhan ketika malam menjadi kelam. Sungguh enaknya bukan main. Tapi ternyata tidak begitu! Dan itu kusadari setelah aku dikerangkeng dalam dunia penyair dan tak mungkin lari.

Kusadari semua hanya imaji belaka ketika aku sudah benar-benar gila. Semua orang bilang aku tidak waras. Aku terjangkit maniak depresi sangat akut, sindrom bipolar. Suasan hati tak menentu dan berubah-ubah, dari euforia berlebihan menjadi putus asa tak hingga. Aku menjadi sangat tertekan dengan setiap imajinasi dalam puisiku. Dan aku mulai berpikir untuk mengakhiri semuanya dengan bunuh diri. Mengikuti jejak seniman seperti, Vincent Van Gogh, Herman Melville, Edgar Allan Poe, dan Virginia Woolf, yang gagal berperang dengan dirinya kemudian mengakhiri hidup dengan tragis. Seluruh waktu dan tenagaku hampir habis terkuras mencari jalan paling damai menuju mati, selain tanpa henti berpuisi.

Bagiku puisi adalah darah yang jika berhenti mengalir berarti aku telah mati. Nasib sial sungguh! Dalam puisi-puisiku aku bahkan menginginkan mati. "Aku ingin mati, Tuhan/ tuk menemu Mu//mari... mari sudahi sandiwara/ tak tahan kuingin bermesra/ kita bersua//hangus mampus/ diriku padaMu tak berdaya//rapuh lepuh/ diriku padaMu hilang musnah.//"

Detik-detik dalam hidupku adalah sakaratulmaut. Prosesi menuju mati. Aku memesan peti mati dari kayu jati. Melihat ulahku, Ayah mengurungku dalam kamar. Benda-benda tajam dijauhkan dari jangkauanku. Jendela kaca diganti kayu kemudian dipaku dengan keras. Pintu kamar dikunci, digembok. Di kamarku aku nyaris tak berteman. Kecuali dengan spidol hitam, kertas lusuh, pensil yang tintanya mewangi, dan tentu saja bayanganku sendiri yang sering kuajak diskusi.

Maka setiap aku ekstasi untuk mati, tidak ada hal lain kulakukan kecuali menulis puisi. Dinding kamarku adalah sahabat paling setia yang pernah kutemui. Dia diam saja ketika tanganku gatal kemudian menulisi kulitnya yang putih bersih dengan spidol hitam. Yang kutulis bukan hanya puisi sendiri, tapi juga puisi orang-orang terkenal seperti Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Umar Khayyam.

"Di kamar ini pernah tinggal/ sebuah jiwa yang terus menyala.//Ditemani tawa-tawa palsu/ sambil tangan dan pena/ saling bersiasat untuk menulis apa saja/ di dindingnya;/ dinding tak jadi dicat merah!//"
"Kamar begini,/ 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa!""barangkali hidup adalah/ doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras./ ia merasa tuhan sedang memandangnya dengan curiga;/ ia pun bergegas.//

"Bangunlah, Cintaku, bangun! Fajar cerlang tiba/ Reguk anggur perlahan-lahan dan petik kecapi/ Tak ada nyawa yang abadi di tempat ini/ Di antara mereka yang pergi, tak seorang pun kembali//"
Aku lelah. Aku hilang arah. Aku frustasi. Aku ingin lekas mati.
*****

Jika aku bertemu Tuhan saat ini, maka yang pertama akan kulakukan adalah menciumNya. MemelukNya. Berterima kasih padaNya. Aku sungguh beruntung karena doaku Ia kabulkan. Doa yang tidak serius untuk menjadi penyair. Aku sungguh beruntung. Melebihi apa yang akan kucapai jika aku menjadi presiden, pilot, atau tentara. Anugerah apa pula yang paling berharga bagi lelaki kecuali istri cantik penuh cinta nan setia? Ahai...! Hanya satu perempuan yang sungguh menerima cintaku. Dan aku tak butuh lebih dari itu.
"Mas tahu aku cinta karena apa?" tanya teman wanitaku . "Karena aku kasihan Mas mau bunuh diri?" jawabku.

"Bukan itu. teman ku jawab ; jatuh cinta karena puisi-puisi Mas yang menyentuh hati dan menggetarkan jiwa," ucap Anjani tersenyum dan lesung pipitnya menggodaku seketika. "Mas dapat inspirasi dari mana?" lanjutnya lagi.

"Inspirasi tak cukup membuat seorang penyair melahirkan karya. Ia mesti punya motivasi."
teman wanita ku mengernyitkan dahi. Pandangnya yang serupa cahaya bening bintang kejora mengarah padaku. Ia menunggu lanjutan kalimatku.

"Hidup yang direnungkan adalah inspirasi terbesarku. Dan senyummu adalah motivasi yang paling nyata," terangku dengan mimik sangat serius. Di luar malam makin lelap.
Cinta membuat perang dunia kelihatan sederhana!***

Kairo, Buus Indah Permai; Jumat 11:40

Surat Terbuka dari Hati yang Penuh Cinta


Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh,…

Kepada :
Saudariku yang ku cintai karena Allah
Tanpa bermaksud menggurui aku menulis surat ini,…
Berharap sesak di dada akan segera berkurang jika
Surat ini telah sampai padamu,…

Sebagai saudari yang mengaku mencintaimu karena Allah
Aku punya kewajiban untuk menjagamu… ,menolongmu dan menasehatimu
Dan biar surat ini jadi ingatan untukku dan pula untukmu,..

Surat ini kutujukan kepada engkau saudariku….
Saudari yang saat ini telah memiliki azzam yang kuat untuk meninggalkan cinta semu pada laki – laki yang belum jelas akan menjadi suami mu atau tidak,….

Cinta yang pernah membuat mu buta,… galau,… bahkan tak mengenal dirimu…
Cinta yang membuat mu meneteskan air mata yang tak tertahankan,….
Membuat mu melamun dan mengganggu warasnya pikiranmu,….

Cinta yang membuat hatimu rapuh,..
Cinta yang hanya menyakitimu,…
Cinta yang menjadikan dirimu kehilangan cita – cita bahkan mungkin kehilangan harga diri,…..

Sekarang katakan,..Selamat tinggal pada cinta bodoh itu,…
Kini dirimu adalah mawar yang indah dengan duri – durinya,….
Duri – duri yang siap menusuk jika ada yang hendak memetik mu tanpa izin empunya…..

Saudariku,…..
Engkau telah menyadari cinta yang hadir padamu itu hanyalah sebuah cinta semu,…
Maka janganlah engkau biarkan cinta semu yang lain mengusikmu.,….

Engkau,...Saudariku,…
Pernah jatuh kedalam satu jurang jika bukan karena Allah mencintaimu …
mungkin engkau tak akan pernah menyadari bahwa dirimu
telah terjerembab dalam kemaksiatan yang nyata……

Engkau tau,… engkau bukan satu – satunya wanita korban laki – laki yang jahil itu,…
Begitu banyak saudari ku yang lain juga mengalami hal yang sama,..
Berjuta – juta dari mereka pernah berada dalam titik nadir sekalipun
Tapi mereka cerdas dan kini mereka sangat utama dalam perubahan…..
Ku ingin engkau pun seperti mereka…

Ketahuilah tak ada manusia tanpa cela,… karena kita bukan orang – orang yang ma’sum…
Tapi setiap cela yang pernah kita punya,. Kini tutupilah dengan perubahan indahnya ahlakmu,….

Namun jika engkau tetap seperti dahulu,… maka ku katakan…
Kerugian terbesar lah buat dirimu……

Jangan engkau naifkan,… Cinta yang suci dihatimu,…
Cinta yang suci itu hanya diperuntukkan buat cinta yang suci pula,..
Bukan pada laki – laki hidung belang yang hanya melelahkanmu,…

Jangan engkau berkata,.. “Aku tak bisa hidup tanpa dia kekasihku….”
Duhai saudariku,.. tidakkah engkau sadar bahwa engkau sedang menduakan Allah yang telah menghidupkan mu dan kelak mematikanmu…??


Siapa dia yang mampu membuatmu tak bisa hidup????????????
Bahkan engkau tau,… laki – laki yang engkau tangisi itu…
Yang dengan berani nya kau katakan tak bisa hidup tanpanya…..
Jika saja Allah mencabut nyawanya,… sedetik pun ia tak bisa menolak,….
Lantas bagaimana mungkin engkau tak bisa hidup tanpanya……??????????????

Aku mengerti jika engkau butuh waktu untuk memulihkan perasaanmu
yang sedang di mabuk cinta semu itu…..
Tapi ketahuilah,…engkau hanya membutuhkan waktu 1 bulan
untuk memperbaiki hatimu bahkan bisa kurang dari 1 bulan,….
Asal engkau punya niat dan tekad yang kuat,….
Niat berubah untuk mengharapkan ridho Allah,…
Karena jika tak ada niat dan tekad yang kuat,…
Bertahun – tahun pun engkau akan berada dalam jeratan yang sama…..
Semua menjadi sia –sia….

Saudariku,…
Jangan pula engkau katakan,… bahwa dialah cinta terakhirmu….
Saudariku,. Engkau kah yang berhak mengatur cinta pertama dan terakhir???
Bukan rasa cinta itu anugerah yang Indah dari Allah….
Dan cukup Allah lah saja yang tau siapa cinta terakhirmu……
Jangan dahului ketentuan Allah untukmu,….

Cukup saudariku,…
Telah cukup dosa yang kita perbuat,….
Jika bukan karena Allah menaruh kasihan pada kita,…
Dan jika saja tiap dosa yang kita buat itu memberikan bekas luka di tubuh kita,..
Maka sungguh saat ini,..tubuh ini akan berbau busuk karena dosa – dosa itu,…

Tapi sungguh Allah itu Maha Pemurah,…
Maha Penyayang,,….
Hingga kini diri kita mulus tanpa luka….

Duhai saudariku,.. ku sudahi dulu surat ku ini,..
Insya Allah surat ku yang lain akan kuberikan jika engkau telah benar – benar meninggalkan cinta semu itu….


Saudarimu,.. di bumi Allah………………

Cairo-AlexandriA : Egypt