Berjihad Melawan Riyaa'

Berkata As-Suusi rahimahullah:

الإِخْلاَصُ فَقْدُ رُؤْيَةِ الإِخْلاَصِ، فَإِنَّ مَنْ شَاهَدَ فِي إخْلاَصِهِ الإِخْلاَصَ فَقَدْ احْتَاجَ إِخْلاَصُهُ إِلَى إِخْلاَصٍ

"Ikhlas adalah hilangnya perasaan memandang bahwa diri sudah ikhlash, karena barang siapa yang melihat tatkala dia sudah ikhlash bahwasanya ia adalah seorang yang ikhlash maka keikhlasannya tersebut butuh pada keikhlasan"
(Tazkiyatun Nufuus 4)

Yusuf bin Al-Husain Ar-Roozi rahimahullah berkata :

أَعَزُّ شَيْءٍ في الدُّنْيَا الإخْلاَصُ، وَكَمْ أَجْتَهِدُ فِي إِسْقَاط الرِّيَاءِ عَنْ قَلْبِي وَكَأَنَّهُ يَنْبُتُ فِيْهِ عَلَى لَوْنٍ آخَرَ

"Perkara yang paling berat di dunia adalah ikhlas, betapa sering aku berijtihad (bersungguh-sungguh) untuk menghilangkan riyaa' dari hatiku akan tetapi seakan-akan riyaa' tersebut kembali muncul lagi dalam bentuk yang lain" (Jaami'ul 'Uluum wal Hikam 42)

Untuk berjihad melawan riyaa' maka dibangun diatas ilmu dan usaha. Adapun ilmu maka ada empat hal yang harus kita renungkan atau kita pikirkan, yaitu :

Pertama : Akibat buruk bagi seorang yang riyaa di akhirat

Kedua : Akibat buruk bagi orang yang riyaa' di dunia

Ketiga : Merenungkan hakekat oang yang kita harapkan pujiannya.

Keempat : Merenungkan hakekat diri kita



Kesudahan orang yang riyaa' di akhirat:

Pertama : Barang siapa yang riyaa' dan sum'ah di dunia maka di akhirat kelak ia akan dipermalukan oleh Allah di hadapan khalayak ramai.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ

"Barangsiapa yang memperdengarkan maka Allah akan memperdengarkan tentangnya, dan barangsiapa yang memperlihatkan (riyaa') maka Allah akan memperlihatkan tentang dia" (HR Al-Bukhari no 6499)

Al-Khotthobi berkata, "Maknanya adalah barang siapa yang mengamalkan sebuah amalan tanpa ikhlas, akan tetapi karena ingin dilihat oleh masyarakat dan disebut-sebut oleh mereka maka ia akan dibalas atas perbuatannya tersebut, yaitu Allah akan membongkarnya dan menampakan apa yang dulu disembunyikannya" (Fathul Baari 11/344-345)

Al-Mubaarokfuuri berkata, "Barangsiapa yang menjadikan dirinya tersohor dengan kabaikan atau yang lainnya karena kesombongan atau karena riyaa' maka Allah akan mensohorkannya pada hari kiamat kelak dihadapan khalayak manusia di padang mahsyar dengan membongkar bahwasanya ia adalah orang yang riyaa' pendusta. Allah mengabarkan kepada manusia riyaa'nya dan sum'ahnya, maka terbongkarlah aibnya di hadapan manusia" (Tuhfatul Ahwazi 4/186).

Diantara makna hadits ini sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar adalah :

-         Barangsiapa yang mengesankan bahwasanya ia telah melakukan suatu amal sholeh padahal ia tidak melakukannya maka Allah akan membongkar kebohongannya tersebut (lihat Fathul Baari 11/337)

-         Barangsiapa yang beramal dengan mengesankan kepada masyarakat bahwasanya ia adalah orang yang ikhlas namun ternyata beramal karena riyaa', maka pada hari kiamat kelak Allah akan menunjukan pahala amalannya tersebut seakan-akan pahala amalan tersebut untuknya namun ternyata Allah menghalanginya dari pahala tersebut. (lihat Fathul Baari 11/337)

Oleh karenanya para pembaca yang budiman, sebelum kita melakukan riyaa' maka renungkanlah apakah kita siap untuk dipermalukan oleh Allah pada hari kiamat kelak??!. Kita menampakkan pada guru kita, pada murid-murid kita, pada sahabat-sahabat kita seakan-akan kita selalu beramal karena Allah, ternyata kita hanya menipu mereka, ternyata kita hanya mengharapkan pujian atau penghormatan mereka. Bagaimana jika Allah membongkar busuknya niat kita di hadapan mereka…, tentunya kita sangat dipermalukan. Wall'iyaadzu billah.

Kedua : Setelah orang-orang yang riyaa' dipermalukan oleh Allah di hadapan seluruh manusia di padang mahsyar lantas orang-orang yang riyaa' itulah yang pertama kali diadzab oleh Allah.

Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Aku mendengar Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ، رَجُلٌ اسْتَشْهَدَ فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَى اسْتَشْهَدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، لَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيْءٌ، فَقَدْ قِيْلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ، وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا فَعَلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، لَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيْلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَّادٌ، فَقَدْ قِيْلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ

“Sesungguhnya manusia paling pertama yang akan dihisab urusannya pada hari kiamat adalah: Seorang lelaki yang mati syahid, lalu dia didatangkan lalu Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya (yang telah diberikan kepadanya-pen) maka diapun mengakuinya. Allah berfirman, “Lalu apa yang kamu perbuat dengan nikat-nikmat tersebut?” dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi sebenarnya kamu berperang agar kamu dikatakan pemberani, dan kamu telah dikatakan seperti itu (di dunia).” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sampai dia dilemparkan masuk ke dalam neraka. Dan (orang kedua adalah) seseorang yang mempelajari ilmu (agama), mengajarkannya, dan dia membaca (menghafal)  Al-Qur`an. Maka dia didatangkan lalu Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya (yang telah diberikan kepadanya -pen) maka diapun mengakuinya. Allah berfirman, “Lalu apa yang kamu perbuat padanya?” dia menjawab, “Aku mempelajari ilmu (agama), mengajarkannya, dan aku membaca Al-Qur`an karena-Mu.” Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi sebenarnya kamu menuntut ilmu agar kamu dikatakan seorang alim dan kamu membaca Al-Qur`an agar dikatakan, “Dia adalah qari`,”  dan kamu telah dikatakan seperti itu (di dunia).” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sampai dia dilemparkan masuk ke dalam neraka. Dan (yang ketiga adalah) seseorang yang diberikan keluasan (harta) oleh Allah dan Dia memberikan kepadanya semua jenis harta. Maka dia didatangkan lalu Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya (yang telah diberikan kepadanya-pen) maka diapun mengakuinya. Allah berfirman, “Lalu apa yang kamu perbuat padanya?” dia menjawab, “Aku tidak menyisakan satu jalanpun yang Engkau senang kalau seseorang berinfak di situ kecuali aku berinfak di situ untuk-Mu.” Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi sebenarnya kamu melakukan itu agar dikatakan, “Dia adalah orang yang dermawan,” dan kamu telah dikatakan seperti itu (di dunia).” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sampai dia dilemparkan masuk ke dalam neraka.” (HR. Muslim mo. 1905)



Nasib orang yang riyaa' di dunia

Pertama : Orang yang riyaa' senantiasa di atas kegelisahan. Karena amal yang ia kerjakan dibangun di atas mencari pujian orang lain, maka ia akan selalu menderita, baik sebelum beramal, tatkala sedang beramal, maupun setelah beramal. Iapun juga selalu menderita baik dipuji apalagi jika tidak dipuji.

Sebelum beramal ia akan gelisah memikirkan amal apa dan bagaimana bisa ia lakukan agar ia dipuji manusia, ia khawatir jika amalannya salah atau kurang baik maka ia akan dicela dan tidak dipuji serta tidak dihargai atau dihormati orang lain.

Tatakala beramalpun demikian, perasaan tersebut masih terus menyertai hatinya. Apalagi setelah beramal, maka gelisahpun semakin menjadi-jadi menanti pujian yang diharap-harapkan.

Jika ternyata pujian yang diharapkan tak kunjung tiba maka hatinya sangat kesal… seakan-akan tersayat-sayat… ungkapan penyesalanpun bertumpuk di hatinya.. seraya berkata, "Percuma saya memberi sedekah kepadanya, ia adalah orang yang tidak tahu berterima kasih…", "percuma saya menolong si fulan, ia tidak menghargai pertolonganku..". "Percuma saya berhaji dengan mengeluarkan uang puluhan juta, toh masyarakat tidak menghormatiku dan tidak memanggilku dengan gelaran pak haji…". "Percuma saya memberi ceramah-ceramah agama kepada mereka, toh mereka kurang menghormati saya…"

Jika akhirnya pujian dan sanjungan yang ditungu-tunggu itupun tiba ternyata … terkadang pujian tersebut tidak seperti yang ia harapkan. Ia ingin agar sanjungan dan penghormatan yang ia raih lebih daripada apa yang ia dengar. Maka menderitalah hatinya.

Jika pujian yang ia nanti-nantikan ternyata sesuai dengan yang ia harapkan maka iapun bahagia sekali…kepalanyapun membesar… hatinya berbinar-binar…, akan tetapi ketahuilah para pembaca yang dirahmati Allah… kebahagiaan tersebut hanyalah semu.. karena sebentar lagi ia akan kembali menderita karena hatinya bergejolak ingin pujian tersebut langgeng dan abadi… namun kenyataannya terkadang pujian tersebut hanya sebentar saja.. lalu sirna. Hatinya kembali gelisah… kapan ia dipuji lagi seperti pujian tersebut…??!!.

Kedua : Orang yang riyaa' memang terkadang meraih pujian dan sanjungan yang ia harapkan dari masyarakat. Jadilah ia tersohor dan dikenal harum namanya oleh masyarakat. Hal ini sebagaimana yang ditunjukan oleh hadits

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ

"Barangsiapa yang memperdengarkan maka Allah akan memperdengarkan tentangnya, dan barangsiapa yang memperlihatkan (riyaa') maka Allah akan memperlihatkan tentang dia"
(HR Al-Bukhari no 6499)

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwasanya di antara tafsiran dari hadits ini adalah bahwasanya makna dari ((Allah memperdengarkan tentangnya)) adalah barangsiapa yang beramal dengan maksud untuk meraih kedudukan dan kehormatan di masyarakat dan bukan karena mengharap wajah Allah maka Allah akan menjadikan dia bahan pembicaraan di antara orang-orang yang ia ingin dihormati oleh mereka. Akan tetapi ia tidak akan mendapatkan pahala di akhirat. (lihat Fathul Baari 11/336-337)

Dan hal ini sesuai dengan firman Allah

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ (١٥)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٦)

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (QS Huud : 15-16).

Oleh karenanya bukanlah hal yang mengherankan kalau seseorang yang riyaa' dipuji-puji dan dielu-elukan oleh masyarakat. Karena itulah memang yang ia inginkan dan Allah mengabulkan keinginannya tersebut tanpa mengurangi sama sekali. Hal ini juga ditunjukkan oleh hadits yang telah lalu tentang tiga orang yang pertama kali diadzab di akhirat kelak, di mana keinginan mereka untuk dikenal sebagai pahlawan pemberani, dikenal sebagai seorang yang alim, dan dikenal sebagai dermawan dikabulkan oleh Allah.

Akan tetapi para pembaca yang budiman, apakah pujian dan sanjungan ini akan lenggeng dan kekal…??? Tentunya tidak, Allah terkadang membongkar aibnya dan kedustaannya tersebut di dunia sebelum di akhirat.

Ibnu Hajr rahimahullah menyebutkan bahwa di antara makna hadits ((Allah memperdengarkan tentangnya)) adalah barangsiapa yang beramal sholeh karena ingin disebut-sebut maka Allah akan membuat ia tersohor di antara orang-orang yang ia harapkan pujian mereka akan tetapi tersohor dengan celaan, dikarenakan busuknya niatnya. (lihat Fathul Baari 11/337).

Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadits berikut ini :

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْتَقَى هُوَ وَالْمُشْرِكُونَ فَاقْتَتَلُوا فَلَمَّا مَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَسْكَرِهِ وَمَالَ الْآخَرُونَ إِلَى عَسْكَرِهِمْ وَفِي أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ لَا يَدَعُ لَهُمْ شَاذَّةً وَلَا فَاذَّةً إِلَّا اتَّبَعَهَا يَضْرِبُهَا بِسَيْفِهِ فَقَالَ مَا أَجْزَأَ مِنَّا الْيَوْمَ أَحَدٌ كَمَا أَجْزَأَ فُلَانٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا صَاحِبُهُ قَالَ فَخَرَجَ مَعَهُ كُلَّمَا وَقَفَ وَقَفَ مَعَهُ وَإِذَا أَسْرَعَ أَسْرَعَ مَعَهُ قَالَ فَجُرِحَ الرَّجُلُ جُرْحًا شَدِيدًا فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ بِالْأَرْضِ وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَى سَيْفِهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَخَرَجَ الرَّجُلُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالَ الرَّجُلُ الَّذِي ذَكَرْتَ آنِفًا أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَأَعْظَمَ النَّاسُ ذَلِكَ فَقُلْتُ أَنَا لَكُمْ بِهِ فَخَرَجْتُ فِي طَلَبِهِ ثُمَّ جُرِحَ جُرْحًا شَدِيدًا فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ فِي الْأَرْضِ وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيْهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ ذَلِكَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Dari sahabat Sahl bin Sa'ad  As-Saa'idi radhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berperang melawan kaum musyrikin. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali ke pasukan perangnya dan kaum musyrikinpun telah kembali kepasukan perang mereka (untuk menanti perang selanjutnya-pen), dan diantara sahabat-sahabat Nabi (yang ikut berperang) ada seseorang yang tidak seorang musyrikpun yang menyendiri dari pasukan musyrikin atau terpisah dari kumpulan kaum musyrikin kecuali ia mengikutinya dan menikamnya dengan pedangnya, maka ada yang berkata, "Tidak ada diantara kita yang memuaskan kita pada perang hari ini sebagaimana yang dilakukan oleh si fulan". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata, "Adapun si fulan maka termasuk penduduk api neraka". Salah seorang berkata, "Saya akan menemani (membuntuti) si fulan tersebut". Maka iapun mengikuti si fulan tersebut, jika si fulan berhenti maka ia ikut berhenti, jika sifulan berjalan cepat, iapun berjalan cepat. Maka si fulan ini (setelah berperang-pen) terluka parah, maka iapun segera membunuh dirinya. Ia meletakkan pedangnya di tanah kemudian mata pedangnya ia letakkan di dadanya, lalu pun menindihkan dadanya ke pedang tersebut maka iapun membunuh dirinya. Orang yang membuntutinya segera menuju ke Rasulullah dan berkata, "Aku bersaksi bahwasanya engkau adalah utusan Allah". Rasulullah berkata, "Ada apa?". Ia berkata, "Orang yang tadi engkau sebutkan bahwasanya ia masuk neraka !!, lantas orang-orangpun merasa heran, lalu aku berkata biarlah aku yang akan mengeceknya. Maka akupun keluar mengikutinya, lalu iapun terluka sangat parah lantas iapun meletakkan pedangnya diatanah dan meletakkan mata pedangnya di dadanya lalu iapun menindihkan dadanya ke mata pedang tersebut, dan iapun membunuh dirinya".

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata, "Sesungguhnya seseorang sungguh-sungguh melakukan amalan penghuni surga menurut apa yang nampak bagi manusia padahal ia termasuk penghuni neraka, dan seseorang melakukan amalan penghuni neraka menurut apa yang nampak bagi manusia padahal ia termasuk penduduk surga"
(HR Al-Bukhari no 2898 dan Muslim no 179)

Maka Sungguh benar perkataan Hammad bin Salamah :

مَنْ طَلَبَ الْحَدِيْثَ لِغَيْرِ اللهِ مُكِرَ بِهِ

"Barangsiapa yang mencari hadits bukan kerana Allah maka akan dibuat makar kepadanya"
(Al-Jaami' li Akhlaaq Ar-Roowi wa Aaadaabus Saami' 1/126 no 20)

Kita dapati adanya orang-orang yang tersohor dengan ilmunya, jadilah ia pemimpin para dai, namun ternyata pada akhirnya iapun ditinggalkan oleh para pengikutnya…. Semua ini karena buruknya niat yang tersembunyi.



Hakikat orang yang kita harapkan pujiannya


Tahukah kita siapa hakikat orang yang kita harapkan pujiannya tatkala kita beribadah?, tatkala kita sholat dengan menghinakan jidat kita di tanah?, tatkala kita menuntut ilmu dengan susah payah?, tatkala cape untuk berdakwah??!!

Saya mengajak para pembaca sekalian merenungkan hakikat orang yang kita harapkan pujiannya tersebut…

Pertama : Manusia yang berada di hadapan kita, yang kita harapkan pujiannya adalah makhluk yang tidak bisa memberi manfaat dan mudhorot

kedua : Lihatlah manusia yang ...kita harapkan pujiannya, ternyata merupakan makhluk yang sangat lemah, coba lihat dan ingat tatkala ia sedang sakit dan terbaring di rumah sakit, maka perihalnya seperti anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa. Makhluk yang seperti ini maka buat apa kita mengharapkan pujiannya??

Ketiga : Jika manusia yang kita harapkan pujiannya itu meninggal dan tidak dikubur tentunya akan menimbulkan bau yang sangat busuk dan mengganggu. Bahkan bau busuknya bisa mengganggu warga sekampung, bahkan busuknya mayatnya bisa menimbulkan beraneka ragam penyakit. Jika perkaranya demikian, maka apakah pantas kita mengharapkan pujian dari makhluk yang seperti ini??!!

Keempat : Bisa jadi kita lebih baik daripada makhluk yang kita harapkan pujiannya tersebut, kalau begitu buat apa mengharap pujian dari orang yang lebih rendah dari kita..??

Kelima : Makhluk yang kita harapkan pujiannya ini memang memuji kita dengan pujian yang indah, tapi coba kalau dia bermasalah dengan kita, tentunya akan memaki kita juga dengan makian yang lebih indah juga.
Keenam : Orang yang riyaa' pada hari kiamat disuruh mencari pahala dari orang-orang yang dia dahulu mengharapkan pujian dan penghormatan dari mereka tatkala di dunia.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ أَّخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَُرُ، قَالُوْا : وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ : الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِأَصْحَابِ ذَلكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إذَا جَازَى النَّاسَ : اِذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تُرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً ؟!

"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil". Mereka berkata, "Apakah itu syirik kecil?". Nabi berkata, "Riyaa', pada hari kiamat tatkala Allah membalas perbuatan manusia maka Allah berkata kepada orang-orang yang riyaa' : "Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian riyaa kepada mereka, maka lihatlah apakah kalian akan mendapatkan balasan amalan (riyaa) kalian di sisi mereka??!" (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam ash-Shahihah no 951).

Para pembaca yang budiman apakah orang-orang yang kita harapkan pujian mereka akan bisa membantu kita sedikitpun di akhirat kelak?, apakah mereka bisa memberikan sedikitpun ganjaran amal sholeh kita?. Jawabannya tentu tidak.
Ketujuh : Meskipun kita dipuji setinggi langit akan tetapi kita yang lebih tahu tentang hakikat diri kita yang penuh dengan dosa. jika seandainya satu dosa kita saja dibongkar oleh Allah maka seluruh orang yang tadinya memuji kita tentu akan berbalik mencela kita....wallahu a'lam



Hakikat kita yang dipuji


Sesungguhnya pujian dan sanjungan orang lain kepada kita tidaklah akan merubah hakikat kita di hadapan Allah Yang maha Mengetahui apa yang nampak dan tersembunyi. Orang lain boleh terpedaya dengan penampilan kita… dengan indahnya perkataan kita… dengan ta'jubnya tulisan-tulisan kita… akan tetapi kitalah yang lebih tahu tentang hakikat diri kita yang penuh dosa.

Sungguh indah perkataan Muhammad bin waasi' rahimahullah :

لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا جَلَسَ إِلَيَّ أَحَدٌ

"Jika seandainya dosa-dosa itu mengeluarkan bau maka tidak seorangpun yang akan duduk denganku" (Siyaar A'laam An-Nubalaa' 6/120)

Jika setiap dosa yang kita lakukan memiliki bau busuk yang khas tentunya akan keluar beraneka ragam bau yang busuk dari tubuh kita. Maka semua orang akan lari dari kita.

Jika seandainya Allah membongkar satu saja aib kita yang selama ini kita sembunyikan tentunya semua orang yang tadinya memuji dan menghormati serta menyanjung kita akan berbalik mencela dan merendahkan. Wallahul musta'aan.

Sebagai renungan maka silahkan membaca kembali artikel ini (http://www.firanda.com/index.php/artikel/wejangan/27-wasiat-ibnu-masud-1-qkalau-kalian-mengetahui-dosa-dosaku-maka-tidak-akan-ada-dua-orang-yang-berjalan-di-belakangkuq-) dan juga artikel (http://www.firanda.com/index.php/artikel/34-penyakit-hati/105-kenapa-mesti-ujub)

Akhirnya… selamat berjuang dan berjihad melawan riyaa… sungguh jihad yang sangat sulit.., sungguh jihad yang tiada hentinya… hingga nafas yang terakhir.

Hidayah itu untuk dicari! bukan untuk ditunggu!

Assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Ahlan wa sahlan, ikhwan wa akhwati fillah, alhamdulillah, ana sangat bersyukur jika ikhwah membuka halaman ini dengan niatan untuk mengenal ana lebih jauh.
Dalam bagian ini, ana khususkan untuk berbagi pengalaman ana mengenai perjalanan ana bagaimana hubungan ana dengan Alloh, diin-Nya dan Rosul-Nya.

Seperti kebanyakan orang, ana dulunya seorang orang yang hanya beridentitas muslim, sangat jauh dari muslim sesungguhnya. Bahkan kewajiban sholat itu sendiri tidak pernah ana rasakan sebuah kewajiban, apalagi kebutuhan. Sehingga ana sangat jarang sekali menegakkannya. Semoga Alloh mengampuni dosa-dosa ana, baik dosa-dosa itu adalah karena kebodohan ana, terlebih lagi dari kesadaran ana sendiri, baik yang ana ketahui (sadari) maupun yang tidak ana sadari. aamiin.

“Sempat sadar….”

Fase ini terus berlanjut, hingga ana kelas XI SMA, ketika itu ana mengikuti salah satu program islam yang sedikit mengenalkan ana dengan diin ini, dan bahkan “sempat menyadarkan ana” dalam beberapa bulan, sayangnya, ini tidak berlangsung begitu lama. Mungkin karena kelemahan hati ana terhadap dunia, atau belum begitu tertanamnya iman itu dihati ana. Program ini baik, namun menurut ana, point pentingnya dalam penyampaian ini tidak begitu memfokuskan pesertanya untuk memahami tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu “mentauhidkan Alloh”.

Konten dari seminar ini sebatas memberikan penyadaran bagi pesertanya untuk bertaubat akan dosa-dosa yang diperbuatnya, sehingga tidak heran, banyak yang kembali lagi kepada kehidupan mereka sebelumnya -kembali melakukan dosa-dosanya- walaupun, disana ana harus mengakui kekuasaan Alloh dalam membolak-balikan hati hamba-Nya. Namun, kalau tidak di-’pupuk’ dengan bekal yang kuat, tentunya hanya akan berdampak jangka pendek, karena hal ini sesuai dengan pengalaman pribadi ana, sehingga dalam beberapa bulan setelahnya, ana kembali lagi melakukan dosa-dosa dan kembali jauh dari diin. Wallahu musta’an, semoga Alloh melindungi ana dari ketergeliciran dan keterjerumusan ana kedalam kemaksiatan dan kesyirikan amin!

Hidayah itu untuk dicari! bukan untuk ditunggu!

Kebanyakan kita menanyakan kepada saudara-saudara kita, “Kenapa engkau tidak melaksanakan kewajibanmu sebagai seorang muslim?” Maka ia akan menjawab “Iya nih, ana ‘belum dapat hidayah’”. Sungguh ini pemikiran yang bathil, yang secara tidak langsung, ia menyalahkan Alloh, yang tidak menurunkan hidayah kepadanya, yang karenanya ia tidak beribadah. -ana pun dulunya juga demikian-. Namun, kembalilah berpikir saudaraku, bagaimana mungkin Alloh akan memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita jika kita acuh tak acuh terhadap-Nya, terhadap agama-Nya, dan terhadap Rosul-Nya? Bagaimana kita akan mendapatkan rezeki sedangkan kita tidak mencarinya? Apakah kita dengan tidak melakukan apa-apa akan mengatakan “Iya nih belum dapat rezeki”. Bukan itu permasalahannya, permasalahannya kita sendiri yang tidak mencari rezeki tersebut! Begitupun dengan petunjuk-Nya!
Maka, Sungguh indah perkataan syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah rohimahulloh, yang artinya:
“Sesungguhnya, ketika Nabi Adam ‘alaihissalam melakukan dosa, maka ia bertaubat, lalu Rabb-nya memilihnya dan memberi petunjuk kepadanya. Sedangkan Iblis, ia tetap meneruskan dosa dan menghujat, maka Allah melaknat dan mengusirnya. Barangsiapa yang bertaubat, maka ia sesuai dengan sifat Nabi Adam ‘alaihissalam, dan barangsiapa yang meneruskan dosanya serta berdalih dengan takdir, maka ia sesuai dengan sifat Iblis. Maka orang-orang yang berbahagia akan mengikuti bapak mereka dan orang-orang yang celaka akan mengikuti musuh mereka, Iblis.” (Majmuu’ul Fataawaa VIII/64)

Hidayah itu akan datang dan PASTI datang jika kita jujur menginginkannya dan mempunyai niat IKHLASH untuk mendapatkannya, dan mempunyai tekad untuk meraihnya!

Sungguh, ya ikhwah fillah, ini merupakan pengalaman pribadi ana sendiri, baiklah untuk mempersingkat, maka pernyataan diatas bisa ana buktikan dengan pengalaman pribadi ana.
Bulan sya’ban kemarin (1429), tepatnya pada akhir bulan sya’ban, ana berkata pada diri ana, “Sungguh! romadhon-romadhon yang telah perna ana lalui begitu hampa, ana menginginkan semoga bulan romadhan ini akan menjadi ladang pahala bagi ana untuk mendekatkan diri kepada-Nya” setelahnya, maka ana berpikir, bagaimana ana akan sungguh-sungguh jika ana tidak yakin, (maksudnya untuk menanamkan keyakinan tentang Kebenaran-Nya).

Maka mulailah ana memulai pencarian, sebelumnya, ana ingin terlebih dahulu meyakini agama lain adalah bathil sebelum meyakini kebenaran agama ini (Islam). Maka ana pertama kali melakukan riset singkat mengenai yahudi, yang ana dapatkan adalah ketidak-jelasan dan kekaburan, dan seperti apa yang diberitakan dalam firman-Nya yaitu sifat-sifat mereka yang menyembunyikan kebanaran dan menyimpangkan kebenaran shodaqolloh! Kemudian, ana beralih untuk mencoba mengenal nashrani, sangat cepat ana mengingkari agama ini karena pemahaman trinitasnya yang sungguh tidak sejalan dengan fitroh manusia! ana tidak mengecek agama-agama seperti budha, hindu dll. karena telah jelas keyakinan ana terhadap kesesatan mereka, para penyembah dewa/berhala yang bathil.
Setelah berkeyakinan bahwa seluruh agama selain Islam itu bathil, maka ana melanjutkan riset ana untuk lebih mengenal Islam. maka pertama-tama ana ingin mengetahui asal-usul segala kehidupan. Maka pertama kali ana mencari kehidupan terdahulu, Subhanalloh, dari pencarian ini, keyakinan ana semakin bertambah dengan lebih mengenal Robb semesta alam, Alloh ‘azza wa jalla, sebagai Pencipta Yang Hak, Yang Maha Awal lagi Maha Akhir.

Coba tanyakan pada diri kita, “darimana sih asal-muasal kita”, mungkin kita akan menjawab, “ya dari orang tua yang melahirkan kita”, maka tanyakan lagi, “darimana asal-muasal orang-tua kita”, teruus, sampai Nabi Adam, sampai kepada seluruh alam semesta, dan pada Yang Maha Awal, Alloh subhanahu wa ta’ala.
Belum cukup untuk memupuk keimanan? Maka pikirkanlah kedepan! Apakah kita akan hidup abadi? selamanya? ataukah akan mati? maka jika kita menjawab “kita akan mati”, maka kembali pikirkanlah, apakah ketika kita mati, “case-closed, selesai urusan, tidak terjadi apa-apa”? Kita telah meyakini Islam sebagai agama kita, dan Ketetapan Alloh subhanahu wa ta’ala bahwa seluruh manusia tanpa terkecuali akan mengalami kematian dan akan menjalani kehidupan setelahnya, kehidupan yang lebih kekal dibandingkan kehidupan yang fana ini.

Pikirkanlah saudaraku, kita hidup -misalnya- 50 tahun, lalu kita dikuburkan, maka bayangkan, kita berada didalamnya untuk berpuluh-puluh tahun, beratus-ratus tahun, beribu-ribu tahun atau lebih dari itu. Untuk menanti datangnya kiamat yang telah kita yakini bersama akan kepastian terjadinya!
Maka apakah kita akan berjudi dengan kehidupan yang bahagia tapi sangat singkat dengan kesengsaraan yang lama -atau bisa jadi kekal- ? Pikirkanlah wahai saudaraku yang berakal!
Maka dari keyakinan itu, semakin meyakini ana untuk benar-benar beribadah kepada-Nya! Lalu ana terus melakukan pencarian tentang kehidupan setelah hidup, maka ana menemukan dahsyatnya neraka, (silahkan

baca artikelnya disini: Sifat Neraka serta Ahlinya), yang semoga Alloh memberikan kebaikan yang banyak bagi pemilik blog tersebut yang melalui blog tersebut, Alloh memberikan petunjuk-Nya kepada ana. Tapi ana menyarankan bagi yang mengunjunginya, untuk mengecek kembali hadits-haditsnya karena disana tidak disebutkan secara terperinci hadits-haditsnya.
Maka air-mataku bercucuran (saat membacanya) karena begitu bodohnya diriku jika aku mati dalam keadaan hina, begitu buruknya tempat kembali seperti itu! ana pun membaca tentang padang masyar, perjalanan ash-shirot, dan syafa’at Rosululloh, yang semakin menambah kecintaan ana terhadap Alloh dan Rosul-Nya. Maka, niat ana yang tadinya hanya sebatas “iseng” untuk mengenal Islam untuk ana yakini dengan tidak ada niat kecuali untuk mengenalnya karena Alloh, maka dengan itu Alloh pun memberikan hidayah dan taufiq-Nya dengan sebab itu! subhanalloh wal hamdulillah! Alloh Yang Maha Pemberi Petunjuk dan Maha Adil lagi Maha Bijaksana, semoga Engkau menetapkanku atas petunjuk-Mu dan Engkau lebih mengetahui siapa yang berada diatas petunjuk dan siapa yang berada diatas kesesatan. Maka tempatkanlah aku diatas petunjuk-Mu ya robb! aamin!

Maka mulailah dari saat itu, ana terus meneggakkan sholat lima waktu dan sholat-sholat sunnah lainnya, alhamdulillah, Alloh memberikan ana kenikmatan untuk beribadah kepada-Nya dibulan yang suci lagi diberkahi! Terlebih, Ia membantu ana untuk bisa beribadah dengan baik pada bulan itu, yang dimana disini (di Melbourne), di tiap qiyamul laylnya, di imami oleh seorang hafizh qur’an, yang sangat indah suaranya, dan mengimami kami dengan 1 juz permalam sehingga kami dapat menyempurnakan seluruh sholat malam kami komplit 30 juz. Walhamdulillah!
Mungkin sebagian dari kita akan mengeluh dengan berdiri yang terlalu lama atau sebagainya, sungguh, bercerminlah saudaraku, keluhan itu menandakan kualitas keimanan kita, maka teruslah kita perbaiki keimanan kita, sehingga ibadah kita akan ikhlash. Coba bandingkan, kita bekerja seharian, sedangkan untuk berdiri menyembah-Nya hanya kita sempatkan 2 menit! sungguh BAKHIL! Alloh memberikan kita waktu yang berharga 24 jam! lalu kita membalasnya 2 menit? maka jika hanya berdiri untuk 10 atau 20-30 menit untuk mendapatkan sholat yang khusyu’ atau sedikit lebih lama dari itu seharusnya tidak kita jadikan beban!
Alhamdulillah, Alloh tetap membantu ana untuk beribadah kepada-Nya dan tetap istiqomah sampai setelah selesai romadhon, ana juga sangat mengkhawatirkan dengan akan terjerumusnya ana kembali kepada ana yang dulu, tapi ana terus imbangi dengan selalu berharap kepada-Nya agar ana ditetapkan dijalan-Nya. Dengan kombinasi berimbang dua hal ini, niscaya akan maka akan muncul kecintaan kepada-Nya.

Mengenal Manhaj Salaf melalui bimbingan-Nya

Setelah itu, ana terus memperbaiki diri ana, mengenal ilmu-ilmuNya, dengan ikhlash hanya untuk mencari kebenaran, maka alhamdulillah, ditunjukkan jalan kebenaran itu. Dalam waktu itu, ana meninggalkan hobi ana, seperti musik, fanatik sepakbola, dll. Mungkin ada yang menganggap ana radikal, kaku dll. tidak sama sekali tidak, ana hanyalah ingin berhati-hati, dan tidak ingin terjerumus kepada dosa. Ingat hal yang samar-samar (syubhat) yang tidak ketahui halal atau haramnya, paling tidak kita jauhi untuk menjaga kehormatan kita. Ana teringat dengan kata-kata mutiara yang indah yang selalu membekas dihati ana sampai sekarang, yaitu salah satu perkataan ulama salaf, yang kira-kira bunyinya:
“jika aku mendapatkan dua pilihan, maka pilihan yang lebih dekat dari hawa nafsuku, maka itulah yang aku buang (tinggalkan)”
Inilah yang ana selalu tanamkan di dalam diri ana, untuk selalu mengutamakan kebenaran, daripada akal dan hawa nafsu ana. Dengan ini, alhamdulillah Alloh membimbing ana untuk dapat mengenal manhaj salaf. Karena inilah manhaj yang haq! Dan manhaj yang menampakkan kebenaran secara ilmiyyah menghadang syubhat-syubhat yang mewahana diluar sana.

Mungkin ada sebagian thulab, terlebih lagi ustadz yang membaca artikel ini akan begitu merendahkan ana. (Ah, otodidak, nggak mungkin). Wallahi ya akhi, memang otodidak adalah hal yang sangat tidak dianjurkan untuk mengenal agama ini. Dan memang, ana akui lebih banyak salahnya daripada benarnya jikalau kita menempuh cara seperti ini. Orang yang belajar sendiri, harus berkarakter mau dikoreksi jikalau tidak malah membuatnya binasa dan tersesat dijalan-jalan kesesatan. Tapi hanya itulah cara ana, yang pada waktu itu, ana berada sendirian di negri kuffar. Terlebih, resiko tersesatnya pun sama, apabila ana mencoba mengambil ilmu dengan ustadz-ustadz disini yang ana sendiri juga tidak tahu pemahamannya. Maka ana hanya terus berdo’a kepada Alloh agar dibimbing kepada jalan-Nya yang lurus.
Beruntung, kedua orang tua ana yang sudah terlebih dahulu mengenal manhaj ini, mengirimkan ana CD-CD MP3 yang bermanhaj salaf yang sangat membantu ana mengenal islam dengan pemahaman yang benar. Ana pun terus mencari ilmu sebisa ana di internet tentunya dengan mengutamakan kaedah-kaedah pengambilan informasi yang jelas, sehingga alhamdulillah, informasi-informasi yang ana dapatkan sesuai dengan pemahaman shahabat.

Seorang thulab pemula yang jahil

Dengan semangat tinggi, maka ana terus membuka pintu lebar-lebar untuk dapat mendapatkan ilmu syar’i yang haq. Alhamdulillah, Alloh membimbing ana terbebas dan terselamatkan dari berbagai macam fitnah yang tersebar didunia maya seperti fitnah terhadap syaikhul islam muhammad bin abdul wahhab, fitnah takfiri, fitnah tabdi’ dll. dan juga terbebas dari pehamaman-pemahaman menyimpang seperti pemahaman Khawarij, Syi’ah, Mu’tazilah, Murji’ah, Sufi, Jahmiyyah, Qodariyyah dan berbagai macam pemahaman sesat lainnya, dan juga terbebas dari jeratan firqoh-firqoh (kelompok-kelompok) seperti Ikhwanul Muslimin (IM), Hizbut Tahrir (HT), Jama’ah Tabligh (JT), Jama’ah Islamiyyah (JI) dan segala harokah-harokah lain. Alhamdulillah.
Seperti kebanyakan para thulab pemula, maka ana pun sangat bersemangat menanamkan berbagai kebaikan dalam diri ana, serta membuang segala keburukan-keburukan dalam diri ana seperti syirik, maksiat dan bid’ah. Menyangkut masalah terakhir, seperti layaknya para thulab lainnya, ana sangat bersemangat untuk memberantas hal ini dalam rangka menegakkan sunnah. Ana bergabung di beberapa forum-forum islam, dengan maksud memberantas hal itu, yang mana ana sangat suka sekali berbantah-bantahan, debat dengan yang berpemahaman menyimpang, hingga terkadang ana melampaui batas. -wallahul musta’an, semoga Alloh menjauhkan sifat-sifat itu dalam diri ana-
Ini yang sangat ana sesalkan, namun ana tetap bersyukur kepada Alloh, yang dengannya kesalahan-kesalahan tadi ana bisa mengambil banyak pelajaran untuk kedepannya. Sungguh, begitu banyak waktu yang terbuang percuma hanya untuk memuaskan hawa nafsu ana, berbantah-bantahan dengan mereka, padahal keinginan awal ana yaitu untuk bisa menegakkan sunnah sekaligus menegakkan hujjah kepada mereka dan menginginkan mereka kembali kepada pemahaman yang benar, namun sayangnya ana malah melakukannya dengan cara yang tidak sesuai sunnah.
Alhamdulillah, ana dinasehati oleh seorang ikhwan, untuk tidak terlalu menghabiskan waktu untuk membantah syubhat mereka, karena telah ada yang lebih ahli dari ana yang sudah membantah mereka. Hanya ada dua kemungkinan dari bantahan ana tersebut, yaitu mengaburkan bantahan yang telah ada (atau terlebih lagi malah menyimpangkannya) atau malah menjauhkan thulab yang lain dari manhaj yang haq ini. Maka ia menasehati ana untuk “nafsi, nafsi” berpikir untuk diri ana sendiri dulu. Fokus untuk mencari kebenaran menuntut ilmu agar ana dapat menemukan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan ana. Dan benar, ternyata masih sangat banyak ilmu yang perlu ana pelajari. Semoga Alloh merahmati dan memberkahi ikhwan tersebut. aamiin.

Memanfaatkan Semester Pendek, dengan mendapatkan bimbingan langsung dari ustadz

Alhamdulillah, pada pertengahan bulan dzulhijjah kemarin (1430), tiba saatnya liburan, yang ana manfaatkan sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu langsung dari asatidz di Jakarta. Sebelumnya, ana yang dibawa kedua orang tua ana menemui langsung ustadz yazid bin abdil qodir jawwas hafizhohulloh, yang pertama kali beliau nasehati kepada ana yaitu membaca kitabnya, “menuntut ilmu jalan menuju surga”, sebelum membaca kitab-kitab lain.
Kitab ini sangatlah bermanfaat bagi kita para thulab, mengingat perlunya kita mengenal adab-adab, menempatkan posisi kita sebagai penuntut ilmu, menghormati dan menghargai ulama, serta menghormati orang-orang disekitar, dan berbakit kepada kedua orang tua. Banyak hal yang bermanfaat bisa kita peroleh dari kitab ini, semoga para thulab membacan dan memfokuskan kitab ini sebaik-baiknya untuk dapat lebih mengenal adab yang diajarkan manhaj salaf.
Kemudian, ana melanjukan semester pendek ana, yang kebetulan ana mengambil mata kuliah yang dilaksanakan di malang (kerjasama universitas ana dengan UIN Malang). Disana alhamdulillah ana bisa berkenalan dengan ikhwan-ikhwan salafy dan dekat dengan para asatidz disana. Sehingga ana bisa mengambil banyak pelajaran berharga disana. Rencananya pula, ana ingin terus memperkuat ukhuwah ana dengan mereka dengan kembali mengunjungi mereka akhir tahun ini, insya Alloh.

Terus berusaha istiqomah dijalan-Nya untuk dapat benar-benar meneladeni para salafush sholeh

Dengan pengalaman ana yang singkat dan masih sangat baru di manhaj yang haq ini, alhamdulillah ana bisa mengambil pelajaran dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan ana (semoga akan terus seperti itu, dan dijauhkan dari sifat sombong, yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia (yang menyampaikan kebenaran)). Semoga pengalaman ana ini bisa dapat sama-sama kita ambil pelajarannya dan dapat kita jadikan bahan renungan bersama, sehingga menjadikan kita menjadi muslim ahlus-sunnah yang lebih baik kedepannya aamiiin..
Semoga Alloh membantu kita untuk tetap istiqomah dijalan-Nya dan tetap berjuang menegakkan tauhid dan sunnah di dalam DIRI KITA dan KELUARGA, dan sebisanya mendakwahkannya di lingkungan dan orang-orang terdekat kita baik secara langsung maupun tidak langsung (maya, internet). aaamiiin.
Wallahu ta’ala a’lam bish shawab.
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kepada kami kebatilan itu sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan aku bertaubat kepada-Mu.