Memetik hikmah dari daun yang beserahkan 3


Seorang Berkata Tuhan, luka itu jangan kau alamatkan pada kami. Seseorang yang bertaqwa kepada Allah di saat susah dan senang ia tetap tak pernah lepas dari doa karena pada hakikat nya Setiap doa pasti akan dikabulkan oleh Allah..cepat atau lambat. Addu'aau shilahul mukmin..doa itu senjata orang beriman. Mintalah pada yg Maha memberi,yang sayangNya Maha luas, yang Malu bila hambaNya menadah tangan tanpa diberi..SubhanaLLahal 'azdim,SubhanaLLah wa bihamdiH!


Ada seorang hamba sedang di uji dalam kehidupan nya sehingga ia hanya bisa berdoa meminta kemudahan kepada Allah Ta'ala agar bisa memberikan pekerjaan pada-Nya ..

karena orang ini masih mengangur maka ia sering sowam kerumah serta sering kali ia membantu saya untuk membersikan mesjid di yayasan di waktu pagi hari,sehingga saya pun tambah semangat karena ada yang bantuin . ^__^ Subhanallah orang ini sangat ikhlas sekali membantu saya membersikan mesjid sehingga ia hampir setiap hari datang ke yayasan untuk bantuin saya untuk membersikan mesjid ...

Namun karena di yayasan terkadang menjadi ajang tempat istirahat tukang kredit jadi mesjid rame terus di kunjungi sehingga terkadang kotor jadi harus tiap hari di bersikan ..

Sehingga Setelah saya pikirkan bahwa ada hikmah yang tersimpan dari keramean di saat mesjid di yayasan saya di jadikan tempat istirahat sejenak untuk tukang kredit karena yang sudah-sudah saya melihat nya banyak dari kalangan tukang kredit yang shalat berjamaa'ah dan membaca tadarus di siang hari nya .

Contoh ada seorang bapak-bapak tukang kredit beliau sudah cukup tua umurnya kisaran 60 Tahun beliau adalah sesosok orang tua yang patut kita contoh karena dari umur nya di waktu muda sampai ia berumur tua ia tak pernah bosan bersujud kepada Allah serta menjalankan hak-hak Allah sehingga ia selalu menggisi waktu kosong dengan ibadah serta beramal . Subhanallah ..


Namun di saat ketika suatu hari saya dan mas helmi sedang membersikan mesjid pagi itu beliau datang dengan sepeda mini nya dan posisi saya pun sedang rebahan di kotak amal karena kecapean , tak lama kemudian setelah ia menaruh sepeda nya ia lagsung bergegas ke tempat wudhu untuk mengambil air wudhu dan melakukan shalat dhuha .. setelah ia mengambil wudhu ia menyamperi saya dan beliau berkata kepada saya dan helmi ..

Mas Andi dan Mas Helmi : sudah Dhuha ??
Saya pun menjawab nya : belum pak yunus , karena sedang ngaso dulu
Pak Yunus : tersenyum ia lagsung pamit dan masuk ke mesjid
Mas Helmi berkata : Subhanallah mas Andi orang tua itu rajin kali ibadah nya
Saya Pun menjawab nya : itulah ciri orang yang bertaqwa walaupun dimana saja ia berada ia tak pernah meninggalkan kewajiban dan hak-hak Allah dan orang yang bertaqwa tidak pernah merasa miskin karena hati nya selalu di tambahkan keimanan Sama Allah .

Setelah saya berbicara sama helmi seperti itu tak lama kemudian pak yunus selesai mengerjakan shalat nya sehingga iya buru2 bergegas untuk kembali bekerja namun sebelum ia meninggalkan mesjid ia menghampiri saya di kira saya mau ngapain , eh ternyata dia mau beramal . Subhanallah .. dan saya pun berkata pada nya ..

Andi : wah pagi pagi pak yunus sudah beramal nich ?
Pak Yunus : iya dong , buat tabagun di akhirat .
Andi : saya pun terseyum
Pak Yunus :juga tersenyum .


kalau kita maknai bahwa kalau kita beramal untuk tabungan di akhirat itu benar karena ada suatu hadist yang mengatakan nya : Allah Ta’ala berfirman,“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’: 19)

Marilah –saudaraku-, kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah semua amalan hanya untuk menggapai ridho Allah. Janganlah niatkan setiap amalanmu hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah amalan tersebut pada Allah, niscaya dunia juga akan engkau raih. Yakinlah hal ini saudaraku karena saya pun sangat menyakini janji Allah yang terdapat dalam kitab suci nya ...!!

Namun dari sikap kebaikan yang di miliki oleh pak yunus ternyata di contoh sama mas helmi sehingga apa yang saya saksikan ternyata benar di lakukan oleh mas helmi.. walaupun ia tidak bekerja status nya namun ia selalu beribdah dan beramal serta berdoa meminta kepada Allah agar di kehidupan dunia nya di beri petunjuk kebaikan dan kemudahan dalam saat hari akhir .

Sehingga dalam berjalan nya waktu ia menghabiskan nya ubtuk ibadah , beramal kebaikan serta berusaha untuk merubah statusnya sebagai pengangguran .

Di saat ia menganggur ia pernah berkata kepada saya apabila suatu saat nanti saya sudah mendapatkan pekerjaan maka gazi saya yang pertama akan saya nadzar ke anak-anak yatim , sehingga karena ia tak pernah putus asa walaupun ia sering melamar kerjaan serta di tolok terus akhirnya tak lama keudian dalam berselang waktu 1,5 bulan , ia telah mendapatkan kerjaan namun menurut dia pekerjaan yang akan dia geluti tak layak untuk dia kerjakan , karena pekerjaan yang di tawarkan oleh seorang temannya menjadi kulli pangul proyek namun selain pekerjaan kulli panggul ada juga yang menawarkan pekerjaan yang lain serta di janjikan dengan gazi yang cukup lumayan besar ,tetapi dari pekerjaan yang di tawarkan temannya dengan gazi yang lumayan besar itu tidak jelas sehingga ia mencoba untuk melakukan shlat istikharah . setelah shalat istikharah sudah di lakukan ia mencoba ntuk meminta pendapat dari ibu nya sehingga terucaplah sepercik nasihat mutiara dari lisan seorang ibu : Nak .... Allah sedang mengujimu, Allah memberikan 2 pekerjaan sekaligus untukmu agar kamu bisa memelih pekerjaan yang menurut mu baik . yang ibu rasakan dari kedalaman batin ibu .. Ibu lebih srek kalau kamu bekerja sebagai kulli panggul di proyek walaupun gazi nya sangat kecil namun berkah serta pekerjaan nya pun sudah jelas pasti halal di banding tawaran pekerjaan yang kedua ibu kurang yakin dengan pekerjaan tersebut walaupun kerjaan ini besar gazi nya namun buat apa kalau tidak berkah .. Jujur Ibu tidak ingin kamu memberi sesuap nasi untuk ibu serta adik-adik mu dari rezeki yang haram ( Tidak Berkah ) setelah ibu nya berkata seperti itu helmi kemudian kembali berfikir dan meminta petunjuk Allah . setelah pagi telah menjelang dan mentari pagi dengan sinar nya menerangi dunia terbit dari ufuk timur helmi mencoba mendatangi kantor kantor yang kedua yang beralamat di jl-thamrin ( Jak-Sel) setelah ia datengi kantor tersebut ternyata alamat yang di beri oleh teman nya adalah kantor berbentuk rumah sehingga ia mencoba untuk memasuki nya namun rumah tersebut di kunci dan satpam nya pun tidak ada dan akhirnya ia mencoba untuk kembali ke temapat kantor nya yang pertama yang menwakan ia sebagai pekerja kulli proyek .

ketika kedatangan nya di proyek ia langsung di jamu oleh seorang teman nya sehingga pada akhirnya teman nya kembali bertanya apakah kamu sudah siap helmi untuk bekerja sama ? Sehingga dengan lisan yang tak berdosa helmi menyetujui tawaran itu namun pada akhirnya ia bekerja di proyek tersebut . berseling waktu 2 bulan ia mendapatkan kabar bahwa teman nya yang menawarkan pekerjaan waktu itu dengan tawaran gazi yang cukup tinggi ternyata telah tertangkap polisi di sebabkan dia adalah seorang bandar narkoba , sehingga dalam hati nya pada saat mendengar penangkapan seorang temannya terlibat khasus narkoba ia hanya bisa berkata : bersyukur kepada Allah Ta'ala yang membimbing serta memberi petunjuk untuk kebaikan dalam menjalani kehidupan Nya ..

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :“Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123)





wassalam



Andi Muhammad

Shalat Tarawih, Keabsahan 23 Raka'at

Jumat, 20 Agustus 2010 01:00:27 WIB

SHALAT TARAWIH, KEABSAHAN 23 RAKA’AT


Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin


Shalat tarawih adalah shalat malam berjama’ah pada bulan Ramadhan. Waktunya, mulai dari selesai shalat Isya’ sampai terbit fajar. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan agar melaksanakannya. Sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ رواه البخاري و مسلم

"Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan balasan, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat".[1]

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'anha : “Pada suatu malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di masjid. Lalu beberapa orang bermakmum kepada Beliau. Kemudian malam berikutnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, dan orang (makmum) bertambah banyak. Mereka pun berkumpul pada malam ketiga atau keempat, namun Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak keluar. Pagi harinya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ قَالَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ رواه البخاري

"Aku telah melihat perbuatan kalian. Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar kepada kalian (untuk shalat), kecuali kekhawatiranku, kalau-kalau itu difardhukan atas kalian". [2]

JUMLAH RAKA’AT SHALAT TARAWIH
Permasalahan mengenai jumlah raka’at shalat tarawih, selalu mengemuka setiap memasuki bulan Ramadhan. Berikut kami angkat permasalahan ini, yang kami nukil dari pembahasan yang dilakukan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, ketika beliau rahimahullah menanggapi sebuah risalah yang ditulis berkaitan dengan pelaksanaan shalat tarawih, baik menyangkut jumlah raka’atnya, maupun lama kecepatan shalatnya.

الحمد لله رب العالمين والصلاة و السلام على نبينا محمد خاتم النبيين وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد

Aku sudah menelaah sebuah risalah tentang shalat tarawih yang ditujukan kepada kaum muslimin. Telah sampai kabar kepadaku, risalah ini dibacakan di beberapa masjid. Risalah ini sangat bagus. Di dalamnya penulis mendorong agar khusyu’ dan tuma’ninah (perlahan) dalam melaksanakan shalat tarawih. Semoga Allah memberikan balasan yang baik atas kebaikannya. Namun, ada beberapa koreksi terhadap risalah ini, yang wajib dijelaskan. Diantaranya sebagai berikut:

PENULIS RISALAH INI MENUKIL RIWAYAT DARI IBNU ABBAS RADHIYALLAHU 'ANHUMA, BAHWA NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM SHALAT 20 RAKA'AT PADA BULAN RAMADHAN.[3]
Jawabnya:
Hadits ini dhaif (lemah). Dalam Syarah Shahih Bukhari (2/524) Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan: "Adapun hadits yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 20 raka’at dan witir pada bulan Ramadhan, maka isnad (jalur periwayatannya) hadits ini lemah dan bertentangan dengan hadits 'Aisyah yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, padahal Aisyah orang yang paling mengetahui perbuatan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam hari, dibandingkan dengan lainnya".

Hadits Aisyah yang dimaksudkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah ialah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari (3/59), Muslim (2/166) dari Aisyah Radhiyallahu 'anha. Bahwa Abu Salamah bin Abdurrahman Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'anha perihal shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan. Aisyah Radhiyallahu 'anha menjawab:

مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً وفي رواية لمسلم يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ رواه البخاري و مسلم

"Pada bulan Ramadhan, Beliau tidak pernah melebihkan dari 11 rak’at. (Begitu) juga pada bulan lainnya. (Dalam hadits riwayat Muslim) Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 8 raka’at, lalu melakukan witir".

Dengan langgam bahasanya yang keras/tegas, hadits Aisyah ini memberikan kesan pengingkaran terhadap tambahan lebih dari bilangan (sebelas) ini. Sedangkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma tentang cara shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia mengatakan:

فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ رواه مسلم

"Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian witir". [HR Muslim 2/179]

Dengan ini menjadi jelas, bahwa shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam hari itu, berkisar antara 11 dan 13 raka’at.

Jika ada yang mengatakan, bahwa shalat malam yang diterangkan dalam hadits ini bukanlah shalat Tarawih, karena Tarawih merupakan sunnah yang dikerjakan Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu.

Maka jawabnya : Shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan itulah (yang disebut) Tarawih. Mereka menamakannya Tarawih (istirahat), karena mereka memanjangkan shalatnya lalu istirahat setelah dua kali salam. Oleh karena itu dinamakan Tarawih (istirahat). Dan Tarawih termasuk sunnah perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dalam Syarah Shahih Bukhari (3/10) dan Shahih Muslim (2/177), dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha disebutkan, pada suatu malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di masjid, lalu beberapa orang shalat (bermakmum) di belakang Beliau. Kemudian malam berikutnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, lalu makmum bertambah banyak. Kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau keempat, namun Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak kunjung keluar. Pagi harinya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ قَالَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ رواه البخاري و مسلم

"Aku telah melihat perbuatan kalian. Tidak ada yang menghalangi untuk keluar kepada kalian (untuk shalat), kecuali kekhawatiranku kalau itu difardlukan atas kalian".[4]

Jika ada yang mengatakan: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membatasi diri dengan bilangan raka’at ini. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melarang untuk menambah bilangan ini, karena menambahkan bilangan raka’at merupakan kebaikan dan pahala.

Jawabnya : Bisa jadi kebaikan itu ada pada pembatasan diri dengan bilangan ini, karena itu merupakan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika kebaikan itu terdapat pada pembatasan dengan bilangan ini, maka membatasi diri dengan bilangan ini merupakan perbuatan yang lebih utama.

Bisa jadi juga kebaikan itu ada pada penambahan bilangan. Jika demikian, berarti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kurang dalam melakukan kebaikan dan rela menerima yang kurang daripada yang lebih utama dengan tanpa memberikan penjelasan kepada umatnya. Demikian ini hal yang mustahil.

Jika ada yang mengatakan: Lalu bagaimana menanggapi hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam Muwattha’, dari Yazid bin Ruman, dia mengatakan: "Dahulu pada zaman Umar, orang-orang melaksanakan shalat (tarawih) 23 raka’at di bulan Ramadhan". [Muwattha’ Syarah Az Zarqani, 1/239].

Jawabnya : Hadits ini memiliki illat (salah satu sebab lemahnya hadits) dan bertentangan. Illatnya adalah sanadnya munqhati' (terputus), karena Yazid bin Ruman tidak pernah ketemu Umar, sebagaimana dikatakan oleh ahli hadits, misalnya Imam Nawawi dan yang lainnya.

Segi pertentangannya, hadits ini bertentangan dengan yang diriwayatkan Imam Malik dalam Muwattha’ dari Muhammad bin Yusuf -dia ini tsiqat tsabat (terpercaya sekali)- dari Saib bin Yazid (dia adalah seorang sahabat), dia mengatakan: "Umar bin Khaththab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari agar mengimami orang dengan sebelas raka’at". [Muwattha’ Syarah Az Zarqani, 1/138].

Dilihat dari tiga segi, sesungguhnya hadits yang kedua ini arjah (lebih kuat) dibandingkan dengan hadits Yazid bin Ruman.

Pertama : Amalan (11 raka’at) ini lebih lurus dan lebih bagus, karena sesuai dengan bilangan raka’at yang sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Umar Radhiyallahu 'anhu tidak akan memilih, kecuali yang sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam manakala ia tahu. Sangat kecil kemungkinan beliau Radhiyallahu 'anhu tidak mengetahui tentang bilangan ini.

Kedua : Hadits Saib bin Yazid mengenai 11 raka’at dinisbatkan (dikaitkan) kepada Umar. Jadi itu merupakan perkataan Umar. Sedangkan hadits Yazid bin Ruman mengenai 23 raka’at dikaitkan dengan masa Umar ; jadi itu merupakan iqrar (persetujuan) Umar, sedangkan perkataan lebih kuat (kedudukannya) daripada iqrar. Karena perkataan (menunjukkan kejelasan pilihan. Adapun iqrar, kadang untuk sesuatu yang mubah bukan pada pilihan. Umar mengakui (perbuatan) mereka 23 raka’at, karena tidak ada larangan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan mereka bisa berijtihad dalam masalah ini. Lalu Umar mengakui ijtihad mereka, meskipun memilih sebelas raka’at, berdasarkan perintahnya kepada Ubay.

Ketiga : Hadits Saib bin Yazid mengenai 11 raka’at bersih dari illat, sanadnya bersambung. Sedangkan hadits Yazid bin Ruman memiliki illat (sebab tersembunyi yang bisa melemahkan hadits-pent), sebagaimana penjelasan di muka. Dan juga rekomendasi ketsiqahan sang perawi dari Saib bin Yazid yaitu Muhammad bin Yusuf lebih kuat daripada rekomendasi terhadap ketsiqahan Yazid bin Ruman. Mengenai perawi dari Saib bin Yazid yaitu Muhammad bin Yusuf dikatakan, dia ini tsiqah tsabat (terpercaya sekali). Sedangkan Yazid bin Ruman dianggap, dia ini tsiqah. Demikian ini merupakan salah satu bentuk tarjih (penguatan) dalam ilmu musthalah hadits.

Meskipun hadits Yazid bin Ruman mengenai 23 raka’at ini dianggap sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak memiliki illat dan tidak bertentangan, namun hadits ini tidak bisa diutamakan dari (hadits tentang) bilangan raka’at yang biasa dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan ataupun pada bulan lainnya.

Menanggapi perselisihan ini, maka wajib bagi kita untuk membaca firman Allah Azza wa Jalla surat An Nisa’ ayat 59, yang artinya: "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".

Allah mewajibkan kita agar kembali kepada Allah, yaitu kitabNya dan kepada RasulNya ketika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, atau kepada sunnahnya kala Beliau sudah meninggal. Allah juga memberitahukan, jalan ini adalah jalan terbaik dan terbagus akibatnya.

Allah juga berfirman, yang artinya: "Maka demi Rabb-mu, (pada hakikatnya) mereka tidak beriman sampai mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati". [An Nisa’:65].

Allah menjadikan berhukum kepada Rasulullah pada perselisihan yang timbul diantara manusia sebagai salah satu tuntutan keimanan. Allah menyatakan “tidak beriman” dengan pernyataan yang diperkuat dengan sumpah terhadap orang yang tidak berhukum kepada Rasul, tidak puas dengan hukumnya dan tidak taat kepadanya.

Dalam sebuah khutbahnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ

Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.[5]

Ini masalah yang sudah pasti disepakati oleh seluruh kaum muslimin. Bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Petunjuk Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih baik dibandingkan dengan petunjuk orang lain, siapapun juga. Bahkan jika ada kebaikan pada petunjuk seseorang, maka itu semua berasal dari petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan para sahabat memberikan peringatan keras terhadap perbuatan mempertentangkan antara sabda Rasulullah dengan perkataan orang lain, antara petunjuknya Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan petunjuk orang lain. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma mengatakan:

يُوْشِكُ أَنْ تَنْزِلَ عَلَيْكُمْ حِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ أَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ وَتَقُوْلُوْنَ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ

"Hampir saja kalian dihujani batu dari langit, aku mengatakan “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda” (sedangkan) kalian mengatakan "Abu Bakar dan Umar mengatakan".

Bahkan ketika Umar dihadapkan kepadanya dua orang yang saling berselisih, maka terhadap orang yang tidak ridha dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Umar Radhiyallahu 'anhu mengatakan: “Apakah seperti ini?”, lalu ia membunuhnya. Riwayat ini disebutkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab Tauhid, dan dalam syarahnya Taisir Azizil Hamid, halaman 510. Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan: "Kisah ini masyhur dan beredar di kalangan ulama Salaf dan Khalaf dengan peredaran yang tidak membutuhkan sanad. Dia memiliki beberapa jalur periwayatan. Kelemahan sanadnya tidak mengakibatkannya cela".[6]

Jika dikatakan kepada seorang muslim: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami jama’ah dengan 11 atau 13 raka’at, sedangkan yang lainnya mengimami orang dengan 23 atau 39 raka’at.

Maka tidak ada pilihan bagi seorang muslim, kecuali mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengamalkan petunjuknya. Karena perbuatan yang sesuai dengan Rasulullah adalah amal terbaik dan lurus. Dan tujuan Allah menciptakan manusia, langit dan bumi adalah agar manusia melakukan yang terbaik. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam surat Al Mulk ayat 2, yang artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Juga firmanNya dalam surat Hud ayat 7, yang artinya: Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah 'ArsyNya di atas air, agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya. Allah tidak mengatakan "agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih banyak amalnya".

Sudah diketahui bersama, bahwa suatu amal, semakin diikhlaskan hanya kepada Allah semata dan semakin berittiba’ kepada Rasulullah, maka amal itu pasti semakin baik. Jadi 11 atau 13 raka’at lebih baik daripada ditambah, karena keselarasannya dengan hadits yang sah dari Rasulullah n , sehingga ia lebih utama dan lebih baik. Apalagi jika shalatnya dilakukan dengan perlahan, khusyu’ konsenterasi serta tuma’ninah, yang memungkinkan bagi makmum dan imam untuk berdo’a dan berdzikir.

Jika dikatakan: Sesungguhnya shalat 23 raka’at adalah sunnah yang dilakukan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, dan merupakan salah satu dari Khulafa’ur Rasyidin, yang kita diperintahkan agar mengikutinya, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa’ur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sepeninggalku".[7]

Jawabnya : Demi, Allah! Sungguh Umar Radhiyallahu 'anhu benar-benar termasuk Khulafa' ur Rasyidin, dan kita diperintahkan agar mengikuti sunnahnya. Bahkan dia termasuk salah satu dari dua orang agar kita meneladani keduanya. Rasulullah memerintahkan kepada kita dengan sabdanya:

إِنِّي لَا أَدْرِي مَا بَقَائِي فِيكُمْ فَاقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

"Sungguh saya tidak tahu, masih berapa lama lagi saya akan bersama kalian. Maka sepeninggalku, ikutilah Abu Bakar dan Umar". [Diriwayatkan oleh Tirmidzi].

Umar Radhiyallahu 'anhu juga seorang yang diterangkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sabdanya:

إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ

"Sesungguhnya Allah telah menjadikan al haq (kebenaran) pada lisan dan hati Umar". [Diriwayatkan Tirmidzi].

Umar Radhiyallahu 'anhu juga orang yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sabdanya:

لَقَدْ كَانَ فِيمَا قَبْلَكُمْ مِنَ اْلأُمَمِ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ يَكُ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ

"Sungguh telah ada pada umat sebelum kalian, (yaitu) suatu kaum yang mendapatkan ilham. Dan jika ada pada umatmu seorang yang mendapatkan ilham, maka sessugguhnya orang itu adalah Umar". [Muttafaqun ‘alaih].[10]

Yang menjadi permasalahan, manakah sunnah Umar Radhiyallahu 'anhu yang menunjukkan bilangan raka'at tarawih? Sesungguhnya penetapan sunnah Umar pada 23 raka'at merupakan sesuatu yang mustahil. Telah dijelaskan bahwa keabsahan sanadnya –terlebih lagi penentuan sunnahnya- memiliki illat (salah satu tanda lemahnya hadits) dan bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat sanadnya, kandungannya dan lebih lurus amalannya. Yang sah dari Umar, beliau z memerintahkan kepada Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad Dariy agar mengimami manusia dengan 11 raka'at. [11]

Kemudian, anggapan sahnya riwayat penentuan bilangan 23 raka'at berasal dari Umar Radhiyallahu 'anhu, ini juga tidak bisa dijadikan hujjah (yang mengalahkan) perbuatan Rasulullah dan juga tidak bisa menjadi tandingan baginya. Berdasarkan Al Qur'an, As Sunnah dan perkatan-perkataan para sahabat serta Ijma' (kesepakatan ulama'), bahwa sunnah Rasulullah tidak akan bisa disamai oleh sunnah orang lain. Siapapun orangnya, tidak bisa menentangnya.

Imam Syafi'i rahimahullah berkata,”Seluruh kaum muslimin telah sepakat, bahwa orang yang sudah jelas bagi sunnah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka haram baginya untuk meninggalkan sunnah tersebut disebabkan oleh perkataan seseorang.”

PENULIS RISALAH MENYATAKAN : SESUNGGUHNYA KAUM MUSLIMIN SENANTIASA (MELAKSANAKAN) 23 RAKA'AT SEJAK ZAMAN SHABAT SAMPAI MASA KITA INI, SEHINGGA MENJADI IJMA'.
Jawabnya:
Yang benar, tidaklah demikian. Perbedaan pendapat telah ada sejak masa sahabat sampai sekarang. Perbedaan ini disebutkan dalam Fath-hul Bari (4/253), Cet. As Salafiyah, yang ringkasnya, 11, 13, 19, 21, 23, 25, 27, 35, 37, 39 [ini (maksudnya 39) dilakukan di Madinah pada masa pemerintahan Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz. Imam Malik mengatakan: “Perbuatan ini sudah dilakukan sejak seratusan tahun lebih”], 41, 47 dan 49. (Untuk lebih jelasnya mengenai pelaksanaan shalat tarawih dengan bilangan raka'at ini, silahkan lihat majalah As Sunnah, Edisi 07/VII/2003, Pent).

Jika telah jelas adanya perbedaan, maka yang menjadi hakim pemutus dalam masalah ini adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". [An Nisa':59]

والحمد لله ري العالمين وصلى الله على نبينا محمد وعلىآله وصحبه أجمعين

LAMANYA PELAKSANAAN SHALAT TARAWIH
Sebagaimana kita lihat, banyak orang melaksanakan shalat tarawaih dengan mempercepat, bahkan terkesan tergesa-gesa. Untuk memperjelas permasalahan ini, berikut kami nukilkan pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, berkaitan dengan tempo atau lamanya cara melaksanakan shalat tarawih.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menerangkan:
Sangat jelas keterangan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memperpanjang shalat malamnya. Begitu pula ketika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi imam.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, ketika ia Radhiyallahu 'anhu shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memperpanjang shalatnya sampai Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkeinginan untuk duduk dan meninggalkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. [12] Lihat Al Fath-hul Bari (3/19) dan Shahih Muslim (1/537).

Sebagaimana juga pada hadits Hudzaifah [13]. Suatu ketika, ia z shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al Baqarah, Ali Imran dan An Nisa’. Jika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati ayat yang mengandung tasbih, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertasbih. Jika melewati ayat do’a, Beliau berdo’a. Jika melewati ayat tentang perlindungan, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memohon perlindungan. Lihat Shahih Muslim (1/536-537).

Jelaslah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama para sahabat selama tiga malam pada bulan Ramadhan, dan tidak pada malam ke empat, sebagaimana dalam Shahih Bukhari [14]. Lihat Al Fath (4/253) dan Muslim (1/524).

Begitu pula, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama para sahabatnya ketika Ramadhan tersisa 7 hari sampai 1/3 malam, pada malam kedua sampai ½ malam, dan pada malam ketiga sampai mereka (khawatir) tidak bisa sahur. Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad dan ulama penyusun kitab Sunan. Menurut para ulama penyusun kitab Sunan, perawinya adalah shahih, sebagaimana disebutkan di dalam Nailul Authar.

Perbuatan memanjangkan inilah yang dilakukan oleh para ulama salafush shalih dari kalangan para sahabat dan tabi’in, sebagaimana diterangkan dalam kitab Muwattha’, karya Imam Malik. Lihat Syarah Az Zarqani (1/238-240).

Beda antara hadits ini (yaitu tentang memanjangkan bacaan) dengan hadits Muadz Radhiyallahu 'anhu tentang larangan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu’adz Radhiyallahu 'anhu dari memanjangkan bacaan (yang dimaksud dengan memanjangkan disini adalah melebihkan dari yang diterangkan dalam sunnah), yaitu hadits memanjangkan ini untuk shalat nafilah (hukumnya sunat) yang diperbolehkan bagi orang untuk tidak ikut berjama’ah dan meninggalkannya. Sedangkan hadits Mu’adz (tentang larangan memanjangkan bacaan) itu pada shalat fardhu yang tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk meninggalkan jama’ah dan mufaraqah (keluar) dari jama’ah, kecuali dengan alas an syar’i. Jadi mereka wajib meniatkannya dan menyempurnakannya. [Lihat Majmu’ Fatawa, hlm. 257-258].

Kesimpulan, kedua hadits itu tidak bertentangan.

Demikianlah beberapa masalah yang berkaitan dengan shalat tarawih. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

[Diangkat dari Majmu’ Fatawa Wa Rasail, 14/210-211]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi, 07/Tahun VIII/1425/2004M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Muttafaq ‘alaih, dari hadits Abu Hurairah, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al Iman, Bab: Tathawu’ Qiyami Ramadhan Min Al Iman, no. 37 dan Muslim dalam Shalat Al Musafirin, Bab: At Targhibu Fi Qiyami Ramadhan, no. 173 (759).
[2]. Muttafaq ‘alaih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam At Tahajjud, Bab: Tahridhu An Nabi ‘Ala Shalat Al Lail, no. 1.129 dan Muslim dalam Shalat Al Musafirin, Bab: At Targhibu Fi Qiyami Ramadhan, no. 177 (761).
[3]. HR Baihaqi dalam kitab Ash Shalat, Bab: 'Adadu Raka'ati Al Qiyam … 2/496. Lihat At Talkhish Al Habir, 2/45 (541) dan perhatikan hlm. 246.
[4]. Muttafaq ‘alaih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam At Tahajjud, Bab Tahridhu An Nabi ‘Ala Shalat Al Lail, no. 1.129 dan Muslim dalam Shalat Al Musafirin, Bab At Targhibu Fi Qiyami Ramadhan, no. 177 (761).
[5]. HR Muslim dalam kitab Al Jum’ah, Bab: Takhfifu Ash Shalati Wa Al Khutbati, no. 867.
[6]. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam Al Fath (5/37),"Ini diriwayatkan oleh Al Kalbi dalam tafsirnya dari Ibnu Abbas … Meskipun sanadnya lemah, tetapi menjadi kuat dengan jalur Mujahid." Lihat jilid 10/741 dari Majmu’ Fatawa Wa Rasail.
[7]. Diriwayatkanoleh Abu Dawud dalam As Sunnah, Bab: Luzumus Sunnah, no. 4.607.
[8]. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Manakib Abu Bakar dan Manakib Umar Radhiyallahu 'anhuma, no. 3.662.
[9]. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Manakib Umar c , no. 3.672, dan ia mengatakan hadits ini hasan.
[10]. Diriwayatkan Imam bukhari dalam Fadhailu Ashabi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab: Manakib Umar, no. 3.679 dari hadits Abu Hurairah dan Imam Muslim dalam Fadhailush Shahabat, Bab: Fadhail Umar dari hadits Aisyah, no. 2.398.
[11]. Dalam kitab Ash Shalat, Bab: Ma Ja’a Fi Qiyami Ramadhan, 1/110 (280).
[12]. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam At Tahajjud, Bab: Thulu Al Qiyam Fi Shalat Al Lail, no. 1.135 dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shalat Musafirin, Bab: Istihbab Tathwili Al Qira’ah Fi Shalat Al Lail, 204 (773).
[13]. Diriwayatkan oleh Imam Muslim.
[14]. Muttafaqun ‘alaihi, dari hadits Aisyah, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam At Tahajjud, Bab: Tahridhu An Nabi ‘Ala Shalat Al Lail, no. 1.129 dan Muslim dalam Shalat Al Musafirin, Bab At Targhibu Fi Qiyami Ramadhan, no. 177 (761).

Anugerah Indah Itu Kamu

ku ingin menangis seadanya,

menahan duka atas selaksa doa yang tertunda

Aku ingin menangis seadanya,

mengurai tiap tanya akan kekuatan cintanya

Aku ingin menangis seadanya,

menghitung suratan takdir yang melanda

Tapi sungguh... aku hanya ingin menangis seadanya,

tak melebihi pedih yang ku rangkul dengan rela,

tak melebihi angkuh dunia yang ada dalam diri manusia..

Aku tak menghendaki perlawanan,

karena aku hanya segenggam pasir tanpa pijakan,

dan karena aku tahu bahwa aku tak sekuat gelombang..

Aku tak menghendaki kesombongan,

karena aku tak memiliki bentuk indah kebanggaan,

dan karena aku tak mengerti mengapa kita dipertemukan..

Tapi sungguh... aku hanya perlukan kepercayaan,

tuk temukan ruang untukku berharap yang dijanjikan,

tuk tanamkan kesungguhan untukku usahakan..

Dan sungguh...

Perasaanku saat ini hanya ada ketulusan

Setulus karang yang selalu menanti ombak dg belaian

Setulus bumi yang selalu mengharap mentari dg kehangatan

Setulus aku yang berada pada garis kekurangan..

Kuatkan aku saat kelemahan itu datang....!!

Bangkitkan aku saat semangatku tumbang...!!

Bangunkan aku saat aku terlelap dalam ketakutan...!!

Karena anugerah indah itu butuh ketulusan

Karena anugerah indah itu bukan keangkuhan

Dan karena anugerah indah itu adalah kamu...


Honn Ummu Hany Falahuddin

memetik hikmah dari daun yang beserahkan 2

Memetik hikmah dari daun yang berserahkan setiap masalah bukan untuk kita hidari tetapi harus kita hadapi dengan lapang karena di sana ada yang senantisa mencintaimu , memperhatikanmu , melindungimu , Daialah Allah . Tidak pernah membuatmu bersedih kecuali untukkemudian membahagikanmu , tidak pernah mengambil  apapun kecuali untuk memberimu yang lebih baik. Inna ma'a al'usri yusron .. Bersama kesuluitan selalu ada kemudahan .Indahnya kesabaran karena selalu mendatangkan kemudahan .

Setiap anak manusia memiliki masalah dan musbiah namun di saat musibah dari Allah menghampiri hidup kita tentu nya Allah banyak meninggalkan keluar biasaan , yang mungkin sulit dicapai dengan amal. Demikian apabila menjadi orang yang bersabar atas Pemberianya serta menjadikan Musibah sebagai ladang ibadah untuk kita .

Maka perbaikilah ibadah-ibadah kita kepada Allah , mungkin saja Allah menegur kita dari segala musibah agar hamba nya bisa  menjadi insan yang bertaqwa karena pada hakikat kehidupan sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaqwa kepada di saat sedih dan senang .. maka tingatkanlah hak-hak Allah , selagi denyut nadi ini berdetak maka memintalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat senang dengan hamba nya yang memohon serta meminta , dirikanlah shalat di sepertiga malam karena sesungguhnya turun ke bumi melihat hamba - hamba nya yag munajat kepada nya , menangisi dosa, sehinggabuliran air mata yang tumpah ke dataran bumi adalah air mata yang berkah di mata Allah , Subhanollah

ini nasihat seorang ibu kepada anak nya yang sedang mengalami kesusahan dalam kehidupan nya ,sehingga apa yang telah di katakan oleh ibu nya dengan sepercik nasihat anak tersebut menjadi sadar akan kehidupan nya , ketika masalah ini belum terselesaikan tak lama kemudian anak dari ibu ini yang no 2 meminta kepada kakak nya untuk bayaran uang spp serta ujian . Namum kakak nya hanya berkata dengan baik kepada adiknya agar bisa bersabar dan menunggu dalam beberapa waktu ini , bahwa kakak akan berusaha untuk mencari uang untuk bayaran uang spp dan ujian , namun adiknya seneng medengar kabar tersebut karena sesungguhnya adiknya tidak mengetahui apa yang telah terjadi sama kakak nya saat ini , namaun kakak nya pun tidak ingin memberitahukan masalah ini kepada adiknya karena di takutkan adiknya menjadi beban dalam masalah belajar nya .

Sehingga waktutelah beramjak malam helmi pun masih masih memikirkan masalah yang sedang yang sedang di hadapi nya sehingga ia hanya bisa menanggis dalam keheningan malam yang gelap . Namun setelah isak tanggis itu sudah mulai menyadarkan helmi sehingga ia teringat tentang nasihat ibu di saat nasihat itu terucap : mungkin saja ini teguran untuk kita karena saat ini kita sering melalaikan hak-hak Allah ( Nasihat ibu )

Setelah teringat nasihat ibu nya helmi pun lagsung bergegas mangambil wudhu untk melakukan ibada di waktu 1/3 malam setelah ia selesai qiyamulail ia langsung munajat kepada Rabb nya meminta pertolongan agar selalu di beri kemudahan di saat hidupnya mengalami musibah , sehingga ia pun berdoa dengan sungguh sangat khusyu di saat meminta kepada Allah



Doa yang do panjankan oleh helmi . Rabbana atina miildunka Rahmah, wahayyi' lana min amrina rasyada.

Ya Tuhan kami , anugrailah kami rahmat dari hidaratmu dan berikanlah  kepada kami petunjuk dalam urusan kami ( Qs - Al - Khafi <18> : 10 )



wassalam ..



Andi Muhammad

memetik hikmah dari daun yang beserahkan 1

Ku buka jendela
Ku tatap rembulan
Ku saksikan keindahan malam


Bintang dengan terangnya
Rembulan dengan cahaya-nya

mengisi gelap nya malam



ku kirimkan pesan singkat tentang kisah anak manusia yang menjejaki langkah nya di bumi dengan penuh kesabaran dalam menjalani probelematika kehidupan.Dunia adalah ladang amal serta tempat para manusia di  uji nilai kesabaran nya . Setiap manusia yang masih memilki hembusan nafas maka Allah akan menguji nya namum dalam ujian tersebut Allah mempunyai maksud tertentu sehingga ujian adalah suatu bekal untuk kita di kehidupan dunia dan akhirat , jadikanlah setiap masalah dan musibah sebagai  ladang ibadah sehingga setiap masalah yang menghampiri dalam hidup kita bisa menjadikan hikmah di setiap peristiwa yang terjadi sehingga kita hanya bisa memetik hikmah yang ada bagaikan daun yang beserahkan .


Setiap manusia di kehidupan yang fana ini masing-masing sudah di takdirkan Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga sich miskin di uji dalam rezeki dan kebutuhan nya serta yang kaya di uji dalam kepedulian nya jadi masing -masing sudah memiliki ujian sehingga bagaimana agar  saya , anda bisa menjalankan ujian dari Allah . ketahuilah sesungguhnya Allah itu maha adil dan maha penyayang sehingga ia berikan manusia musibah namun ia berikan pula sebuah oragan di dalam kepala manusia  yaitu otak , dan otak ini agar manusia bisa berfikir dalam menjalani kehidupan yang ada sehingga Allah memberi pemikiran kepada manusia akhir nya setiap manusia yang mendapatkan musibah insya Allah akan terselesaikan karena di bantu oleh pemikiran untuk mencari jalan keluarnya namun terkadang manusia tidak menyadari hal itu , sehingga sebagian manusia banyak yang depresi bahkan banyak yang tidak sanggup menjalani ujian nya sehingga ia bunuh diri , di karekan manusia tersbut tidak menyelesaikan nya dengan pemikiran yang ia milikiserta kesabaran dalam menjalani probelematika kehidupan .


Hasan al-bashri berkata : Sesungguhnya setiap manusia memilki kesedihan dan kesenangan , maka bersabarlah apabila sedang mendapatkan musibah dan bersyukurlah apabila sedang medapatkan kesenangan.


Namun di sini saya ingin meceritakan kisah seorang manusia yang memiliki kehidupan yang penuh dengan tangungan atas kebutuhan keluarga nya sehinga anak tersebut harus banting tulang untuk menghidupi kedua adiknya serta ibunya . karena ibunya sudah di ceraikan dengan ayahnya pada tahun 1998 , setelah perpisahan ibu nya dengan ayahnya maka ibunya hanya mengadalkan anak laki -laki nya yang bernama helmi , setelah perpisahan ibunya dan ayahnya kehidupan keluarga nya begitu sangat sulit tetapi seorang hamba ini tak pernah menyerah untuk menghadapi kenyataan yang ia hadapi di kehidupan nya saat ini , sehingga hanya jiwa seorang ibu yang penuh kasih sayang yang  memberikan nasihat agar anaknya bisa menjadi orang yang bersabar di kalla ujian menghampiri kehidupannya .





Ujian yang hadir dalam kehidupan nya bertubi-tubi menghampiri kehidupan nya .Sedangkang di saat ujian itu datang bertubi-tubi seorang ibu hanya bisa berserah diri kapada Allah bahwa ia sadar ia hanya bagaikan sepihan debu di hadapan Allah sehingga ia meminta pertolongan nya dalam munajat nya di setiap lembar sejadah nya , ketahuilah seorang ibu ini pekerjaan nya hanya tukang pencuci baju , sehingga dalam pekerjaan yang ia geluti sekarang ini ia ingin mencotohkan kepada anak nya , bukan berarti anak nya di suruh pekerja tukang cuci baju tetapi mencotohkan perkerjaan yang halal walaupun hanya mendapatkan gazi yang tidak layak namun ibu ini tetap berusaha  mencotohkan kepada anak nya agar anak-anak nya bisa mencari kerja yang halal walaupun itu harus bekerja keras dan mendapatkan upah gazi yang kecil namun berkah untuk kehidupan nya , sehingga terucaplah  perkataan pada malam itu anak laki-laki nya hanya bisa berdiam diri namun dari sifat pendiam nya  yang  di berikan pada ibu nya malam itu sehingga ia  menyimpan ucapan yang telah di katakan oleh ibunya sehingga apa yang dengar dari ucapan ibu nya ia laksanakan , sehingga pada akhirnya anak nya mendapatkan pekerjaan di sutu perusahaan IT , di wilayah glodok .


Sehingga anak tersebut bekerja dengan tekun serta jujur sehingga ia mengikuti berjalan nya waktu . siang menjadi malam begitu juga perjalanan kehidupan nya memasuki 4 bulan bekerja ia mendapatkan panggilan siang itu pada bos nya , sehingga dari kedalaman hati ia bertanya-tanya . Ada apakah ini ?? sehingga bertanya sendiri menjawab sendiri , namun hatinya mengatakan mudah-mudahan saja mendpatkan kabar baik . namaun ktika sudah jam istirahat anak ini di panggil oleh pimpinan nya sehinga anak ini pun langsung bergegas untuk menghadap nya siang itu .




Sehingga percakapan siang itu pun sungguh sangat serius anatara anak buah dan pimpinan , setelah berbincang basa-basi , pimpinan nya langsung mengajak nya berbicara lebih serius mengenai ia di panggil , sehingga pimpinan nya mengatakan kepada Helmi seperti ini : Allah menciptakan lautan yang sangat luas , manusia di beri pemikiran pada Allah untuk berfikir maka terjadilah seorang anak manusia yang mampu bisa membuat k-val laut sehingga k-val tersebut bisa berjalan di lautan , namun saat ini k-val ini sedang mengalami kerusakan sehingga k-val laut ini tak lama lagi tenggelam , sehingga penumpang nya pun akan di keluarkan secepat nya dari k-val laut tersebut agar tidak menjadikan fatal ..


jadi seperti ini mas helmi . perusahaan yang sedang kami kelola sedang keadaan terpuruk dalam masalah keuangan sama seperti k-val itu yang ingin tenggelam maka penumpang nya pun harus di keluarkan sama seperti perusahaan saat ini karena perusahaan kita sedang mengalami penurunan jual -beli nya maka kami pun akan secepatnya PHK mas helmi dalam waktu dekat ini ' Ucap bos nya ' .


Helmi hanya bisa berkata dalam hati . Ya Allah mengapa engkau limpakan aku dengan masalah yang bertubi-tubi apakah aku tidak boleh membahagiakan keluarga ku ' Ucap nya dalam jiwa kesedihan '





sedangkan ia tak berani membicarakan masalahtersebut kepada ibu  nya , sehingga dalam beberapa waktu ia membohongi ibu nya , namun dalam berjalan nya waktu ia tak ingin terus -menueus membohongi ibu nya sehingga ia pun harus jujur kepada ibu nya mengenai masalah ini . setelah ia sampai di kediaman rumah nya ia langsung memberi tau masalah yang terjadi kepada diri nya , sehingga ia pun taku-takut dalam menyapaikan ucapan nya pada ibu nya  sehingga ada dorongan magnet dari hati sehingga terucaplah kata-kata tersebut kepada ibu nya sehingga ia pun menanggis karena ia takut keluarga nya sengsara , namun disini peran ibu sangat di butuhkan sehingga terucaplah nasihat seorang ibu kepada anak nya sehingga ia berkata : bersabarlah anaku karena Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar , mungkin saja ini teguran dari Allah untuk kita , karena saat-saat ini kita sering melalaikan hak-hak Allah sehingga Allah menguji kita dalam keadaan seperti ini . jadi terimalah dengan lapang anaku serta tingakatkan ibadah kita dan ketaqwaan kita pada Allah , sehingga Allah terlah berjanji kepada hamba nya yang bertaqwa .

Sebagian orang mengatakan ya anaku " orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir ( miskin atau merasa kekurangan ) sama sekali " lalu anak tersebut bertanya , " Mengapa bisa seperti itu ibu ? ' Ia menjawab dengan tegas , " karena Allah Ta'ala berfirman : " Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada di sangka-sangka ( QS .Ath Tholaq 2-3 )"


Andi .Muhammad

Yang Tak Lagi Indah

Yang Tak Lagi Indah


Seindah senyummu dalam kidung doaku...
Seindah nasehatmu dalam bingkai perjalananku...
Seindah sikapmu dalam menuntun egoku...
Seindah kebijaksanaanmu dalam mendukung cita-citaku...

Tak lagi ku temukan itu...
Setelah detik kian berlalu...
Lukisan perpisahan bertabu...
Antara kau dan aku...

Senyum merekah berubah amarah...
Keikhlasan doa berubah kekecewaan...
Tangis pengharapan berubah keegoan...
Lantunan nasehat berubah keangkuhan...

Tak ada yang tersisa,
Selain detik penyesalan
Yang bersanding antara Kau dan Aku....

Bunda Kesebelasan 

C*nt@

Kekecewaan itu kembali hadir



Ketika senyum tulusnya tak lagi hinggap di pelupuk mata

Ketika kesedihan batinnya mulai meraja

Ketika taring amarah mengakhiri segalanya

Ketika kebencian menjadi tirai kepiluan dalam dirinya



Sebagai sahabat dekat, @rif sangat menyayangkan nasib buruk yang terus-menerus menimpa sahabatnya Hafiez. Setelah kepergian sang ayah yang selalu ia banggakan dan nasib buruk yang menimpa keluarga, kini ia harus kembali mengurung diri dan membangun lagi cahaya semangat yang terkubur dalam; sejak sepucuk "note singkat" muncul disela hidupnya... Note singkat yang menjadi jawaban dari banyak pertanyaan bersarang di hati maupun perasaannya... Note singkat yang sebenarnya sangat menghancurkan harapan yang sudah lama mewarnai harinya... Note singkat yang seharusnya tidak dialamatkan padanya... Note singkat yang hanya berisi: "Cinta Bukan Untuk Apa Dan Siapa, Tapi _Semata-mata_ Aku Kembalikan Ia Kepada Pemiliknya (Karena Hanya DIA Yang Berhak Memilikinya...)"
tertanda: Maghfirah _yang selalu mengharap ampunannya_

Bukan Sepatu Kaca

Alhamdulillah... adzan magrib menggema, celoteh burung ikut meramaikan suasana Kairo waktu itu. Sembari menyiapkan buka puasa, ada saja yang dilakukan akhwat serumah; ada yang di dapur untuk bagian piket, ada yang lekas berwudhu' untuk mengurangi jumlah antrian kamar mandi, ada yang sudah siap dengan mukena cantik berteman mushaf biru warna favoritnya, bahkan ada yang sibuk dengan tasbih di tangan kiri dan gelas ditangan kanan, tak ingin lepas dari dzikir yang rutin dilaksanakan setiap menjelang mangrib; mereka teman serumah yang sudah ku anggap akhwat fillah; Dina, Ummi, Nailufar, Lia, Nelly, Ira dan Hani.
***
Selesai jama'ah magrib...

"Ukh, jadwal tarawih kita malam ini dimana?", Tanya Ummi sambil menuangkan es jeruk ke dalam gelas.
Hmm sepertinya Lia, Dina, Nelly dan Hani tarawih di mesjid Nurul Khitab, sedangkan Nailufar dan Ira tetap istiqamah di mesjid as-Salam yang terkenal dengan kekhusyuannya", jawabku disertai senyum khas, sambil mengingat kegiatan tarawih yang super lama dibanding mesjid lainnya.
"Kalo Ulfa sendiri tarawih dimana?", Balas Ummi.
"Hehe, tau sendiri lah... hobiku yang suka keluyuran ini kambuh kalo sudah bulan Ramadhan. Ya minimal pindah-pindah mesjid untuk tarawih. Dan sepertinya malam ini aku tarawih di mesjid Husein, sekaligus mengikuti Nadwah: Multaqo Fikr Islami", pamerku .
"Seru juga tuh... ya udah, kalo begitu Ummi ikut Ulfa ke Multaqo, sekalian belanja pernak-pernik di pasar Husein", dengan aura semangat yang dipancarkan Ummi, matanya menerawang membayangkan benda-benda yang akan dibelinya nanti. Hobi shopping yang digelutinya pun ikut meramaikan suasana Ramadhan kali ini.
***
Di mesjid Husein...

"Ulfa, sepertinya Multaqo sudah dimulai. Aku rapikan mukena, kamu ambil sepatu kita di depan sana", kata Ummi dengan nada agak tinggi.
"Oke bozz", jawabku.
Tak lama ku perhatikan susunan kotak yang disediakan untuk tempat sepatu dan sandal, tak ku temukan sepatu milikku disana. Ummi yang selesai melipat mukena segera menyusulku ke depan, ikut mencari sepatu kesayanganku. Sebagian jemaah sudah menuju ruang Multaqo, yang tersisa disini hanya tiga perempuan dengan seoranganak kecil yang tertidur lelap.

Aku sempat kecewa dengan sepatuku yang hilang. Ummi cepat-cepat mengenakan sandal imutya, bergegas menuju pasar Husein yang bersebelahan dengan kawasan mesjid. Dia hendak membelikanku sandal yang bisa ku pakai untuk perjalanan pulang. Aku menunggunya di depan mesjid sambil memperhatikan suasana sekitar, duduk dengan kaki tak beralas; tidak jauh berbeda dengan nasib seorang perempuan tua di depanku yang menunggu uluran tangan dari sekelilingnya. "Jangankan alas kaki, alas untuk tidur pun belum tentu dia miliki... Subhanallah wal hamdulillah wa lailaha illallah", bathinku menginsyafi kekecewaan yang baru saja hadir.

Tak lama Ummi datang membawa sepasang sandal untuk ku pakai. Dia dengan senyumnya tertawa kecil memperhatikan ku mengenakan sandal itu; sandal berwarna pink yang sama sekali tidak seragam dengan baju dan kaos kaki berwarna biru pekat.

"Afwan ukh, tadi Ummi buru-buru belinya, jadi langsung pilih aja", katanya sambil menahan lelah.
Aku dengan anggukan ikut memakluminya.
***
Tak disangka dari samping mesjid ada yang memperhatikan kita. Bekas plastik sandal yang ku buang ke tong sampah searah dengan tempat mereka. Sepertinya mereka mahasiswa Indonesia yang juga menghadiri Multaqo di mesjid ini. Tanpa curiga sedikitpun, seorang dari mereka menyerahkan bungkus plastik kepadaku. Ummi ikut melihat isi plastik itu. Ternyata sepatuku ada di dalamnya berikut dua pasang sandal dan satu dompet kecil berisi uang. Akhi yang bernama Ikhsan tersebut menjelaskan kepada kita, bahwa ada seorang anak yang menabraknya ketika berlari kencang membawa plastik hitam tersebut. Waktu itu, Ikhsan juga terburu-buru ke masjid. Karena, selain ditinggal sendiri oleh teman serumah, dia juga sibuk dengan piket hari itu sampai-sampai telat mengikuti tarawih di mesjid.

Keduanya saling tertabrak di belokan menuju pasar. Kecurigaan Ikhsan terhadap gadis kecil itu semakin jelas ketika isi plastik tersebut tumpah dan dengan cepat gadis itu menghilang di keramaian pasar.

"Sepatu ini milikku, kalo sandal-sandal ini mungkin milik jemaah shalat di tempat kita", jawabku.
"Terimakasih atas pertolongannya, Jazakumullah khairal jaza", tambah Ummi.
Ikhsanpun membalasnya dengan anggukan.

"Oh ya gini ukh, salah satu teman ane juga kehilangan sandal. Sementara kita tidak punya uang untuk beli yang baru. Tempat tinggal kita di dekat sini, pas di belakang mesjid Husein yang searah dengan Babul Futuh. Jangankan Hp, uang saja kita males bawanya. Jadi, gimana kalo sandal yang baru saja ukhti beli kita pinjam. Besok di Multaqo kita balikin", dengan cepat ia menyampaikan keinginannya.

Ummi memberi isyarat padaku untuk menyerahkan sandal yang baru dibelinya, bukan untuk dipinjam tapi untuk disadaqohkan kepada yang sedang membutuhkan. Begitulah manusia, diciptakan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Di perjalanan pulang kita tertawa lucu, membayangkan sandal pink yang dikenakan salah satu dari kawan si Ikhsan...
***
Setahun berikutnya...

Ada SMS dari Abah di Indo. Aku yang sudah menyelesaikan Tamhidi 2 juga ingin segera mengabarkan berita bahagia ini. Dengan penuh semangat aku baca SMS beliau, yang isinya:

"Nak, Abah sepakat akan menjodohkanmu dengan putra Bapak Hasan, kawan Abah dulu waktu kuliah di Madinah. Dia juga sekolah di al-Azhar lho... Namanya itu kalo tidak salah Muhammad Ikhsan. Kebetulan dia pulang tahun ini. Baru kemaren berkunjung ke rumah dengan keluarganya. Selain silaturahim, kita juga menyepakati pertunangan kalian. Waktu Abah perlihatkan foto kamu, dia bilang pernah ketemu kamu di mesjid Husein.

Ya... Abah hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kalian berdua. Abah juga berharap kamu mempertimbangkan hal ini. Yang pasti, jangan kecewakan niat baik Abah dan keluarga semua".

Aku diam sejenak dan tersenyum manis . . .

_Pesan yang menurutku sangat singkat ini, melayangkan pikiranku pada sepatu Cinderela yang diantar oleh Sang Pangeran di Istana Husein, dalam sebuah perayaan Multaqo Fikr Islami..., terlebih ketika sepatu itu Bukan Sepatu Kaca, melainkan sepatu yang kehilangan pemiliknya, ckckckck ^_^

Dalam Munajatku: Semoga Semua Ini Berlabuh di Lautan CintaMU, amien


Bunda Kesebelasan

Di penghujung senja

Di penghujung senja

Sebuah tempat teduh, yang sesekali ku kunjungi untuk sekedar menyapa kesendirian masa. Di dalamnya ku sematkan kutipan sandiwara anak manusia yang semakin beku dan terbelenggu. Banyak cerita yang ikut menggantung di setiap ranting kata maupun daun-daun yang jatuh berserakan. Ia terangkum indah bersama senyum dan tangisku.

Ketika dengan khusyuk ku ulang perjalanan panjang yang terurai dalam ceritaku, berteman pepohonan yang siap menampung semua anganku, menampung semua keluh dan sedihku, semua kebahagiaan dan kegembiraanku, termasuk semua kisah tentangmu... Kan ku abadikan di antara pepohonan yang dengan diamnya, ia tidak bisu bahkan bersikap acuh terhadapku.

Di penghujung senja

Aku diam sendiri, berteman perasaan tak menentu yang menggema keras dibalik rongga hati tak berpenghuni. Dan di antara pepohonan ini, ingin sekali ku bagi rasa syukur yang darinya ku dapatkan kesejukan semilir angin membawa kebahagiaan sejati beraroma surga. Untuk saat ini ingin sekali ku rangkai peristiwa itu; peristiwa yang mempertemukan aku denganmu, peristiwa yang menjadi jawaban dari keramahan diri ketika menekuninya, peristiwa yang berujung pada ridha-Nya. Ya... aku diam sendiri berhiaskan senyum manis yang terasa pahit ditenggorokan ketika dengan sengaja ku telan dalam-dalam.


Di penghujung senja

Aku diam sendiri, mengamini nasib dan jadwal hidup yang menuangkan senyumnya tanpa sedikit pun ku dengar keluh dari kedua bibirnya. Nasib hidup yang bersanding mesra denganku, berusaha untuk tidak lepas dariku. Karena aku yakin dengan kebersahajaan, ia mengikrarkan diri untuk tetap setia; terus bersemayam di hati, tidak ingin lepas sedikit pun. Bahkan untuk sekedar menutup mata, berehat dari kepenatan hidup yang semakin merenta.

Di penghujung senja

Aku diam sendiri, meruntutkan kembali kisah penuh haru di balik kain usang yang menutupi wajahku. Tidak banyak yang kau tau tentangku, selain karya-karya yang teruntai dari kisah "sepenggal nafas seorang Wanita". Bingkai kata dari sebuah buku yang sudah dua bulan diterbitkan atas namaku. Dan aku, yang hanya mampu berkarya lewat cerita-cerita fiktif tidak bisa berbuat apa-apa, selain bersandar pada pepohonan ini, mengulang kembali kisah manis tentangmu....

Di penghujung senja

Dengan keteguhan hati disertai keyakinan yang kuat, kau dan keluargamu bergegas mendatangi sebuah rumah berteman alamat yang kau dapatkan dari karyaku. Kau temui keluargaku dan kau jelaskan tentang dirimu; seorang mahasiswa al-Azhar Cairo yang sudah merampungkan S2-nya di fak. Sastra Arab.

Dengan penuh harap, kau ungkapkan niat tulus untuk mempersandingku lewat ikrar "ijab qabul", sebagai istri sejatimu. Anehnya ketika ayah memanggilku, tidak banyak yang kau lakukan selain menunduk dan berharap cemas akan keputusanku. Sementara aku, dibalik kain yang menutupi wajah hanya bisa menahan tangis dengan anggukan penuh makna; menerima niat baikmu.

Pada hari yang sama, akad kita langsung kau ikrarkan. Penuh keharuan dan kesederhanaan. Karena keesokannya kau harus mengurus segala keperluan untuk hijrahku ke Cairo, sekaligus keinginanmu untuk menyelesaikan program S3 di al-Azhar.

_Sedangkan aku akan terus berkarya dengan kata-kata yang menggantung di celah hati, ikut serta mendampingi hidupmu_


Bunda Kesebelasan 

Kisah Wek-wek dan Guk-Guk .....

Bebek adalah binatang yang mempunyai intelegensi rendah jika dibanding guk-guk . guk-guk mudah di latih dan memiliki intelegnsi tinggi,di samping itu,guk-guk mampu mendengar jenis suara rendah (infrasonic). namun demikian kita jarang mlihat ada bebek yang tertabrak,sedang kita sering melihat banyak bangkai guk-guk yang tertabrak,mengapa???



ternyta bebek memiliki keistemewaan yang tidak di miliki guk-guk.bebek senantiasa hidup berjamaah.kompak dalam satu gerak,ke manapun pergi ia senantiasa berjamaah,bebekpun binatang yang istiqmah dalam bersikap dan bertindak,ketika sedang dalam kandang ia bersuara WEK-WEK...



begitu juga ketika di jalan, disawah ,perkampungan bahkan mal2 atau swalayan, ia senantiasa bersuara WEK-WEK... SUNGGUH ISTQMAH! ketika rombongan bebek mau menyebrang dijalan raya,maka seketika para pengguna jalan pun berhenti sejenak untuk menghormati iring-iringan bebek.berbeda dengan guk-guk,kebnyakan hidupnya sendiri,tidak mau bahkan jarang berjamaah.guk-guk pun tidak istiqmah dalam berucap & bersuara.kepada orang lain yang tidak kenal ia menggonggong tetapi kepada tuan nya ia bermanja-manja ,meski punya kepekaan & kecerdasaan tinggi tetapi ia tidak di hormati ,karena bahasa nya pun kasar dan tidak suka berjamaah maka ia sering tertabrak dijalan raya,...dan sedangkan bebek di hormati karena ia suka berjamaa'ah dan suara nya pun halus .. MARI BELAJAR DARI BEBEK !!!


wassalam


Andi .Muhammad

R4PUH

R4puh tubuh ini DaLaM lembaran sujud

R4puh raga ini DaLaM melangkah

R4puh qalbu ini DaLaM Munajat

R4puh tubuh ini DaLaM kesendirian



Dalam keresahan

air mata mengalir

tergores Qalbu

dalam dekapan pagi yang syahdu





Hembusan angin

membawakan sejak-sejak kata

Kertas Pena dan Pisau

akan menuliskan kata

Puisi tak pernah sendiri

Ia mengajak pena, kata, dan pisau

untuk selalu menemani

Selembar kertas tewas di tangan penyair

Mereka bersulang doa

ahhai ada insan melukis air mata.





Wassalam ....









Andi .Muhammad

yang manis dan yang pahit,dan semua itu pasti ada hikmahnya.

Ketika Musibah menghampiri hidup kita, terasa perih di hati. Banyak yang menyangka bahwa cobaan itu adalah adzab dari Allah, dianggapnya sebagai murka Allah. Padahal jika kita renungkan lebih dalam, sebenarnya selagi kita masih hidup, Allah berkenan memberikan kesempatan agar kita memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak pernah memberikan siksaan melainkan 'sentilan kecil' bagi kita hambaNya yang lalai dan lupa diri untuk kembali ke jalan yang benar.

Sesungguhnya Allah tidak pernah memberikan siksa kepada seseorang walaupun sebesar zarrah sekalipun dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar.' (QS. an-Nisaa' : 40).



Jika kita masih mendapatkan 'guncangan kecil' dari Allah maka itu tandanya Allah masih sayang kepada kita. Itu tandanya Allah masih ingin agar kita berubah menjadi baik dan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sekalipun guncangan itu terkadang begitu sangat perih di hati kita.

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya
Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama
Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa
Semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan

Kita terkadang tidak menyadari bahwa setiap hari kita diuji dan diingatkan oleh Allah. Setiap kejadian pada diri kita bukanlah kebetulan atau sesuatu yang sia-sia. Bagi kita sebagai orang yang beriman setiap peristiwa di dalam hidup kita yang manis dan yang pahit, yang menyenangkan hati atau yang membuat hati menjadi perih, yang membuat kita tersenyum atau yang membuat kita menangis semua itu ada hikmahnya.


Semua cobaan dan musibah dalam hidup kita adalah sebuah peringatan dan 'sentilan kecil' yang datangnya dari Allah karena kita telah keluar dari jalur yang ditetapkan olehNya. Selama kita masih bernafas dan bisa melangkahkan kaki menuju masjid itu tandanya Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa berbuat baik. Jadi, kembalilah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bersimpuhlah dihadapanNya. Sebelum semuanya terlambat.

--

Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Lukman : 22).



Wassalam,

Memaafkan Yuuuukkkk

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)



Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan. Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa. Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan bukan berarti membiarkan melakukan kesalahan yang sama secara terus menerus karena bila ada orang melakukan kesalahan ada kecenderungan akan melakukan kesalahan itu lagi maka selain kelembutan diperlukan sikap tegas untuk mengingatkan agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

Allah SUbhanahu Wa Ta'ala berfirman : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)



Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf. Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan. Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Dengan demikian hati agar tetap jernih, kesehatan dan kebugaran tubuh kita menjadi terjaga tidak membiarkan kebencian dan kemarahan terpendam di dalam diri kita. Memaafkan merupakan pembersih dari segala kekotoran di dalam hati kita, sebuah perpaduan antara kelembutan dan ketegasan.

“Harta tidak akan berkurang karena sedekah. Tidaklah seorang hamba memberikan maaf -terhadap kesalahan orang lain- melainkan Allah pasti akan menambahkan kemuliaan pada dirinya. Dan tidaklah seorang pun yang bersikap rendah hati (tawadhu’) karena Allah (ikhlas) melainkan pasti akan diangkat derajatnya oleh Allah.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [8/194])



demikian pula dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa hamba-hamba Alllah yang pemaaf adalah hamba yang mempunyai sifat yang mulia dan yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43)



maka dari hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, " menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)




Memaafkan bukan berarti membiarkan diri kita terus menerus disakiti adalah upaya menjaga harmoni, keseimbangan dan kesetaraan inilah yang menjadikan hidup kita penuh kebahagiaan dalam rangka saling menghormati dan saling menyayangi. Kesetaraanlah membuat hati kita lapang dan bersih dalam kemuliaan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dalam hadist lain disebutkan : ” Ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya dan ditaburi rahmat-Nya serta dimasukkan-Nya kedalam surga-Nya yaitu : apabila diberi ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila marah ia menahan diri (tak jadi marah) .” (HR. Hakim dan ibnu hibban dari Ibnu abbas dalam Min Akhlaqin Nabi)



Orang yang mampu menahan marah dan memafkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam disebut sebagai orang yang kuat. Beliau bersabda: Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, tetapi (orang yang kuat itu adalah) orang yang mampu menahan dirinya ketika marah (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)



orang yang mempunyai sifat memafkan , berarti orang-orang yang bertakwa .

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.. ” (QS. Al Baqarah [2] ; 237)



mari kita tanyakan dengan jujur pada diri kita, sejauh mana kita bisa berlapang dada dan bisa tulus dalam memaafkan kesalahan ? Dan sejauh mana kita berani mengakui kesalahan kita dan meminta maaf atas kesalahan yang telah kita lakukan ? Bila ternyata kita belum bisa memaafkan dengan tulus kesalahan orang lain dan mengikhlaskannya, maka mulailah dari sekarang kita terapkan sifat kita untuk saling memafkan dalam kehidupan kita .Hindari sikap egoisme dalam diri, karena manusia yang besar adalah manusia yang dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak mudah marah, lapang dada dan hatinya, mau mengakui kesalahannya, serta selalu mementingkan kemaslahatan ummat.

Semoga Bermanfaat


Wassalam,

Memaafkan Yuuuukkkk

llah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)



Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan. Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa. Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan bukan berarti membiarkan melakukan kesalahan yang sama secara terus menerus karena bila ada orang melakukan kesalahan ada kecenderungan akan melakukan kesalahan itu lagi maka selain kelembutan diperlukan sikap tegas untuk mengingatkan agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

Allah SUbhanahu Wa Ta'ala berfirman : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)



Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf. Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan. Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Dengan demikian hati agar tetap jernih, kesehatan dan kebugaran tubuh kita menjadi terjaga tidak membiarkan kebencian dan kemarahan terpendam di dalam diri kita. Memaafkan merupakan pembersih dari segala kekotoran di dalam hati kita, sebuah perpaduan antara kelembutan dan ketegasan.

“Harta tidak akan berkurang karena sedekah. Tidaklah seorang hamba memberikan maaf -terhadap kesalahan orang lain- melainkan Allah pasti akan menambahkan kemuliaan pada dirinya. Dan tidaklah seorang pun yang bersikap rendah hati (tawadhu’) karena Allah (ikhlas) melainkan pasti akan diangkat derajatnya oleh Allah.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [8/194])



demikian pula dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa hamba-hamba Alllah yang pemaaf adalah hamba yang mempunyai sifat yang mulia dan yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43)



maka dari hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, " menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)




Memaafkan bukan berarti membiarkan diri kita terus menerus disakiti adalah upaya menjaga harmoni, keseimbangan dan kesetaraan inilah yang menjadikan hidup kita penuh kebahagiaan dalam rangka saling menghormati dan saling menyayangi. Kesetaraanlah membuat hati kita lapang dan bersih dalam kemuliaan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dalam hadist lain disebutkan : ” Ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya dan ditaburi rahmat-Nya serta dimasukkan-Nya kedalam surga-Nya yaitu : apabila diberi ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila marah ia menahan diri (tak jadi marah) .” (HR. Hakim dan ibnu hibban dari Ibnu abbas dalam Min Akhlaqin Nabi)



Orang yang mampu menahan marah dan memafkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam disebut sebagai orang yang kuat. Beliau bersabda: Orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat, tetapi (orang yang kuat itu adalah) orang yang mampu menahan dirinya ketika marah (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)



orang yang mempunyai sifat memafkan , berarti orang-orang yang bertakwa .

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.. ” (QS. Al Baqarah [2] ; 237)



mari kita tanyakan dengan jujur pada diri kita, sejauh mana kita bisa berlapang dada dan bisa tulus dalam memaafkan kesalahan ? Dan sejauh mana kita berani mengakui kesalahan kita dan meminta maaf atas kesalahan yang telah kita lakukan ? Bila ternyata kita belum bisa memaafkan dengan tulus kesalahan orang lain dan mengikhlaskannya, maka mulailah dari sekarang kita terapkan sifat kita untuk saling memafkan dalam kehidupan kita .Hindari sikap egoisme dalam diri, karena manusia yang besar adalah manusia yang dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak mudah marah, lapang dada dan hatinya, mau mengakui kesalahannya, serta selalu mementingkan kemaslahatan ummat.

Semoga Bermanfaat


Wassalam,

apakah Puasa Hari Sabtu terlarang ?

Sebagaian kalangan ada yang mempermasalahkan berpuasa pada hari Sabtu. Terutama jika puasa Arofah, puasa Asyuro atau puasa Syawal bertepatan dengan hari Sabtu. Apakah boleh berpuasa ketika itu? Semoga pembahasan berikut bisa menjawab keraguan yang ada.


Larangan Puasa Hari Sabtu

Mengenai larangan berpuasa pada hari Sabtu disebutkan dalam hadits,



“Janganlah engkau berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan bagi kalian.”[1] Abu Daud mengatakan bahwa hadits ini mansukh (telah dihapus). Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.



Beberapa Puasa Ada yang Dilakukan pada Hari Sabtu

Pertama: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering melakukan puasa pada hari Sabtu dan Ahad.

Dari Ummu Salamah, ia berkata,



“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad.” Beliau pun berkata, “Kedua hari tersebut adalah hari raya orang musyrik, sehingga aku pun senang menyelisihi mereka.”[2]

Kedua: Boleh berpuasa pada Hari Jum’at dan Sabtu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada salah satu istrinya yang berpuasa pada hari Jum’at,



“Apakah kemarin (Kamis) engkau berpuasa?” Istrinya mengatakan, “Tidak.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi, “Apakah engkau ingin berpuasa besok (Sabtu)?” Istrinya mengatakan, “Tidak.” “Kalau begitu hendaklah engkau membatalkan puasamu”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[3]

Ketiga: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan berpuasa pada hari Jum’at asalkan diikuti puasa pada hari sesudahnya (hari Sabtu).Dari Abu Hurairah, ia mengatakan,



“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpuasa pada hari Jum’at kecuali apabila seseorang berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.”[4] Dan hari sesudah Jum’at adalah hari Sabtu.

Keempat: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban dan pasti akan bertemu dengan hari Sabtu.

Kelima: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk melakukan puasa Muharram dan kadangkala bertemu dengan hari Sabtu.

Keenam: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah sebelumnya berpuasa Ramadhan. Ini juga bisa bertemu dengan hari Sabtu.

Ketujuh: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan berpuasa pada ayyamul biid (13, 14, dan 15 Hijriyah) setiap bulannya dan kadangkala juga akan bertemu dengan hari Sabtu.

Dan masih banyak hadits yang menceritakan puasa pada hari Sabtu.[5]

Dari hadits yang begitu banyak (mutawatir), Al Atsrom membolehkan berpuasa pada hari Sabtu. Pakar ‘ilal hadits (yang mengetahui seluk beluk cacat hadits), yaitu Yahya bin Sa’id enggan memakai hadits larangan berpuasa pada hari Sabtu dan beliau enggan meriwayatkan hadits itu. Ha ini menunjukkan lemahnya (dho’ifnya) hadits larangan berpuasa pada hari Sabtu.[6]

Murid Imam Ahmad –Al Atsrom dan Abu Daud- menyatakan bahwa pendapat tersebut dimansukh (dihapus). Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa hadits ini syadz, yaitu menyelisihi hadits yang lebih kuat.[7]

Namun kebanyakan pengikut Imam Ahmad memahami bahwa Imam Ahmad mengambil dan mengamalkan hadits larangan berpuasa pada hari Sabtu, kemudian mereka pahami bahwa larangan yang dimaksudkan adalah jika puasa hari Sabtu tersebut bersendirian. Imam Ahmad ditanya mengenai berpuasa pada hari Sabtu. Beliau pun menjawab bahwa boleh berpuasa pada hari Sabtu asalkan diikutkan dengan hari sebelumnya.[8]




Kesimpulan:

1. Ada ulama yang menilai hadits larangan berpuasa pada hari Sabtu adalah lemah (dho’if) dan hadits tersebut tidak diamalkan. Dari sini, boleh berpuasa pada hari Sabtu.
2. Sebagian ulama lainnya menilai bahwa hadits larangan berpuasa pada hari Sabtu adalah jayid (boleh jadi shahih atau hasan). Namun yang mereka pahami, puasa hari Sabtu hanya terlarang jika bersendirian. Bila diikuti dengan puasa sebelumnya pada hari Jum’at, maka itu dibolehkan.[9]




Rincian Berpuasa pada Hari Sabtu

Dari penjelasan di atas, kesimpulan yang paling bagus jika kita mengatakan bahwa puasa hari Sabtu diperbolehkan jika tidak bersendirian. Sangat bagus sekali jika hal ini lebih dirinci lagi. Rincian yang sangat bagus mengenai hal ini telah dikemukakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin sebagai berikut.

Keadaan pertama: Puasa pada hari Sabtu dihukumi wajib seperti berpuasa pada hari Sabtu di bulan Ramadhan, mengqodho’ puasa pada hari Sabtu, membayar kafaroh (tebusan), atau mengganti hadyu tamattu’ dan semacamnya. Puasa seperti ini tidaklah mengapa selama tidak meyakini adanya keistimewaan berpuasa pada hari tersebut.

Keadaan kedua: Jika berpuasa sehari sebelum hari Sabtu, maka ini tidaklah mengapa. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada salah satu istrinya yang berpuasa pada hari Jum’at,


“Apakah kemarin (Kamis) engkau berpuasa?” Istrinya mengatakan, “Tidak.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi, “Apakah engkau ingin berpuasa besok (Sabtu)?” Istrinya mengatakan, “Tidak.” “Kalau begitu hendaklah engkau membatalkan puasamu”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[10]

Perkataan beliau “Apakah engkau berpuasa besok (Sabtu)?”, ini menunjukkan bolehnya berpuasa pada hari Sabtu asalkan diikuti dengan berpuasa pada hari Jum’at.

Keadaan ketiga: Berpuasa pada hari Sabtu karena hari tersebut adalah hari yang disyari’atkan untuk berpuasa. Seperti berpuasa pada ayyamul bid (13, 14, 15 setiap bulan Hijriyah), berpuasa pada hari Arofah, berpuasa ‘Asyuro (10 Muharram), berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah sebelumnya berpuasa Ramadhan, dan berpuasa selama sembilan hari di bulan Dzulhijah. Ini semua dibolehkan. Alasannya, karena puasa yang dilakukan bukanlah diniatkan berpuasa pada hari Sabtu. Namun puasa yang dilakukan diniatkan karena pada hari tersebut adalah hari disyari’atkan untuk berpuasa.

Keadaan keempat: Berpuasa pada hari sabtu karena berpuasa ketika itu bertepatan dengan kebiasaan puasa yang dilakukan, semacam berpapasan dengan puasa Daud –sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa-, lalu ternyata bertemu dengan hari Sabtu, maka itu tidaklah mengapa. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai puasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan dan tidak terlarang berpuasa ketika itu jika memang bertepatan dengan kebiasaan berpuasanya .

Keadaan kelima: Mengkhususkan berpuasa sunnah pada hari Sabtu dan tidak diikuti berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya. Inilah yang dimaksudkan larangan berpuasa pada hari Sabtu, jika memang hadits yang membicarakan tentang hal ini shahih. –Demikian penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin-[11]

Keterangan Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) Mengenai Puasa pada Hari Sabtu

Berikut Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’.

Soal:

Kebanyakan orang di negeri kami berselisih pendapat tentang puasa di hari Arofah yang jatuh pada hari Sabtu untuk tahun ini. Di antara kami ada yang berpendapat bahwa ini adalah hari Arofah dan kami berpuasa karena bertemu hari Arofah bukan karena hari Sabtu yang terdapat larangan berpuasa ketika itu. Ada pula sebagian kami yang enggan berpuasa ketika itu karena hari Sabtu adalah hari yang terlarang untuk diagungkan untuk menyelisihi kaum Yahudi. Aku sendiri tidak berpuasa ketika itu karena pilihanku sendiri. Aku pun tidak mengetahui hukum syar’i mengenai hari tersebut. Aku pun belum menemukan hukum yang jelas mengenai hal ini. Mohon penjelasannya.

Jawab:

Boleh berpuasa Arofah pada hari Sabtu atau hari lainnya, walaupun tidak ada puasa pada hari sebelum atau sesudahnya, karena tidak ada beda dengan hari-hari lainnya. Alasannya karena puasa Arofah adalah puasa yang berdiri sendiri. Sedangkan hadits yang melarang puasa pada hari Sabtu adalah hadits yang lemah karena mudhtorib dan menyelisihi hadits yang lebih shahih.

Hanya Allah yang memberi taufik. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Yang menandatangani fatwa ini: ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota, ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz sebagai Ketua.[12]

Demikian pembahasan kami yang singkat ini. Semoga dengan pembahasan ini dapat menghilangkan keraguan yang selama ini ada mengenai berpuasa pada hari Sabtu. Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.



Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya: Andi .Muhammad .Muflihuddin



Madinah , 27 Dzulqo’dah 1430 H





[1] HR. Abu Daud no. 2421, At Tirmidzi no. 744, Ibnu Majah no. 1726. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Al Irwa’ no. 960. Mengenai perselisihan pendapat mengenai hadits ini akan kami singgung insya Allah.

[2] Shahih wa Dho’if Al Jami’ Ash Shogir, no. 8934. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[3] HR. Bukhari no. 1986.

[4] HR. Ibnu Majah no. 1723. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[5] Lihat Iqtidho’ Ash Shirotil Mustaqim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2/73-75, ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim Al ‘Aql.

[6] Lihat Iqtidho’ Ash Shirotil Mustaqim, 2/75.

[7] Idem

[8] Lihat Iqtidho’ Ash Shirotil Mustaqim, 2/76.

[9] Ini kesimpulan yang kami ambil dari penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim, 2/75-76.

[10] HR. Bukhari no. 1986.

[11] Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 20/57-58, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H.

[12] Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’ no. 11747, juz 10, hal. 397, Mawqi’ Al Ifta’

Berdoa di Waktu sepertiga Malam ..

Bila malam tiba saat nya kodok di kampung-Ku bertasbih dan saatnya seorang hamba untuk melaksanakan tahajud. Sholat Tahajud adalah sholat sunah yang memiliki keutamaan terbesar setelah sholat fardhu. Siapa saja yang memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan dikabulkanNya. Sholat tahajud merupakan sarana saat nya kita mengadu kepada sang khaliq . Ingatlah bahwa Allah selalu mendengar doa hamba-Nya di waktru sepertiga malam . Sepatutnya kita memohon petunjuk dengan Allah.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala sangatlah dekat dengan hamba-hamba Nya .

Allah Ta?ala berfirman pula:Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo?a apabila ia memohon kepadaKu.? (QS. Al-Baqarah: 186)

SYAIR

Janganlah kamu meminta kebutuhanmu pada manusia
Mintalah hanya kepada Dzat Yang pintu-pintunya tak pernah tertutup
Allah akan murka jika kamu tidak bermohon kepadanya
Sedang manusia akan murka jika kamu bermohon kepadanya

sudah seharusnya kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Selain itu kita harus berikhtiar dengan berusaha memperbaiki kehidupan kita dan memohon kepada Allah dengan melalui sholat tahajud akan semakin mendekatkan diri kita dengan Sang khaliq . Dengan penyerahan diri dan keikhlasan dalam menjalani hidup merupakan kekuatan yang hanya dimiliki oleh hamba-hamba yang dicintaiNya.

Dan juga, barangsiapa yang mencintai Allah Ta’ala maka rasa cintanya tersebut merupakan sebesar-besar hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Karena sesungguhnya Alloh Subhanahu Wa Ta'ala Maha Mensyukuri, Dia membalas orang yang mendekatkan diri kepada-Nya lebih besar -dengan balasan yang belipat ganda- daripada yang dilakukan orang tersebut. Dan termasuk syukur Allah تعالى adalah : mempertemukannya dengan orang yang dicintainya, walaupun amalan orang yang mencintai itu sedikit.

Allah berfirman:“Barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul, maka mereka bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka dari para Nabi, para orang yang Shiddiq, para Syuhada’ dan orang-orang shalih, dan mereka adalah sebaik-baik teman.” [QS an-Nisa : 69]

Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memuji bagi hamba-hambaNya yang memohon kepadaNya agar diberikan jalan hidup yang baik . Mohonlah apa yang menjadi niat dan keinginan kita. Sholat Tahajud menjadi sebuah sarana yang efektif karena mengandung banyak keutamaan dihadapan Allah. Termasuk memohon agar diberikan kemudahan dalam jalani hidup yang baik dan keluarga yang menenteramkan hati kita.

'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai menyenangkan hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Furqan : 74).

Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu istirahat bagiku dari setiap keburukan." (HR. Muslim)

Ya Allah, aku mengharapkan rahmatMu, maka janganlah Kau pasrahkan (urusan)ku pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau." (HR. Abu Daud dengan sanad shahih)


Wassalam,

"Titah Cinta"

Tulisan kecil ini adalah ungkapan cinta, luapan jiwa sekaligus merupakan “proposal untuk Ibunda” agar restunya selalu mengalir dari tanah air sana. Barangkali ada suara hati yang sama diantara kita, sehingga aku tak sendiri. Terdapat luapan jiwa yang tidak jauh berbeda sehingga kita bisa berbagi. Selamat menyelami nurani kawan…

######
Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamu’alikum Wr.Wb.
Apa kabarmu Ibu…? semoga selalu ada kekuatan jiwa yang melahirkan kekuatan tenaga dalam hidupmu. Hari ini Adinda hanya ingin bebagi cinta untukmu, karena terkadang lisanku tak kuasa menggambarkan bahasa hati yang sebenarnya .

Ibu… tidak ada satupun teori yang sanggup untuk menggambarkan cintamu, kata-kata mutiara terindah pun tak bisa melukiskan betapa engkau mencintaiku. Rasanya tidak ada kesucian sesuci embun pagi yang bisa menandingi betapa tulus cintamu untukku.

Sekedar mengungkapkan cinta bertabur rindu, surat ini kutulis sebagai persembahan mulia untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta. Beralasan, sungguh tiada manusia spesial dalam hidupku yang berhak mendapatkan kehormatan tertingggi setelah Allah dan RasulNya, kecuali dua sosok agung yang telah membesarkan serta mendidikku dari kecil. Hanya Sang Maha mulialah yang mampu membalas kemulian yang selama ini kalian korbankan. Kesenangan dunia saja tidak pantas menggantikan segalanya, kenikmatan tiada tara berupa syurga Allah SWT mungkin itulah jawabanya.

Jika aku belum sanggup membasuh air mata kerinduanmu saat ini, benar-benar aku berharap gantikan rindu itu dengan do’a penuh harapmu untuk keberkahan perjuanganku. Pengembaraanku tak tau kapan ujungnya, walau kusadari sesungguhnya penghujung itu hanya berada di bawah telapak kakimu. Namun aku ingin berbuat untuk hidup dan matimu. Sehingga aku butuh banyak hal untuk semua ini, sebab kelak engkau tidak butuh harta lagi kecuali kiriman do’a.

Wahai wanita yang paling ku cinta di dunia…
Mimpiku selalu kubaca dan kuterjemahkan terbata-bata disetiap tenggelam matahari menuju gelapnya. Kuambil separuh tenaga dari senyumu yang telah lama aku tinggalkan itu. Aku akan selalu bermimpi merindukan wajahmu karena itu adalah kekuatan bagiku.

Walaupun hanya mampu membaca rangkaian pesan singkat yang dikirimkan lewat ponsel genggam adik-adikku, atau dari kabar yang menyatakan engkau baik-baik saja saat menelpon, hal itu cukup membuatku tetap semangat. Namun ketika berita itu beralih menjadi nuansa kegalauan “Bunda sedang sakit Kanda...!” aku merasa seketika tubuhku lunglai kekuatan rapuh, semangat perjuangan terasa keropos, wajah riangku menghilang senyum manis menjadi garang.

Bunda....
Aku tau inti harapanmu, hanya ada ungkapan ”kapan kau akan kembali buah hatiku...?, Kapan kau akan datang untuk menghiburku...? Setelah sekian lama aku lepaskan engkau di sungai kehidupan, aku berharap tak ada buaya ataupun ular yang akan memangsamu nak...!”

Ibunda dan Ayahanda, membentuk generasi terbaik butuh waktu, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, lima puluh tahun sekalipun belum cukup. Perlu proses dan kesabaran, butuh generasi penerus perjuangan. Aku tak ingin bercita-cita kerdil, sekedar mementingkan keluarga dan sanak famili. Manfaat jualah hendaknya diri ini untuk agama dan umat manusia. Para ulama terdahulu telah berkorban harta, darah dan nyawa demi dakwah, Aku malu jika arwah para syuhada mengejekku sebagai "pecundang".

Kita hanya mengorbankan rasa rindu saja, karna jauh dari sanak dan keluarga. Ibu-ibu di Palestina harus ikhlas dan merelakan buah hatinya menjemput syahid demi Islam. Karena mereka yakin, biarlah mereka berpisah sesaat di Dunia, toh syurga Allah lebih abadi. Seandainya pedih, kepedihan hanya beberapa tahun saja. Merasa sengsara, kesengsaraan akan berlalu, di dunia sekedar mampir semuanya akan berakhir.

Bunda...
Bila engkau bertanya “Bayi kecilku, sudah besarkah engkau…? sudah dewasakah dirimu? Sudah mampukah kau taklukkan dunia yang sering jadi mimpimu...? Sudah mampukah kau daki puncak tertinggi dari perjalanan hidup ini?” Aku akan menjawab “putramu sudah mendapatkan sebagian dari itu, namun perjalananku masih panjang, Karena aku ingin mengukir sejarah yang baik dan manfaat untuk hidup dan matiku”.

"Aku tau, Ibunda tidak butuh banyak hal selain bakti dan kasih sayang dariku. Namun, seisi dunia aku bentangkan dihadapanmu, aku tak akan bisa menggantikan segalanya"

Bersambung....

Aku pun Mendoakan Pernikahanmu

Hembusan angin malam menyapa di dalam jiwa yang penuh akan kerinduan , aku berdiam bukan karena aku menjauhkan diri ini dari kehidupan mu , tetapi aku terdiam karena aku sangat mengerti keadaan mu sehingga aku tak bisa berbuat dan berkata banyak padamu selain " menunggu" di saat kenyataan itu akan hadir di kehidupan ku .


mungkin memang seperti ini yang terbaik untuk kau dan aku sehingga kita saling meyibukan diri demi kebaikan kita bersama , sesungguhnya andai engkau tau betapa sangat aku merindukan kehadiran , tetapi karena ruang dan waktu yang belum meyatuhkan kita dalam keabadian cinta aku hanya bisa " Bersabar " sambi menunggu takdir cinta yang akan ku terima walaupun kenyataan itu pahit buat kehidupan ku . di saat aku merindukan mu hanya kebisuan yang aku miliki sehingga terpedam kerinduan ini dalam benak ku , aku tak bisa melakukan sesuatu karena aku tau bahwa aku sudah berjanji pada diriku dan dirmu untuk tidak akan mencintai mu .


karena aku sadar bahwa dirimu sudah memiliki pasangan hidup yang akan menjadikan kehidupan lebih baik dari hari ini , sehingga aku hanya bisa terdiam di saat membaca tulisan mu yang engaku katakan pada ikhwan yang engkau cinta " Aku terima lamaran Mu " di saat aku membaca itu jiwa ku rapuh dan tenggelam dalam lautan yang terdalam .

Aku hanya meneteskan buliran air yang tumpah dalam kehinangan malam , sehingga ku buka lebaran catatan harianku , dan kutuliskan sebait kata bahwa kehidupan ini hanya sebuah ujian yang harus kita hadapi , selalin itu aku hanya ingin bisa berharap dan berdoa dalam keheningan malam semoga diri mu selalu berbahagia dengan-Nya .

karena aku bahagia apabila melihat dirimu tersenyum dan akupun bahagia apabila melihat seseorang yang ku cintai ia bahagia dalam kehidupan nya , walaupun engkau tidak menjalankan kebahagian itu bersamaku , tetapi aku pun tetap merasakan kebahagian-Mu .


Hanya doa yang ku bisa titipkan di saat keheningan malam . karena hanya doa yang ku punya dalam kehidupan ku , sehingga hanya doa yang selalu memenamani Ku dalam kehidupan ini ..



Aku pun Mendoakan Pernikahanmu
Saat kau melangsungkan pernikahanmu
Kau masih bertanya tentang diriku
Demikianlah perihal yang kutahu
Duhai demikian syahdu kau senandungkan cinta kita
Tolong sebagai kenang saja segala air mata
Sebab sebuah entah masih harus kutelusuri
Sebab sebuah langkah mesti harus kujalani
Hapus air matamu karena sejarah menulis dirinya sendiri
Aku tahu kau gemetar mencium pundak tangan suamimu
Kau cari wujudku; aku gentar dengan semua tulus kasihmu
Bisikku ketika pertama kali kita bersama di bilik bulan purnama
Kita saling mengikat pada teka-teki: cinta, masa,
Dan hidup yang tak pernah terduga.


Sehingga aku pernah melantunkan syair padamu apakah engaku masih mengingatnya ?
dan ini syair untukmu dan untuk kita kenang dalam persaudaraan yang berbuah surga .

Syair ....

Jangan ingat tentang kita;
Biar kupergi
namun Matamu berkaca
Sore pun lekas menjadi petang
di Kairo ini hatiku semakin pekat
membaca berita dari negeri laknat
lalu sekarat
lalu kiamat
dan di atas segala itu;
perasaanku padamu telah tamat

Kertas
Pena dan
Pisau
akan menuliskan kata
Puisi tak pernah sendiri
Ia mengajak pena, kata, dan pisau
untuk selalu menemani
Selembar kertas tewas di tangan penyair
Mereka bersulang doa
Menulis nisan dan menanam kamboja
"Ahai, ada senja melukis air mata!"