Di penghujung senja

Di penghujung senja

Sebuah tempat teduh, yang sesekali ku kunjungi untuk sekedar menyapa kesendirian masa. Di dalamnya ku sematkan kutipan sandiwara anak manusia yang semakin beku dan terbelenggu. Banyak cerita yang ikut menggantung di setiap ranting kata maupun daun-daun yang jatuh berserakan. Ia terangkum indah bersama senyum dan tangisku.

Ketika dengan khusyuk ku ulang perjalanan panjang yang terurai dalam ceritaku, berteman pepohonan yang siap menampung semua anganku, menampung semua keluh dan sedihku, semua kebahagiaan dan kegembiraanku, termasuk semua kisah tentangmu... Kan ku abadikan di antara pepohonan yang dengan diamnya, ia tidak bisu bahkan bersikap acuh terhadapku.

Di penghujung senja

Aku diam sendiri, berteman perasaan tak menentu yang menggema keras dibalik rongga hati tak berpenghuni. Dan di antara pepohonan ini, ingin sekali ku bagi rasa syukur yang darinya ku dapatkan kesejukan semilir angin membawa kebahagiaan sejati beraroma surga. Untuk saat ini ingin sekali ku rangkai peristiwa itu; peristiwa yang mempertemukan aku denganmu, peristiwa yang menjadi jawaban dari keramahan diri ketika menekuninya, peristiwa yang berujung pada ridha-Nya. Ya... aku diam sendiri berhiaskan senyum manis yang terasa pahit ditenggorokan ketika dengan sengaja ku telan dalam-dalam.


Di penghujung senja

Aku diam sendiri, mengamini nasib dan jadwal hidup yang menuangkan senyumnya tanpa sedikit pun ku dengar keluh dari kedua bibirnya. Nasib hidup yang bersanding mesra denganku, berusaha untuk tidak lepas dariku. Karena aku yakin dengan kebersahajaan, ia mengikrarkan diri untuk tetap setia; terus bersemayam di hati, tidak ingin lepas sedikit pun. Bahkan untuk sekedar menutup mata, berehat dari kepenatan hidup yang semakin merenta.

Di penghujung senja

Aku diam sendiri, meruntutkan kembali kisah penuh haru di balik kain usang yang menutupi wajahku. Tidak banyak yang kau tau tentangku, selain karya-karya yang teruntai dari kisah "sepenggal nafas seorang Wanita". Bingkai kata dari sebuah buku yang sudah dua bulan diterbitkan atas namaku. Dan aku, yang hanya mampu berkarya lewat cerita-cerita fiktif tidak bisa berbuat apa-apa, selain bersandar pada pepohonan ini, mengulang kembali kisah manis tentangmu....

Di penghujung senja

Dengan keteguhan hati disertai keyakinan yang kuat, kau dan keluargamu bergegas mendatangi sebuah rumah berteman alamat yang kau dapatkan dari karyaku. Kau temui keluargaku dan kau jelaskan tentang dirimu; seorang mahasiswa al-Azhar Cairo yang sudah merampungkan S2-nya di fak. Sastra Arab.

Dengan penuh harap, kau ungkapkan niat tulus untuk mempersandingku lewat ikrar "ijab qabul", sebagai istri sejatimu. Anehnya ketika ayah memanggilku, tidak banyak yang kau lakukan selain menunduk dan berharap cemas akan keputusanku. Sementara aku, dibalik kain yang menutupi wajah hanya bisa menahan tangis dengan anggukan penuh makna; menerima niat baikmu.

Pada hari yang sama, akad kita langsung kau ikrarkan. Penuh keharuan dan kesederhanaan. Karena keesokannya kau harus mengurus segala keperluan untuk hijrahku ke Cairo, sekaligus keinginanmu untuk menyelesaikan program S3 di al-Azhar.

_Sedangkan aku akan terus berkarya dengan kata-kata yang menggantung di celah hati, ikut serta mendampingi hidupmu_


Bunda Kesebelasan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar