kebahagiaan muncul ketika bisa menolong dan membantu sesama


Kemaren siang saya mendapatkan email dari seorang teman di madinah . teman itu bertutur, bahwa dirinya sedang berkunjung ke rumah teman kantornya, dia baru tahu kalo temannya itu memiliki saudara yang mengidap sakit lever selama lebih dari delapan tahun. tubuh-nya sudah kurus kering , kulit tubuhnya putih pucat basi, suaranya lemah.

'Saya merasa bodoh akhi, ternyata lever itu telah menyerang oragn tubuh nya . Saya tidak segera menyadari bahwa sejak tadi sorot matanya kosong.' tuturnya

Sampai pulang tidak bisa memberikan apapun yang berarti baginya. Tidak ada uang yang berarti untuk bisa menanggung biaya pengobatannya. Perasaan bersalah terus menghantui dirinya. Sampai tidak bisa tidur memikirkannya. Sampai kemudian mendapatkan cara untuk berbuat sesuatu kepadanya yaitu sebuah sentuhan kecil. Kemudian memberanikan diri untuk menelpon. Sebagai orang yang tidak dikenal, dirinya menelpon sekedar 'say hello.'

Dia melakukan terus menerus, menelpon seminggu sekali. Membuat mereka berdua menjadi dekat. Suaranya terdengar ceria, jauh berbeda ketika bertemu dengan pertama kalinya. Suatu hari dirinya datang ke rumahnya. Mereka poto berdua dalam posisi lebih dekat. teman sekantornya bisa menangkap moment mereka berdua tersenyum. Bahkan moment tertawa menjadi terasa indah untuk dikenang. kebahagiaan itu terasa mengalir diseluruh tubuhnya.

Terakhir menurut temannya sekantor itu mengatakan kepada dirinya ada perkembangan positif pada diri saudaranya. Tubuhnya semakin sehat dan bugar, wajahnya lebih cerah. Dengan kata lain sakitnya berkurang drastis, sekalipun tumor itu masih tetap dikepala. Menurut dokter,penyakit lever nya telah mulai membaik l. Kebahagiaan itu telah membuat kekebalan tubuhnya meningkat. 'Sentuhan kecil' telah memberikan keajaiban menyembuhkan laver yang ada ditubuhnya .

”Seandainya bukan karena sedemikian besar kebutuhan hamba untuk memohon hidayah siang dan malam, niscaya Allah ta’ala tidak perlu membimbing hamba-Nya untuk melakukan hal ini. Karena sesungguhnya setiap hamba sangat membutuhkan pertolongan Allah ta’ala di sepanjang waktu dan keadaan agar petunjuk itu tetap terjaga, ...kokoh tertanam, semakin paham, meningkat, dan agar dia terus berada di atasnya…( Ibnu Katsir rahimahullah, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, I/37 )

YAKINLAH, BAHWA COBAAN ITU KECIL DIBANDING BESARNYA KARUNIA.

Demikian halnya, jika ia tertimpa atau khawatir tertimpa cobaan atau hal yang tidak diinginkannya, seyogianya ia membandingkan ni'mat-ni'mat yang masih melekat padanya, baik di sisi kehidupan religi atau duniawi, dengan cobaan-cobaan yang menimpanya itu. Maka, saat membandingkan antara keduanya itu, akan nyata betapa banyaknya ni'mat yang dirasakannya dan betapa kecilnya cobaan yang menimpanya.

Begitu juga, seyogianya ia membandingkan bahaya yang dikhawatiri akan terjadinya itu dengan banyaknya peluang kemungkinan terhindar darinya. Maka, janganlah ia membiarkan kemungkinan yang lemah tadi mengalahkan banyaknya kemungkinan yang kuat itu. Dengan ini, akan sirnalah kegundahan dan kekhawatirannya. Hendaknya ia pun memperhitungkan kemungkinan terbesar yang dimungkinkan menimpanya. Lalu, ia kuatkan hatinya untuk menghadapinya kalaupun terjadi, dan berupaya untuk mencegah yang belum terjadi dan menangkis atau meringankan cobaan yang terjadi.

Pesan kisah diatas adalah berikanlah sedikit semangat dan membahagiakan orang-orang yang sangat membutuhkan ternyata memberikan dampak yang sangat besar pada orang lain. Kita yang selalu berbuat baik niscaya selalu merasa bahagia, apapun yang menimpa diri kita. Orang-orang yang hebat percaya kebahagiaan muncul ketika bisa menolong dan membantu sesamanya.

--
Barangsiapa melakukan amal kebaikan baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. an-Nahl : 97).

Wassalam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar